Amnesia

300 25 6
                                    

Felicya POV

Ah, kepala gue sakit banget.

Kayak abis dipentok-pentokin ke beton.

Aduh, kok dingin? Gue dimana?

Badan gue lemes banget.

Dikepala gue, ada apa?

Kayak orang lagi terapi I.E.G.

Tiba-tiba, ada yang menyentuh tangan gue. "Ah, kamu sudah bangun."

Mata gue rada kabur, cuma ngeliat cowok pake seragam putih. "S-siapa?" Suara gue pun serak, kayak orang abis nge-demo.

"Saya dokter yang mengurusmu di kamar ini. Oiya, ibumu yang pesan agar kamar ini dijadikan kamar VIP. Jadi disini, cuma ada kamu."

Pantes aja, biasanya kan satu kamar orangnya bisa sampai 5 atau 6 orang.

Bip..bip..

Orang yang mengaku dokter gue itu, sedang memeriksa kantong impusan dan layar kecil yang bergaris-garis bentuk rumput. Itu lho, yang buat nandain gue masih hidup apa enggak. Entahlah namanya apaan.

"Aduh.." kepala gue makin sakit, mata gue berat.

Tidur aja dah gue, gak sanggup melek juga.

"Kamu gak boleh banyak mikir dulu ya, istirahatlah. Ibumu dan teman-temanmu akan menemanimu disini."

Dokter kok bacot sih?

Btw, teman-teman?

Tok...tok...tok...

"Siapa?"

"Saya orang tua Felicya, apa saya boleh menemuinya?"

Apa itu suara mama?

"Untuk kali ini, nyonya dan yang lain boleh menemui nak Felicya. Tapi, tidak boleh diajak ngobrol dulu. Dia butuh ketenangan. Jadi harap jangan berisik."

"T-terima kasih, Dok"

"Oh iya nyonya," Dokter itu kayak menahan mama gue.

"Ya, kenapa?"

"Ada yang ingin saya bicarakan. Ikutlah ke ruangan."

"Baik."

Apa yang ingin dokter itu bicarakan dengan mama?

Mata gue masih terlalu berat buat melek.

Ah, bodo ah.

***

Author POV

Setelah sampai ruangan, dokter itu mempersilahkan Reva untuk duduk.

"Apa penyakitnya Felis makin parah, Dok?" Kedua tangan Reva bergetar.

Dokter yang ternyata bernama Indra Hernanda itu, menghela nafas.

"Hahh.. saya juga rada bingung ngejelasin ke nyonya."

Reva menelan ludah.

"Saya ngomong ke intinya saja ya nyonya. Jadi saat ini, anak nyonya seperti lahir kembali ke dunia, dengan ingatan yang masih bersih. Belum ada apa-apa," Dokter Indra melihat wajah tak paham Reva pun mengerti.

"Maaf kalau saya membuat nyonya bingung. Sebenarnya, Felicya saat ini bisa dibilang sedang amnesia."

Deg!

"A-amnesia? Jadi dia akan melupakan saya, Dok?" Reva hampir menangis.

"Tenang dulu nyonya. Felicya hanya akan amnesia sesaat saja, tidak selamanya. Jadi nanti, dia bisa mengingat semuanya lagi. Lagipula, sarafnya itu hanya membuatnya lupa pada teman-temannya saja. Kalau kepada anda, kemungkinan besar tidak." Dokter Indra menenangkan Reva yang sangat syok mendengar kata amnesia.

Bad Girl In Love [END]Where stories live. Discover now