tergoda

89K 2.7K 60
                                    

Ehem... Sepertinya masih ada yang belum puas ya sama story ini...
Aku kasih satu tambahan lagi biar readers tersayangku bisa sukses move onnya...
Selamat membaca...

Nick mengantarku pulang ke rumahku. Kedua orang tuaku terlihat heran melihat kepulangannku yang pasti diluar prediksi mereka. Tapi mereka dengan cepat menguasai situasi dan mempersilahkan Nick masuk. Kami duduk berempat di ruang keluargaku yang sempit. Aku memilih duduk bersama ibuku dan menyandarkan kepalaku dalam pelukannya saat Nick menjelaskan tentang semua hal termasuk pernikahan Steve. Mereka terkejut dan terlihat sedih melihatku.

"Jadi karena ini kau menyusulnya sayang"
"Iya ayah"

Ayah terdiam dan terlihat menahan emosi. Ibuku menghela tubuhku sehingga posisi kami saling berhadapan. Dia membelai rambutku dengan setetes air mata di pipinya.

"Maafkan kami... Demi kami kau harus merasakan kesakitan ini...maafkan kami"

Aku menghapus air mata ibuku dan mengecup pipinya yang mulai keriput.

"Aku baik baik saja... Mungkin ini yang terbaik untuk kita"

Ibu tersenyum lembut dan mengaitkan helaian rambut yang menutupi sisi wajahku ke telingaku. Aku terlambat menyadari saat kulihat Nick bangkit dan membalikkan tubuhku menatapnya. Dia berlutut di dekatku sehingga dia bisa menatapku dengan tajam. Tangannya terulur menyibak rambutku sehingga apa yang telah kusembunyikan terlihat dengan jelas. Bekas cekikan Steve pasti sudah membiru dan kulihat mata Nick menggelap sementara ujung jarinya menyentuh bekas itu dengan gemetar.

"Apa ini?"
"Eh.. Itu.. "

Aku mencoba menjauhkan tangannya tapi dia tetap menyibak seluru rambut yang menutupi leherku. Kedua orang tuaku terkesiap melihat bekas hitam melintang di kedua sisi leherku tepat dari bawah telinga ke bagian bawah rahangku. Nick meraih bahuku dan memaksaku menatapnya.

"Katakan apa yang terjadi?"
"Tidak ada apa apa"
"Siapa yang melakukan ini... Dia?!"

Aku menundukkan kepalaku takut mendengar nada emosi dalam suaranya. Nick meraihku dan mendekapku dengan erat menyalurkan emosi yang dia rasakan. Tangisku seketika pecah mengingat perlakuan dan kata kata Steve. Ibuku menangis dalam pelukan ayahku dan Nick berkali kali mengucapkan maaf sambil mengecupi pucuk kepalaku.

"Apa dia menyakitimu selain ini?"

Aku menggelengkan kepalaku dan dia mengendurkan pelukannya. Kami saling bertatapan dan kulihat emosi berkecamuk di matanya. Dia kembali mengecup keningku dan berbalik menghadap orang tuaku.

"Aku harus pergi, tolong bawa dia ke balai pengobatan dan obati luka memarnya"
"Ya Tuan Muda"

Ayah menggantikan pelukan Nick yang hendak berlalu dengan langkah lebar keluar rumahku. Aku melepas dekapan ayah dan mengejar Nick. Dia tengah membuka pintu mobilnya saat ku genggam tangannya. Dia menoleh dan menatapku tajam.

"Kau mau kemana?"
"Ini urusan lelaki baby... "

Kupeluk dia dan kurasakan debaran jantungnya yang memburu. Dia membalas pelukanku dengan erat.

"Biarkan saja Nick"

Dia menjauhkan tubuhku dan menangkup wajahku.

"Dia menyakiti wanitaku..dan pria sejati tidak akan main kasar dengan seorang wanita"
"Aku tak masalah Nick... Lagi pula aku juga salah sudah selingkuh denganmu saat statusku masih menjadi tunangannya"
"Dia pantas mendapat balasan"
"Nick"
"Baby...lihat aku"

Aku menatapnya dan kulihat kilat emosi masih menguasainya. Aku beranikan diriku mengecup bibirnya. Dia tertegun sejenak tapi kemudian dia meraih pinggangku mendekat padanya dan memperdalam lumatan bibirku. Kukalungkan lenganku ke lehernya dan kunikmati kedekatan kami. Ku jauhkan bibirku saat nafasku terengah. Dia menempelkan dahinya di keningku dan memejamkan mata.

Short Stories ++Where stories live. Discover now