first love 2

152K 3.5K 51
                                    

Selamat membaca...

Aku dan Evan baru saja selesai membereskan apartemen baru kami. Yeah... Kami memutuskan untuk tinggal bersama setelah kesalah pahaman terselesaikan. Aku menolak tinggal di mansionnya karena tempat itu terlalu mewah. Evan memahami kemauanku karena katanya kesederhanaankulah yang membuat dia jatuh cinta padaku. Setelah berdebat panjang lebar.. Akhirnya aku menyetujui pilihan apartemen yang dia tawarkan. Masih terlalu mewah bagiku tapi aku mau menerima dengan syarat pengaturan apartemen ada dalam kuasaku. Aku menolak adanya pembantu karena aku ingin apartemen itu hanya milik kami. Evan membantuku membereskan apartemen sambil sesekali menggodaku. Menjelang makan siang kami menyudahi dulu kegiatan kami karena merasa lelah juga lapar. Aku berinisiatif membuat spageti untuk menu makan siang. Saat tengah mengaduk mi dan sausnya kurasakan tangan kekar Evan melingkari dadaku dan kurasakan kecupan ringan di rambutku.

"Apa aku sudah bilang Anna?"
"Apa"?
" 5 tahun berpisah ternyata kau masih sama"

Aku merinding saat Evan menggigit telingaku mengirimkan getaran gairah ke dalam pikiranku.

"Apa maksudmu Evan?"
"Kau masih saja pendek"
"Evaaann!"

Evan tertawa dan berlari menjauh melihatku hendak memukulnya dengan spatula kayu yang ku pegang. Dengan cepat kumatikan kompor dan mengejarnya sampai dapat. Dia makin tertawa saat aku malah dia gelitiki setelah mencubit perutnya yang liat. Kami tertawa lepas sampai beberapa saat kemudian berhenti karena kehabisan nafas. Posisiku tengah berada di bawah kungkungan tubuhnya yang memang kuakui terlihat berbanding terbalik dengan tubuhku yang mungil. Tatapan kami bertemu dan entah siapa yang memulainya tahu tahu bibir kami sudah berpagut dengan lidah yang saling membelit. Eranganku membangkitkan gairah kami dan kami sama sama merasa terangsang. Evan menjauhkan wajahnya menatapku yang kewalahan mengatur nafas. Tangan Evan terulur merapikan rambutku yang berantakan di wajahku. Gelenyar nafsu membuat aku bergerak gelisah di bawah tubuhnya dan Evan menyadari itu. Tanpa menunggu lama Evan menarik lepas kaus longgar yang kukenakan dan langsung menangkup payudaraku yang masih terbungkus bra putih. Aku mendesah saat dia mengusap braku tepat di letak putingku. Evan menatapku intens saat tangannya yang lain menyusup ke balik hotpant yang kukenakan dan mengelus daerah kewanitaanku dengan gerakan maju mundur membuat aku merintih menginginkan lebih.

"Evan..."
"Aku menginginkanmu sayang"

Tenggorokanku terasa kering saat dia menjauh sejenak untuk melepas kausnya membuat dada bidang berbulunya terlihat begitu menggoda. Aku diam saat dia membopongku ke kamar dan membaringkanku dengan lembut. Tanganku langsung membelai bulu dadanya yang lebat yang tumbuh memenuhi dadanya terus mengerucut ke balik jeansnya. Evan memejamkan matanya saat ku raba sekujur dada dan perutnya. Aku memberanikan diri mencium lehernya membuat kendali dirinya lepas. Dengan tergesa kami saling melucuti kain yang tersisa di tubuh kami sampai kami sama sama naked. Aku agak tegang melihat kejantanannya yang sudah siap tempur. Kengerianku terbaca oleh Evan dan dia membuaiku dengan elusan dan kecupannya di sekujur tubuhku. Saat dia bersiap untuk masuk aku menahan gerakannya membuat dia keheranan.

"Evan..."
"Kenapa sayang?"
"Pelan pelan... Sudah lama sekali ..."

Evan tersenyum lembut dan melumat bibirku sementara kejantanannya mulai merangsek masuk. Tubuhku menggelepar saat dia terus memajukan kejantanannya menerobos kewanitaanku. Aku merasa kesakitan saat dia tetap menerobos masuk meski aku berusaha mendorong tubuhnya menjauh.

" Akh... Evan sakit!"
"Relax sayang... Ohhh kau sempit sekali"

Aku tersentak kesakitan saat dia akhirnya berhasil membenamkan seluruh kejantanannya. Kucakar punggungnya dan kugigit bahunya saat dia berhasil masuk. Dia mengeram puas merasakan kewanitaanku yang begitu ketat menjepit kejantanannya. Aku menggeliat tak nyaman meraskan ganjalan yang begitu besar di kewanitaanku.

Short Stories ++Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang