wild

77.3K 2.3K 55
                                    

Balik lagi... Hehehehe
Terimakasih buat yang udah vote n coment...gak bakalan bosen aku ngucapinnya karena readers tersayangku juga gak bosen ngevote n coment di story aku.
Selamat membaca...

Hari sudah sore saat aku terbangun dari tidurku. Pada awalnya aku kebingungan saat membuka mata melihat suasana kamar yang berbeda dari kamarku. Tapi saat melihat jaket Om Bima tersampir di sofa dekat ranjang aku segera tersadar dan menyunggingkan seulas senyum mengingat percintaan kami tadi. Om Bima masuk kamar tepat saat aku mencoba bangkit dari posisiku dan mengerang lirih menahan perih di selangkanganku.

"Rara... Kau sudah bangun? Mau kemana hem?"
"Sshhh... Milikku masih sakit Om tapi aku perlu ke kamar mandi... "

Dengan manja aku menjulurkan tangan minta gendong yang langsung dia turuti. Dia membawaku ke kamar mandi di kamarnya. Dengan lembut dia membuka kaus ketat dan hotpants ku. Dia melepas celana dalamku yang bernoda darah sisa percintaan kami. Dia mengecup keningku dan membantuku duduk di kloset. Dengan lembut dia membantuku membersihkan kewanitaanku yang masih terasa perih. Dia memasukkan tubuh telanjangku ke bathup yang sudah dia isi air hangat. Aku mengerang nikmat saat merasakan otot ototku melemas dan rasa nyaman di daerah kewanitaanku. Om Bima memanjakanku seperti seorang balita yang belum bisa mengurus diri sendiri dan aku bahagia diperlakukan seperti itu.

Dia memakaikanku sweater rajut miliknya yang membungkus tubuh telanjangku sampai lutut. Aku tertawa melihat penampilanku yang seperti ondel ondel batawi dengan lengan baju tergulung tebal di pergelangan tanganku. Om Bima memandangku geli sambil mencubit gemas hidungku.

"Kau harus lebih banyak makan Rara"
"Ish..Om ini... Posturku menurun dari mama... Dia mungil tapi cantik"

Dia tergelak mendengar nada sombong pada suaraku. Candaan kami terhenti saat terdengar pintu diketuk dan suara pelayannya yang kuketahui bernama Bik Santi memanggil Om Bima. Om Bima menyuruh dia masuk dan aroma masakan menyeruak dari troli makanan yang dia dorong. Bik Santi menyiapkan makanan beraroma lezat itu di meja dekat sofa. Begitu Bik Santi keluar, Om Bima meraih tanganku dan menggandengnya ke arah sofa.
Tanpa menunggu lagi kami menyantap habis makanan lezat yang terhidang. Aku puas dengan rasa Ayam krispynya yang membuatku ketagihan dan Om Bima malah menyuruhku menghabiskannya. Dia merapikan bekas makan kami dan meletakkannya di troli yang Bik Santi tinggalkan di kamar.

Om Bima mengajakku berbaring lagi di ranjangnya. Kami berbaring berhadapan dan sangat dekat. Om Bima membawa tanganku ke bibirnya dan mengecupnya dengan khidmat membuat tubuhku meremang dan mendamba.

"Om"
"Ck... Setelah apa yang kita lakukan tadi..kamu masih saja memanggilku dengan sebutan om"

Aku tertawa dan mencium gemas bibirnya yang merengut tak suka. Aku beringsut menaiki tubuhnya dan menduduki perut ratanya.

"Aku suka panggilan itu kok"
"Kau akan benar benar dianggap keponakanku bila kita kencan"
"Kencan? Kapan? Sekarang"
"Aish... Kamu ini... "
"Memangnya Om berani membawaku kencan? Papa bakal ngelabrak Om seperti kejadian di bengkel Om dulu"

Kami tertawa saat mengingat papa yang melabrak Om di bengkelnya dan mengatai Om Bima pedofil gila.

"Aku suka panggilan itu Om..terdengar nakal dan seksi"
"Terserahlah... Tapi nanti kalau kita sudah menikah...kau harus memanggilku mas atau sayang atau apalah itu yang penting bukan om"
"Om mau menikahiku???"

Om Bima memukul pahaku yang mengapit tubuhnya dengan gemas.

"Memangnya setelah Om perawanin kamu...kamu tidak meminta pertanggungjawaban sama Om?"
"Om mau tanggung jawab?"
"Sayang.... Om sayang sama kamu...Om juga pria pertama kamu dan Om gak mau ada pria lain setelah Om... Rara cuma milik Om.. Dan untuk itu...Om mau menikahimu... Rara mau kan nikah sama Om?"

Short Stories ++Where stories live. Discover now