tergoda

111K 2.8K 58
                                    

Waaaaah....tersanjung banget menerima respon dari readersku tersayang...terima kasih yaaaaa...jadi semangat nulisnya dan mengalir deras idenya...wkwkwkwkw
Tak bosan bosan buat minta vote dan comentnya ya readersku tersayang...
So...

Selamat membaca...


Keesokan harinya Steve menjemputku. Aku merasakan kecanggungan diantara kami meskipun Steve tetap mesra dan memperlakukan aku dengan sangat manis tapi kehampaan di dadaku makin terasa. Dia mengemudikan mobil yang katanya milik salah satu temannya ke sebuah hotel. Aku tak mampu meredakan debaran jantungku saat akhirnya kami memasuki salah satu kamar yang mungkin memang sudah dia siapkan. Aku memilih membuka pintu balkon dan berdiri sambil menunggu menikmati suasana pagi. Aku tersentak saat kurasakan Steve memeluk tubuhku dan mengecupi leherku.

"Kau kenapa sayang?"

Aku melepaskan dekapan Steve perlahan dan berbalik menatapnya.

"Apa benar kau akan menikah?"

Tubuh Steve menegang dan kemudian bergeser kesampingku. Kami sama sama berdiri menghadap keluar di balkon kamarnya. Kami sama sama terdiam. Lama akhirnya Steve menatapku.

"Dari mana kau tahu?"
"Tuan Nicholas memberitahuku kemarin"

Dia menatapku tajam membuat aku gelisah.

"Itu benar"

Aku terpaku mendengarnya. Aku sudah tahu kalau berita itu benar tapi saat mendengar langsung dari Steve tak urung membuatku terluka. Suaraku bergetar saat kembali berbicara padanya.

"La...lalu bagaimana dengan kita?"
"Kita berpisah saja..."

Kurasakan setetes air mata lolos dari kelopak mataku. Kupejamkan mataku saat lelehan air mata mengalir begitu saja.

"Kau tak perlu menangis... Tak ada cinta di antara kita hanya perasaan saling membutuhkan.. Aku butuh tubuhmu dan kau butuh uangku"

Plak!!

Kami sama sama terkejut saat tanganku bergerak reflek menamparnya. Steve marah dan balik menamparku membuatku tersungkur ke lantai. Dia menjambak rambutku dan memaksaku berdiri membuat aku meringis kesakitan.

"How dare you...!!!"

Dia mencekik leherku membuat aku kehabisan pasokan oksigen. Aku berusaha melepas cengkraman tangannya tapi tenagaku kalah kuat. Cakaran tanganku di lengannya melemah seiring pandanganku yang mulai kabur. Saat kurasakan kematian di depan mataku tiba tiba Steve melempar tubuhku ke lantai membuatku terbatuk sambil memegangi leherku. Dia kembali menjambak rambutku dan memaksaku menatap matanya. Aku kehilangan fokus pandanganku karena masih terbatuk.

"Lancang!!!"
"Uhuk... S..Steve..."
"Jangan coba coba melawanku sayang... Kau tak punya hak melarangku dan mencampuri urusanku"

Aku menangis saat Steve menghempaskan tubuhku lagi dan bangkit meninggalkanku. Sebelum pergi dia berbalik dan kembali menyakiti perasaanku.

"Kembalilah ke asalmu... Atau kau ingin ku kenalkan pada temanku... Dia butuh pelacur eksklusif sekarang... Dia bisa menjamin hidupmu dan keluargamu dengan uangnya dan kau bisa menjaminkan tubuhmu seperti biasa"

Air mataku mengalir dengan deras mendengar kata kata Steve yang menyakitkan. Aku tak masalah bila dia memutuskan pertunangan kami tapi aku kecewa dan sakit hati menerima penghinaannya. Puas menangis aku memilih merapikan penampilanku. Aku tak mau Bibi Alie atau Paman Paul tahu yang terjadi karena aku ingin menutup semua kisahku bersama Steve.
Menjelang siang aku kembali ke rumah peristirahatan Tuan Anderson. Aku langsung masuk lewat pintu belakang dan masuk kamarku untuk menghindari interogasi Bibi Alie. Kupejamkan mataku menghalau air mata yang menggenang di pelupuk mata. Aku harus bisa mengatasi semua ini dan aku akan pulang sebentar untuk memberitahukan berakhirnya hubungan pertunanganku dengan Steve pada kedua orang tuaku. Aku berencana meminta bantuan Bibi Alie untuk nencarikan pekerjaan. Aku nyaris terlelap saat kudengar pintu kamarku diketuk dan suara Bibi Alie memanggilku.

Short Stories ++Where stories live. Discover now