Siluet #19: Pengkhianat 1 (revisi)

431 39 14
                                    

"Jika kau mencari sahabat tanpa kesalahan, niscaya kau akan hidup sebatangkara."

***

Jam tujuh pagi.

Aku melangkah cepat menuju kelas. Menenteng tas yang lumayan berat berisi setumpuk bahan tugas yang belum selesai kukerjakan. Tugas terakhir sebelum ujian.

Semalam aku tidak bisa memejamkan mata sedikit pun. Hanya berguling ke kanan dan ke kiri entah berapa puluh kali di atas tempat tidur yang terasa lebih dingin dari biasanya.

Gelisah.

Sampai kemudian Iko mengirim pesan, mungkin jam tiga pagi.

'Tidur, Nggi. Hampir pagi.'

'Ngga bisa tidur. Kamu?'

'Sama.'

'Kok aku gelisah banget ya?'

Iko sedang mengetik. Lama tak ada balasan.

Aku makin gelisah.

Dia mengetik lagi. Baru kemudian satu balasan kuterima.

'Sebenarnya ada cara biar kamu ngga gelisah.'

'Aku harus gimana, Ko...?'

'Kamu bayangkan saja aku mencium kamu sampai kamu merasa 'enak' dan mencapai puncak.'

Hebatnya aku langsung tahu apa maksud kalimat itu.

Dan entah kenapa aku menurut.

Kuambil selembar selimut dan meringkuk di bawahnya. Aku mulai membayangkan sesuatu yang membuatku merasa 'enak' seperti kata Iko barusan.

Tak berapa lama, aku mengerjap dan melihat gemintang di langit-langit kamar. Apa ini puncaknya? Puncak yang kudaki sendirian?

Malam ini cukup dingin, tapi peluh memenuhi sekujur tubuh. Lelah.

Lalu aku tertidur.

*

Sampai di kelas, kunyalakan laptop. Oh... Shit! Ini bahkan belum sampai seperempat bagian yang berhasil kusalin semalam sebelum akhirnya ... damn!

Bagaimana ini bisa selesai dalam waktu satu jam?

Berpikir, berpikir, berpikir! Ini tugas terakhir dan harus maksimal jika tidak ingin nilaiku jeblok semester ini.

Kuputuskan pergi ke kantin untuk menyelesaikan ketikan dan bolos jam pertama. Ah, sejak kapan aku jadi tukang bolos?

Seharusnya aku juga tidak boleh melewatkan rapat BEM jam sepuluh nanti. Semoga saja waktunya masih bisa terkejar.

Jadi sekarang aku sedang mengejar waktu? Uh, sial! Tak ada gunanya mengejar waktu. Waktu tidak akan pergi kemana-mana. Ia hanya akan hilang begitu manusia menyia-nyia.

Rapat kali ini masih menindaklanjuti kesepakatan pada rapat sebelumnya mengenai usulan sistem penerimaan mahasiswa baru. Marcell, Sang Ketua BEM memercayakan padaku untuk konsolidasi dengan pihak 'penguasa' kampus.

Di balik penampilan luar yang ngepop, sejauh ini Marcell sudah membuktikan dirinya memang layak menjadi pemimpin. Ia tak perlu menguasai segala hal. Ia hanya butuh orang-orang terbaik di belakangnya untuk menunjang laju organisasi di bawah kepemimpinannya.

 Ia hanya butuh orang-orang terbaik di belakangnya untuk menunjang laju organisasi di bawah kepemimpinannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Siluet (Completed)Where stories live. Discover now