Part 29

2.4K 227 18
                                    

Sehun menatap tak percaya dengan apa yang di lontarkan Jongin.

"Apa kau mabuk?" Pertanyaan konyol keluar begitu saja

"Kau fikir aku akan minum dan membahayangkan bayi kembarku" Sehun semakin membulat mendengar tutur kata yang di lontarkan Jongin

"Kembar?" Ia kembali melihat hasil usgnya, Jongin hanya diam dan mengedikan bahunya. Pria itu minum jus buah peach karena hanya itu yang aman dari penciumannya.

"Aku tak ingin menunggu lama Park Sehun" Sehun masih bingung dan Shock

"Ah jadi kau tidak mau.. baik aku akan pergi ke sydney lagi-

"Tidak... awas kau jika kau pergi lagi. Tentu aku akan menikahimu, jangan bertindak bodoh dan meninggalkanku lagi"Jongin menyunggingkan senyumanya

"Bagus... tapi setelah kau meminta maaf pasa Soojung" Jongin beranjak dari kursinya, lalu duduk di atas pangkuan Sehun. Sehun kaget saat Jongin langsung duduk di pahanya.

"Jangan salah faham ini keinginan bayi" Sehun tersenyum lalu memeluknya erat

"Jangan erat-erat nanti babynya tidak bisa bernafas" astaga betapa lucu Kim Jongin saat ini, merajuk sambil mengerucutkan bibirnya.

"Aku akan ke amerika, apa kau akan ikut?" Jongin menggeleng.

"Selesaikan masalahmu segera dan kembali ke sini" Sehun mengangguk lalu mencuri satu kecupan dari bibir Jongin

"Siap kapten"

.
.
.

Jongin memilah milah berkas yang harus ia periksa hari ini, sudah 3 hari setelah ia menyuruh Sehun menyusul Soojung ke amerika. Bukan, bukan untuk menyatukan mereka kembali. Jongin  ingin hari bahagia mereka tidak berada di atas penderitaan orang lain.

3 hari ini juga Sehun selalu menghubunginya hanya ingin tahu kabarnya Jiyeon atau bahkan calon bayinya. Kadang Jongin tersenyum mengingat betapa bodohnya dia jatuh kelubang yang sama. Meski begitu ia tetap bahagia, ia mencintai Sehun setelah Jiyeon lahir. Gadis kecil itu meski mirip dengan Sehun tetapi sifat keras kepalanya saja mirip pria brengsek yang sialnya ia cintai itu.

"Presidir anda ada rapat dengan perusahaan Wu" Jongin menoleh sebentar pada Jessi

"Tolong siapkan berkasnya ya Jessi"

"Baik, kalau begitu saya permisi dulu Presidir" Jessi kembalinke tempat kerjanya. Jongin merogoh kantung jasnya saat merasakan getaran pada ponselnya.

"Ya sayang?" Jawab Jongin saat suara cempreng si kecil menyapa pendengarannya.

"Mommy... Jiyeon lindu daddy" teriaknya cempreng

"Ah princess rindu daddy? Kenapa tidak telepon daddy?" Tanya Jongin

"Tidak bisa di hubungi" Jongin tersenyum mendengarnya

"Mungkin Daddy sedang di pesawat kembali ke sini, siapa tau Daddy bawa oleh-oleh" terdengar teriakan hore dari sebrang sana. Terdengar juga rengekan Jaemin yang kaget oleh teriakan Jiyeon.

Setelah mendengar teriaka Horen dari sebrang, keduanya memutuskan sambungan teleponnya berbarengan dengan masuknya Jessi.

"Mari presidir, tuan Wu sudah ada di ruang rapat" Jongin mengangguk lalu membawa berkasnya. Perut buncitnya tertutup oleh balutan Jas  kerjanya. Kaki seksinya mengikuti langkah sang asisten menuju ruang rapat. Terlihat beberapa orang di dalam termasuk orang dari divisi purchase.

"Siang tuan Wu" Pria berjas biru dengan 2 tindik di telinganya menyambut jabat tangannya

"Siang tuan Kim, aku turut bahagia melihat kau pulih dengan cepat" tatapan dingin itu menatap manik Jongin

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Siang tuan Kim, aku turut bahagia melihat kau pulih dengan cepat" tatapan dingin itu menatap manik Jongin. Pria itu memilih kembali ke korea dan kembali membangun perusahaan yang telah di hancurkan oleh Kim. Dan sekarang pria dihadapannya adalah adik dari Pria yang ia cintai sekaligus ia benci.

"Mari kita mulai rapatnya".
.
.
.
.
Rapat telah selesai dan mendapatkan kesepakatan dari kedua belah pihak.

"Presentasi tim anda cukup baik, dan saya rasa keuntungan yang anda berikan untuk kami cukup memuaskan. Semoga kerja sama ini dapat berjalan dengan baik" Jongin mengulurkan tangannya untuk jabat tangan tanda kerja sama mereka dimulai.

Tim dari Wu corp meninggalkan ruangan dan tersisa Jongin dan Jessi yang kembali memilah berkas dan membaca beberapa kerja sama mereka.

"Tuan... aku menyarankan anda untuk merundingkan keputusan ini dengan Tuan Junmyeon" Jongin memiringkan kepalanya tidak mengerti

"Memang kenapa?" Jessi mendekat

"Tua Wu adalah mantan kekasih Tuan Junmyeon" bisiknya tepat di kuping Jongin

"Ha? Darimana kau tahu?" Tanya Jongin tak percaya

"Aku yang bersama dengan Tuan Junmyeon saat mereka bersama dan memutuskan berpisah"

"Ada yang tau selain dirimu" Jessi menggeleng

"Baiklah aku akan merundingkan dengan Junmyeon Hyung" Jessi mengangguk lalu membungkuk hormat meninggalkan ruangan.

Jongin merogoh saku jasnya mengambil ponsel yang terus bergetar.

"Kau sudah pulang?"tanya Jongin girang saat melihat nama yang tertera di ponselnya.

"Aku di depan kantormu" Jongin buru-buru membawa berkasnya menuju ruanganya

"Wait... aku akan turun sebentar"

"Jangan tergesa-geaa ingat my baby twin ada di dalam mu" Jongin tersenyum mendengarnya, lalu memelankan jalannya.

"Siap kapten" Jongin mematikan sambungan teleponnya. Ia meletakan berkasnya di atas meja, mengambil dompet  di laci lalu kembali keluar.

"Jes...aku akan pergi, sepertinya tidak akan balik ke kantor kirimkan ke rumah jika ada berkas yang mendesak"

"Baik presidir" Jongin pergi meninggalkan Jessi menuju Lift, ia sungguh tidak sabar ingin menerjang tubuh itu. Salahkan si jabang bayi yang terlalu manja pada ayahnya.

"Sehun!!!" Jongin jalan dengan cepat menerjang tubuh itu, memeluknya dengan erat.

"Aku merindukanmu" Sehun membalas pelukannya.

"Aku juga.. aku bahkan hampir mati karena rindu padamu" Jongin memberi jarak sebentar melihat wajah Sehun sebentar

"Ck kau berlebihan" Jongin kembali menenggelamkan kepalanya di ceruk leher Sehun.

"Kau akan tetap di sini?" Tanya Sehun melihat dirinya menjadi sororan lalu lalang orang.

"Ya sudah kau masuk dulu ke mobil" Jongin melepaskan pelukannya. Keduanya memberi jarak, Sehun berlari ke pintu sebelah untuk membuka pintunya tetapi Jongin masih diam di tempat bahkan tidak bergeming.

"Kenapa?"  Sehun kembali ke hadapan Jongin setelah menutup pintunya.

"Kau masuk dulu" Sehun mengerutkan dahinya mendengar ucapan Jongin

"Masuk saja susah sekali sih" Sehun tak menjawab dan langsung masuk ke dalam mobil, duduk di depan kemudi. Pintunya di tahan Jongin saat tangan Sehun mencoba meraih gagang pintu untuk menutupnya.

"Siapa bilang kau boleh menutupnya" Sehun kembali mengerutkan dahinya. Jongin dengan santai jalan mendekat dan masuk kedalam, duduk di atas paha Sehun lalu ia menutup pintunya. Kini posisinya adalah Jongin yang menghadap ke arah Sehun dengan mendudukan dirinya di atas paha. Sehun teraenyum mengerti, ia memundurkan kursinya memberi jarak agar tubuh Jongin tidak terhimpit.

"Harusnya kau bilang ingin seperti ini" Sehun mengelus kepala Jongin, meletakan helaian rambut ke belakang telinganya.

"Seharusnya kau peka" Jongin menelungsupkan kepalanya ke dada Sehun. Terkutuklah keinginan si jabang bayi yang menginginkan hal ini.

"Kita ke rumah mu ya" Jongin mengangguk, Sehun harus pasrah mengemudi dengan posisi seperti ini.

"Kau membeli hadiah untuk Jiyeon?" Tanya Jongin mendongak

"Tentu, aku juga belikan untuk Jaemin" jawabnya tanpa mengalihkan pandangannya pasa jalan raya

"Apa semuanya baik-baik saja?" Tanya Jongin, Sehun berhenti di lampu merah karena lampunya menujukan warna merah.

"Tentu" Sehun mencuri satu ciuman dari Jongin

"Tidurlah, aku akan bangunkan jika sudah sampai" Jongin mengangguk lalu menyamankan letak kepalanya

.
.
.
.
Tbc
1 episode lagi hayoo....

A Star ✅Where stories live. Discover now