Only you 4

61.8K 3.1K 105
                                    

Wow... Surprise banget liat notif dari readers tersayangku
Diluar ekspketasiku banget ternyata story ini membuat kalian dengan mudah menekan bintang dan ngetik komen
Tengkyuuuuuu
Selamat membaca....

Hari hari berlalu dan tak terasa sudah 3 bulan aku tinggal bersama Kakek Will dan istrinya. Luka di wajahku meninggalkan bekas parut yang kentara sama halnya dengan luka di hatiku. Tapi aku senang karena mereka memperlakukan aku dengan sangat baik. Mereka ternyata bekerja sebagai pemasok bunga segar ke kota dan aku jadi punya pengalihan pikiran dengan membantu Nenek Will berkebun di taman bunga mereka atau membantu memetik bunga yang akan diangkut ke kota tiap 2 hari sekali.

Hari itu, aku dan Nenek Will baru selesai memetik bunga mawar. Kakek Will tengah ke kota untuk menghadiri undangan temannya yang baru membuka kedai kopi. Kami tengah mengemas  bunga bunga itu dengan kertas pembungkus agar kesegaran bunga tetap terjaga saat ponsel Nenek Will berdering. Dia mengerutkan keningnya saat melihat nomer asing pada ponselnya.

"Halo?"
.....
"Ya...betul"
.....
"Ya Tuhan!!!"

Nenek Will menjatuhkan ponselnya sambil menutup mulutnya dengan jari jarinya yang sudah mulai keriput. Dengan cepat aku meraih ponsel dan melanjutkan pembicaraan dengan orang yang menghubungi ponsel Nenek Will.

"Halo"
"Maaf, dengan siapa saya bicara"
"Saya Alicia, cucu Kakek Will"
"Kami dari kepolisian kota"
"Ada apa?"
"Kami hanya ingin mengabarkan kalau kakek anda mengalami kecelakaan dan sekarang dirawat di rumah sakit"
"Astaga...bagaimana keadaan kakek saya"
"Beliau masih belun sadarkan diri, kami memerlukan tanda tangan wali atau kerabatnya untuk melengkapi administrasi rumah sakit"
"Baiklah tuan, kami akan segera kesana...dan terima kasih"
"Sama sama nona"

Aku memeluk Nenek Will yang menangis.

"Kita harus ke kota nek"
"Tapi bagaimana..."
"Aku bisa menyetir tapi aku tidak memiliki SIM"
"Ini darurat sayang... Itu kunci minivan kami"

Aku mengambil kunci mobil dan bergegas menuju garasi mobil milik mereka sementara Nenek Will menyiapkan keperluan selama di rumah sakit. Kami segera berangkat dengan Nenek Will sebagai penunjuk jalan. 2 jam kemudian kami tiba di rumah sakit dan langsung menuju bagian informasi. Kemi segera mengurusi admistrasi pasien dan segera menuju ruang rawat Kakek Will. Aku dan Nenek Will menangis melihat dia terbaring lemah dengan beberapa luka di tangan dan kakinya.

"Ya Tuhan Will..."
"Kakek"

Kami sama sama memanggilnya tapi dia masih belum juga sadar. Kuambilkan kursi untuk Nenek Will yang terlihat sangat kacau. Beberapa saat kemudian seorang polisi dan perawat memasuki ruang rawat Kakek Will dan menjelaskan kalau mobil yang dikemudikan Kakek Will ditabrak mobil proyek sebuah perusahaan yang mengalami pecah ban.

Pihak perusahaan akan bertanggung jawab penuh sampai Kakek Will pulih dan menurut perawat, Kakek Will hanya cedera ringan dan dia pingsan karena shock. Kami bernafas lega mendengar hal itu dan saling berpelukan. Aku melepakan pelukanku saat kulihat Kakek Will mulai siuman. Nenek Will langsung meraih tangan suaminya dan menciuminya sambil menangis bahagia.

Jantungku terasa tertohok melihat keromantisan mereka yang meskipun sudah berumur masih saling mencintai. Aku tersenyum miris membandingkan keromantisan mereka dengan kisah asmaraku. Kuhela nafasku mengenyahkan pikiran melankolis yang hampir 3 bulan kuabaikan. Aku memilih meninggalkan mereka dan mengambil resep obat yang perawat itu berikan.

Aku duduk menunggu antrian obat dan mulai menyadari tatapan beberapa pengunjung terhadap parut panjang di wajahku. Aku hanya tersenyum membuat mereka salah tingkah karena tertangkap basah tengah menatap wajahku. Nama Kakek Will dipanggil dan aku segera mengambil resep obat dan segera berlalu dari tempat itu.

Short Stories ++Where stories live. Discover now