always

78.1K 3.1K 59
                                    

Ehem... Balik lagi nih... Gak papa yak...itung itung bonus akhir tahun...
Buat readers tersayangku, terima kasih banyak atas respon luar biasanya yak.. Berarti banget buat aku. Lop yu pul dah yak....
Selamat membaca.....

6 bulan kemudian

Aku memulai hidup baruku tanpa bayang bayang Sean dan para pengawalnya. Tak ada yang tahu latar belakang kehidupanku. Aku memilih menutup diri dari pergaulan remaja di sekolahku karena aku tak mau mengulangi kesalahan seperti kejadian dengan Peter dulu. Meskipun sesekali aku masih menangisi Sean yang begitu berubah. Beberapa kali aku melihatnya muncul di layar kaca dengan kehidupan glamournya yang begitu mudah berganti pasangan. Jika ayah atau Paman Mikael menghubungiku aku selalu menghindari topik pembicaraan tentang Sean. Aku perlu menata hatiku dan memperkuat dinding pembatas antara aku dan Sean. Aku masih mencintainya dan rasa itu malah semakin kuat sekuat usahaku melupakannya.
Siang itu, seperti biasa aku berjalan kaki sepulang sekolah. Teman teman sekelasku mengajakku jalan jalan di mall baru yang terletak tidak jauh dari sekolahku tapi aku menolak dengan halus. Aku ingin istirahat karena seharian disekolah begitu sibuk dengan tugas tugas akhir semester. Dengan perlahan aku melangkah sambil sesekali menendang kerikil yang berada di jangkauan kakiku. 50 meter dari kostanku langkahku terhenti menatap sebuah mobil mewah terparkir rapi di depan gerbang kostku. Bukan mobilnya yang membuatku terpana karena aku sudah sering melihat mobil mobil yang lebih mewah lagi di garasi mansion Paman Mikael. Seseorang yang tengah bersandar santai di body mobil lah yang membuatku tertegun. Sean ... Kenapa dia ada disini? Dia menyadari kedatanganku dan menoleh kearahku membuat gemuruh jantungku makin kencang. Dia mengubah posisi tubuhnya menjadi siaga melihatku meneruskan langkah yang sempat terhenti. Dia masih menawan dengan celana jeans pudar dan kaus polo warna hitam polosnya. Wajahnya lebih tirus dengan bakal jambang yang belum dicukur membuat aura jantannya makin menguar. Sesaat aku ingin menghamburkan diri kepelukannya tapi seketika teringat pertengkaran terakhir kami aku mengurungkan niatku. Dengan cuek aku berjalan melewatinya mengabaikan tatapannya yg terasa menusuk ke arahku. Baru saja aku melewatinya tiba tiba kurasakan pergelangan tanganku dipegang dan ditarik lembut sehingga mau tak mau aku berpaling kehadapannya.

"Maaf..."

Ucapan lirihnya membuat aku serta merta mengangkat kepalaku dan bertatapan dengan mata kelamnya yang terlihat lelah.

"Maafkan aku Angel... Maaf"

Aku menghela nafas dengan berat. Memaafkannya memang mudah tapi aku ragu apakah kami bisa seperti dulu dengan jarak yang kini telah tercipta di antara kami. Aku menganggukkan kepalaku dengan enggan dan memilih memalingkan pandanganku darinya. Dia menyugar rambutnya melihat kekakuan sikapku.

"Aku sudah menyakitimu...maaf... Maafkan aku Angel"
"Aku sudah memaafkanmu Sean...aku baik baik saja..."

Sean mendesah mendengar nada datar yang ku ucapkan. Aku menatapnya dan tersenyum canggung melihat betapa intensnya pandangannya.

"Kau tak mengajakku masuk Angel?"
"Ini kost putri Sean.. "

Sean kembali menyugar rambutnya dan menatap pintu gerbang kostku agak lama. Beberapa saat kemudian dia kembali menatapku.

"Masuklah... Nanti malam aku akan menjemputmu untuk makan malam"
"Aku..."
"Please..."

Sean menatapku penuh permohonan membuatku akhirnya mengangguk pasrah. Aku tertegun saat dia mengulurkan jari kelingkingnya ke arahku.

"Damai?"

Hatiku menghangat melihat dia masing mengingat kebiasaan kami sehabis bertengkar. Kuulurkan jari kelingkingku mengait jari kelingkingnya dan menempelkan ibu jariku di ibu jarinya. Dengan perlahan aku melepas kaitan jari kami dan kembali menatapnya. Dia tersenyum tulus dan menggerakkan kepalanya sebagai isyarat agar aku cepat masuk. Dengan canggung aku mengangguk dan berlalu dari hadapannya. Pikiranku kosong dan tubuh bergerak seperti robot saat membuka pintu kamar kost, menaruh tasku di sofa dan terduduk menyusul tasku. Deru mesin mobilnya yang menjauh dari halaman kostku menyadarkanku akan kehadiran Sean yang benar benar nyata. Ku pegang dadaku merasakan detakannya yang berdentam keras. Ada setitik kebahagian saat dia datang dan meminta maaf padaku. Sekelebat harapan tentang perasaanku muncul namun dengan cepat kutepis agar aku tak terluka lagi. Setelah benerapa kali menghela nafas aku segera bangkit dan bergegas membersihkan diri dan tidur siang membawa Sean kealam mimpi.

Short Stories ++जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें