wild

67.8K 2.2K 18
                                    

Halo...hai...
Langsung aja ya readers tersayangku... Jangan lupa vote n comentnya, sorry bila ada typo
Selamat membaca....

Malamnya, aku dan Om Bima nonton tv sambil bersantai di sofa ruang keluarganya. Bila malam sebelumnya aku yang bergelung hangat dengan berbantal pahanya, maka malam itu berubah posisi...dia berbaring dengan berbantal pahaku. Dengan sayang kebelai rambutnya sambil mataku fokus pada acara tv yang tengah menayangkan acara kesukaanku. Sesekali dia meraih tanganku dan mengecupnya membuat darahku berdesir dengan degup jantung tak beraturan. Setelah tahu rasanya bercinta aku jadi mudah merespon sentuhannya pada hal hal berbau seks. Aku ingin dia berada jauh dalam tubuhku tapi aku kasihan dengan kondisinya yang masih sesekali meringis apabila bergerak agak banyak. Om Bima malah berbalik dan menyurukkan wajahnya ke perutku membuatku mengeluarkan desahan tertahan.

"Om..."
"Hmmm...jangan bergerak sayang...Om suka aroma tubuhmu"
"Om jangan membuat aku terangsang dong... Om kan lagi sakit... Kalau aku menginginkan Om bagaimana?"
"Memangnya milikmu sudah tidak sakit sayang"
"Ish... Ya sakit Om...tapi cuma sedikit"

Aku berkata sambil merapatkan ibu jari dan telunjukku. Om Bima tertawa dan menatapku intens yang makin membuatku gelisah. Kewanitaanku mulai lembap dan tubuhku mulai merespon kedekatan kami.

"Kalau kamu mau...Om bisa ngajarin kamu buat nunggangin Om"
"Yeee... Memangnya Om kuda?"
"Tapi beneran nih udah gak sakit"
"Om..! "

Om Bima tertawa dan dengan perlahan bangkit dari posisinya. Dia menatapku dan mendekatkan bibirnya yang langsung kusambut. Kami menari dengan lidah kami saling bertukar saliva. Dia masih belum leluasa bergerak karena luka dan memarnya membuat aku senang bisa menguasai permainan bibir kami. Kepalanya menyandar pada sandaran sofa saat aku memperdalam lumatanku. Tangannya merayap meremas payudaraku membuat aku melenguh senang. Lama setelahnya kami melepas pagutan kami dengan nafas memburu. Aku berdiri dihadapannya dan mulai membuka semua pakaian yanv melekat di tubuhku membuat dia menelan ludah kasar. Aku bangga dapat membangkitkan gairahnya. Dia diam saja saat aku mulai berdiri dengan bertumpu pada lututku dan merangsek maju diantara kedua pahanya. Mata kami masih terkunci saat aku mengeluarkan kejantanannya yang sudah tegak berdiri. Rasa ngeri itu masih ada tapi tak menyurutkan gairahku. Tanpa ragu aku mulai memberikan pelayananku pada kejantanannya yang begitu angkuh berdiri di hadapanku. Dia mengumpat saat kujilati ujung kejantanannya dan mulai memasukkannya memenuhi rongga mulutku.

"Shit... Nikmat sekali sayang"

Aku makin semangat memaju mundurkan kejantanannya dan sesekali kutenggelamkan seluruh kejantanannya sampai menyentuh tenggorokanku. Om Bima terlihat begitu menikmati permainanku dan sesekalu menjambak rambutku. Kewanitaanku terasa berdenyut mendamba membuatku memandang sayu kearahnya.

"Kemari sayang..."

Aku menerima uluran tangannya yang membimbingku untuk menduduki kejantanannya. Aku meringis nyeri saat perlahan kejantanannya mulai merangsek kewanitaanku. Om Bima menyentak turun pinggangku membuat kami sama sama mengerang nikmat. Meski sakit aku tak berusaha melepaskan diri  dan menatap ekspresi kepuasan di wajah Om Bima. Giginya bergemeletuk menahan gairah dan itu menghiburku.

"Bergerak sayang...jangan menyiksaku Rara"
"Bagaimana ?"
"Tirukan saja gerakan penunggang kuda sayang... Oh..ya seperti itu... Good girl..."

Aku mengerang nikmat saat aku menggerakkan pantatku menggoyang kejantanannya di dalam kewanitaanku. Om Bima meracau saat gerakanku makin menggila seiring dengan badai kepuasan yang mulai menerpaku. Om Bima memeluk tubuhku dan melumat bibirku saat tubuhku kelojotan menerima orgasme pertamaku. Aku mengatur nafas sejenak dan mulai bergerak lagi lebih lembut membuat tubuhku merasakan gesekan kulit kami. Tapi semua itu tak bertahan lama karena orgasmeku kembali datang. Kami terperanjat saat kurasakan semburan hangat di kewanitaanku. Om Bima menembakkan spermanya di dalam dan aku tak sempat menghindar.

"Sayang..."
"Aku mau hamil anak Om...aku ingin menikah segera"

Om Bima memelukku dan menciumku dengan penuh kelembutan. Kami sama sama terlarut dalam perasaan kami. Sejak mendengar kesungguhan Om Bima yang melamarku langsung ke papa, aku sudah bertekat untuk membuatnya menikahiku sesegera mungkin. Aku takut papa tak mengijinkan kami menikah jadi aku ingin segera hamil agar papa mau tak mau harus segera manikahkanku dengan Om Bima. Tersengar liar dan murahan memang tapi masa bodoh. Aku mencintai Om Bima dan dia juga.

Setelah percintaan panas kami, aku segera memakai kembali pakaianku dan membantu Om Bima kembali ke kamar kami. Dia mengerang lirih karena permainan kami sedikit banyak membuat dia kesakitan. Tapi sorot kepuasan yang dia tunjukkan membuat aku tak menyesali tingkahku. Kamipun tertidur dengan perasaan puas dan rencana baru untuk hubungan kami.

########

Sebulan berlalu dan apa yang kuharapkan benar benar terjadi. Aku hanya mengirim pesan singkat pada Om Bima dan berkata akan menunggunya di kantor papa. Aku sengaja mengabaikan panggilannya karena ingin segera sampai dan membuat papa harus segera menikahkanku dengan Om Bima. Papa baru selesai meeting dengan investor hotel saat aku memasuki ruang kerjanya.

"Halo Fira sayang...kau tidak sekolah? Jangan bilang kau bolos lagi dan menemui pria tua itu lagi"

Aku memeluk papa dan langsung merengut tak suka saat papa menyebut Om Bimaku dengan sebutan pria tua.

"Ish...Papa! Aku tidak suka Papa menghina calon suamiku...dia masih jauh lebih muda dari Papa"
"Tetap saja dia tua kalau sudah berkepala 4"
"Tapi dia tetap calon menantumu...dan ayah dari bayi yang tengah ku kandung"
"Apa kau bilang!!!???"

Papa menatapku tajam dan mencengkram lenganku membuat aku meringis.

"Katakan kalau kau bohong sayang!"
"Lepas Pa...sakit"
"Katakan dulu kau membohongi Papa"
"Apa aku terlihat berbohong? Aku hamil Pa..dan Papa harus segera menikahkanku dengan Om Bima" 

PLAK!!!

Papa menamparku membuat aku tersungkur dan perutku membentur pinggiran meja kerjanya.

"Anak kurang ajar! Berani beraninya kau hamil dari pria tua kurang ajar itu"
"Papa??"
"Aku tidak sudi punya menantu pedofil gila seperti dia... Dia sudah pernah menikah dan bukan tidak mungkin dia hanya menjadikanmu pelarian sementara untuk melupakan mendiang istrinya!"
"Pa..."

Aku merasakan perutku sakit sekali. Tapi papa masih terus menumpahkan sumpah serapahnya tentang Om Bima. Kurasakan cairan panas mengalir di pahaku dan terus turun ke kakiku. Aku panik melihat darah mengalir dan menetes di lantai kantornya. Papa tak memperdulikan panggilanku yang melemah sampai kudengar pintu kantornya terbuka dengan kasar dan suara Om Bima memanggilku penuh kepanikan.

"Sayang!!! Oh Tuhan!!"
"Om...saa...kitt"

Om Bima berlari meraih tubuhku yang mulai limbung. Papa terpaku menatap darah yang mengalir di pahaku. Om Bima segera menggendongku dan sejenak berhenti di hadapan papa.

"Jika terjadi sesuatu padanya... Aku tak akan mengampunimu tak perduli bila kau adalah calon mertuaku!"

Om Bima lalu berlari keluar gedung dan memerintahkan siapa saja yang dia temui di kantor papa untuk menelpon ambulance.

"Om..."
"Tenang sayang... Kita akan segera kerumah sakit...kau akan baik baik saja...jangan pernah tinggalkan aku... Jangan pernah berani melakukan itu... "

Suaranya makin terasa jauh dan kegelapan mulai menyelimutiku.

Pendek aja yak...kan udah double up date nya..
Buat @Hima2510...udah terjawab ya dan move on dong dari Si Steve, jangan terlalu benci entar jadi cinta hihihi
Kurang baik apalagi coba?(hehe...memuji diri sendirinya lagi mode on)...
Ditunggu vote n comentnya yak...
See you...

Short Stories ++Where stories live. Discover now