Sosok Lama

374 31 5
                                    

Felicya POV

Plak!

"Sakit curut!" Gue meringis. Ini orang naboknya pakai tenaga apa sih? Sampe tangan gue merah. Babi kali ya.

"Jadi orang jangan ngeselin makanya!" Balas Fyndo.

"Bodo," jawab gue dingin.

Hening....

"Woy! Mau jalan kapan? Pas lebaran monyet?" Gue sama Fyndo daritadi masih berdebat di parkiran rumah.

"Yaudah sekarang aja," sahut Fyndo sambil menaiki motor dan memakai helmnya.

Gue pun ngikut aja kemana si Fyndo pergi. Sampai, gue tiba di suatu tempat.

Taman kota.

Seketika, Fyndo berhenti disamping gerobak bubur ayam, tentu gue ikut berhenti.

"Kok berhenti disini Fyn? Gak didalem aja?" tanya gue sambil membuka helm.

Fyndo mengusap perutnya, "Laper belom sarapan." Kok mukanya imut-imut lenjeh gitu ya.

Plak!

"Sakit nyet!" Ketus Fyndo.

Gue telak pinggang, "Siapa suruh dateng pagi-pagi amat hah?"

Fyndo menatap gue, "Gak ada sih, cuma pengen aja. Abisan, biasanya gue gak laper walaupun gak sarapan." Timpalnya mengelak.

"Yaudah sana sarapan, gue mau keliling dulu," Gue mulai berjalan tapi berhasil ditahan sama Fyndo.

"Kenapa?"

"Sini sarapan bareng, apalagi lo tadi baru bangun kan? Pasti belom makan apa-apa," tebak Fyndo.

Gue menggaruk kepala, "Ya.. iya sih, tapi gue gak laper."

"Udah sini bareng, gue traktir." Fyndo menatap gue penuh harapan.

"Lo kira gue gak bisa bayar?"

"Bukan gitu, udah lo duduk sini. Gue pesenin dulu buburnya."

"Lo siapa nyuruh-nyuruh gue?"

Fyndo menoleh sejenak, "Gue marmut lu," jawabannya sontak membuat gue terkekeh kecil.

Tiba-tiba tukang buburnya nongol, "Bubur mbak? Mas?"

"Iya, dua pak." Sahut Fyndo.

"Pedes gak?"

"Buat saya sedang aja, lo gimana Fel?" tanya Fyndo sambil nyenggol lengan gue.

"Sama."

"Oke, dua-duanya sedang ya pak."

"Siap."

Hening....

"Dua motor ninja ini punya mbak sama mas?" tukang bubur itu bertanya tiba-tiba.

Gue dan Fyndo menoleh, "Iya pak." Jawab kami serempak.

"Kenapa emangnya pak?"

"Gapapa. Ternyata masih ada orang kaya yang mau beli makanan kampung begini ya, soalnya kebanyakan orang kaya jaman sekarang udah pada lupa sama makanan asli negaranya dan malah makan di restoran-restoran mewah," jelas tukang bubur itu membuat gue dan Fyndo terpelongo.

"I-iya juga sih pak. Tapi, kalau saya mah gak pernah malu atau ngebeda-bedain makanan resto sama makanan pinggir jalan kayak gini, orang sama aja rasanya." Jarang sekali orang macam gue dan Fyndo ini emang.

"Bener tuh, makanan di resto cuma modal tempat sama pelayan nya aja yang seksi-seksi, kalau enggak juga gak bakal ada yang mau dateng," nyinyir Fyndo disambut ketawa dari gue.

Bad Girl In Love [END]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz