tergoda

112K 2.6K 35
                                    

Hai hai hai... Dari judulnya udah ketebak kannnnn??? Sesuai permintaan readers tersayangku... tergoda aku lanjut sampai end....
Aku juga mo ngucapin terima kasih yang buaaaanyaaaak buat kalian karena udah sudi ngevote and coment di story aku...
Btw... Semua storyku ini murni lho hasil pemikiran otak mesumku yang suka kambuh wkwkwkw...
Aku juga antipati sama yg namanya plagiator so aku gak bakalan jadi plagiator.
Nah... Selamat membaca ya....
#janganlupavotedancomentnya

Keesokan paginya aku terbangun dengan kondisi badan seolah habis olahraga berat. Sekujur tubuhku terasa linu apalagi daerah kewanitaanku. Dengan malas aku membersihkan diri dan membereskan rumah yang sudah sepi. Pasti kedua orangtuaku sudah berangkat ke peternakan.
Mengingat peternakan dadaku berdebar karena secara reflek aku juga mengingat seks yang kulakukan dengan Tuan Nicholas. Setelah semalam berlalu rasa bersalah pada Steve semakin besar dan aku berjanji untuk jujur nanti padanya sekembalinya dia dari kota. Aku memutuskan untuk menjauhi peternakan dan Tuan Nicholas. Aku takut tak mampu menahan godaan pesonanya. Dia tampan dan 'jantan' baik dalam arti harfiah ataupun kiasan. Jika aku terus berdekatan dengannya aku yakin aku akan bertekuk lutut dalam pesonanya dan itu tidak boleh terjadi. Steve tunanganku yeah walaupun brengsek dialah yang membantu perekonomian keluargaku selama ini. Aku tak mau disebut tak tahu terimakasih dengan terlibat hubungan dengan pria lain.
Suara ketukan pintu membuatku tersadar dari lamunanku. Dengan segera aku membuka pintu rumahku dan tubuhku menegang melihat Tuan Nicholas tengah berdiri di depan pintuku. Dia memakai kaus hitam polos yang pas membungkus tubuh atletisnya. Ditambah jeans hitam pudar yang membuat dia makin terlihat jantan. Aku menunduk memberi hormat sambil menyembunyikan debaran jantungku. Dia bersedekap sambil menatapku tajam membuat kegugupan melandaku.

"Kau tak mempersilahkan tamumu masuk baby?"
"Eh... Si silahkan t tt tuan..."

Aku merutuki mulutku yang terbata menyilahkannya masuk. Dia melangkah masuk dan pandangannya beredar menatap keseluruhan ruang tamu membuat aura tak nyaman terasa.

"A..ada perlu apa tuan kemari?"
"Kau tak menyuruhku duduk? "
"Ap apa? Oooh.. Silahkan duduk tuan... Apa anda mau minum teh?
" Tidak... Duduklah baby"

Aku ikut duduk di sofa yang letaknya berhadapan dengan sofa yang dia duduki. Tubuhku terasa panas dingin dibawah tatapannya. Aku salah tingkah karena dia masih menatapku intens tanpa berkata kata. Aku tersentak saat akhirnya dia memecahkan kesunyian diantara kami.

"Kau baik baik saja baby?"
" i iya tuan..."
"Apa masih sakit?"
"Eh? maksud t tuan?"
"Milikmu...apa masih sakit?"

Aku merasakan pipiku panas. Bagaimana dia bisa se vulgar itu? Tapi akhirnya aku menggeleng dan menunduk malu.

"Kemarilah baby..."
"Tuan?"
"Ck... Aku tidak akan memasukimu...kemarilah"

Telingaku panas dan pasti mukaku juga merona mendengar ucapannya yang tanpa filter. Dengan perlahan aku mendekatinya dan seperti semalam dia lagi lagi menarikku duduk menyamping di pangkuannya. Tubuhku kaku dan jantungku seperti dipacu lebih dari kemampuannya. Aku bergerak mencoba melepaskan diri tapi dia menahan tubuhku dan menyurukkan kepalanya di lekuk leherku. Aku meremang saat kurasakan dia mengecup basah belakang telingaku.

"Tuan... Jangan..."

Dia menghentikan aksinya dan menjauhkan kepalanya dari leherku sehingga kini mata kami saling menatap.

"Why?"
"Saya sudah bertunangan dan saya tidak ingin mengkhianati tunangan saya lagi..."

Tuan Nicholas menatapku tajam membuat rasa takut seolah menikam perlahan. Dia melonggarkan dekapannya dan kugunakan itu untuk bangkit dari pangkuannya. Dia ikut berdiri dan aku melangkah mundur.

Short Stories ++Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang