Bab 12 - Part 1

918 29 0
                                    

"Aku di mana?" tanya batinku.

Saat kubuka mata, aku benar-benar merasa heran dengan apa yang aku lihat di hadapanku. Dinding kamar yang penuh dengan stiker bunga matahari, bernuansa orange, membuat aku merasa asing, ditambah aku merasakan tempat tidur yang beda dan nyaman dari tempat tidur yang biasa aku tiduri.

Ingin rasanya aku memastikan, apa yang terjadi dengan kamarku. Namun leher ini terasa kaku untukku gerakkan. Ingin aku bertanya, tapi pipa intubasi di mulut ini benar-benar membuatku sulit untuk berbicara.

“De... kamu udah bangun,” ujar Kak Sandra yang saat itu tengah tiduran di sampingku.

“Bun, Hanin udah bangun Bun,” ujar Kak Sandra kepada Bunda yang sedang tertidur di sofa, yang berada tidak jauh dari tempat tidurku.

Dengan senyum bahagia, Bunda langsung bangun dan bergegas menghampiriku.

“Sayang, akhirnya kamu bangun. Kamu bisa dengar Bunda, kan?” tanya Bunda kepadaku. “Bunda di sini Sayang, Bunda nggak akan ninggalin kamu lagi,” sambung Bunda.

Tapi aku hanya diam sambil menatap wajah Bunda dengan genangan air mata di kolapak mataku.

“Anggukkan kepala kamu Sayang! atau pegang tangan Bunda!”

Aku berusaha menganggukkan kepalaku, tapi susah. Rasanya aku ingin genggam tangan Bunda yang kini sedang menggenggam tanganku, tapi tangan ini benar-benar sulit untuk aku gerakkan. Aku pun mengerang kesal hingga menangis. Aku benar-benar kesal kenapa bagian tubuhku ini sama sekali tidak bisa aku gerakkan satu pun. Bunda jadi semakin sedih dan tidak tega dengan kondisiku.

“De, sabar Sayang. Kakak yakin kamu pasti bisa lewatin semua ini. Kamu nggak boleh nyerah, kamu harus sembuh!” ujar Kak Sandra sambil menahan tangisnya. “Kamu harus lihat apa yang Kakak kasih buat kamu, apa yang selama ini kamu mau, De.”

Ternyata sudah tiga hari aku tidak sadarkan diri, dan selama tiga hari pula Kak Sandra menemani dan merubah kamarku menjadi kamar yang selama ini aku mau. Dengan nuansa warna-warni, stiker bunga matahari di dinding, dan ternyata tempat tidur yang aku tiduri sekarang ini bukan lagi tempat tidur orang sakit. Tapi tempat tidur biasa, dengan hiasan bernuansa identik dengan matahari dan alam.

Aku sama sekali tidak menyangka Kak Sandra bisa tahu apa yang aku mau. Ternyata selama sikap Kak Sandra jutek dan kasar sama aku, tanpa ada yang tahu, diam-diam Kak Sandra memasang kamera cctv di kamarku. Sehingga Kak Sandra bisa memantau dan tahu setiap kondisiku di dalam kamar lewat sebuah monitor di kamarnya. Sehingga semua yang terjadi di kamarku, Kak Sandra bisa tahu. Termasuk saat aku sedang merasa sedih atau pun mengeluh.

“Ini yang selama ini kamu impikan kan, De? ini buat kamu Sayang. Kamu harus sembuh! dan bilang ke Kakak apa yang kurang. Kakak akan bikin semua sesuai yang kamu mau, iya kan, Bun?” ujar Kak Sandra menangis.

Melihat Bunda dan Kak Sandra menangis, aku pun tidak bisa menyembunyikan rasa sedihku. Aku ikut menangis, tapi Kak Sandra tetap memberiku semangat sambil menghapus air mataku yang menetes sambil tersenyum. Namun hati ini malah terasa sakit, sakit dengan ketidakberdayaan tubuh ini.

Hampir setiap hari Kak Sandra selalu menemaniku, Kak Sandra bahkan rela tidak masuk kuliah demi aku. Kak Sandra tidak ingin melewatkan waktu bersamaku, Kak Sandra ingin menebus semua kesalahannya dulu yang selalu mengabaikan ku. Bahkan saat kita sedang berdua Kak Sandra sering mengajakku berbicara, bercerita, meski aku sama sekali tidak pernah bisa menjawabnya.

Seperti sekarang ini, Kak Sandra terbaring tepat di sampingku, dan mengajak aku yang masih seperti mayat hidup ini ngobrol. Saat ini aku merasakan tangan Kak Sandra memegang erat tanganku.

“De... maafin Kakak ya, kalau Kakak baru bisa jujur sekarang. Ada yang perlu kamu tahu Sayang, sebenernya Kakak bener-bener menyesal, De. Kenapa Kakak bisa deket sama kamu saat keadaan kamu seperti ini. De... dulu Kakak kasar banget ya sama kamu?"

"Kakak minta maaf, ya! Kamu pasti ngira kalau Kakak benci sama kamu. Tapi kenyataannya nggak gitu, De... Kakak nggak pernah benci sedikit pun sama kamu. Kakak sengaja ngelakuin itu, karena Kakak nggak siap kalau nanti harus kehilangan kamu. Tapi... tapi Kakak yakin kok, kamu pasti sembuh. Kakak yakin,” ujar Kak Sandra sedikit sendu.

“De... seandainya waktu bisa diulang kembali. Kakak janji nggak akan pernah biarin kamu kesepian, Kakak nggak akan pernah biarin kamu sendiri, dan Kakak nggak akan pernah sia-siain canda tawa juga kebersamaan yang bisa tercipta saat bersama kamu. Kakak nggak akan pernah menyesal punya adik cantik kaya kamu. Kakak tahu semua ini terlambat, De... tapi ijinkan Kakak untuk menebus semua itu ya? Mulai sekarang Kakak akan selalu ada buat kamu.” Kak Sandra mencium tanganku.

“De kamu tahu nggak kalau saat ini hati Kakak sedang merasakan ketakutan yang sangat hebat? Keadaan kamu sekarang membuat Kakak semakin takut kehilangan kamu," sambung Kak Sandra.

Mendengar semua itu air mataku menetes, dan entah ada keajaiban apa yang terjadi pada diriku. Yang jelas secara spontan jari tanganku ini bergerak dan bisa menggenggam tangan Kak Sandra. Kak Sandra yang tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya pun tak kuasa menahan air matanya, dan kemudian mencium tanganku. Air mataku pun kembali menetes.

“De, kamu bisa lihat kan apa yang sekarang ada di depan kamu? Meski cuma gambar, tapi setidaknya kamu bisa lihat Matahari terbit. Kakak tahu kamu pasti kangen bangun pagi, berlari menuju jendela dan berdiri di balkon untuk melihat Matahari terbit. Jangan pernah menyerah melawan rasa sakit itu ya, De! Kakak yakin kamu bisa, Sayang. Kakak yakin kamu kuat. Kamu harus sembuh, De! demi Kakak, Bunda, sama kak Hans.”

Entah rasa apa yang ada di hatiku saat ini, yang jelas aku sangat bahagia mendengar apa yang sudah kak Sandra ucapkan kepadaku. Andai saja kakak bisa tahu isi hatiku, kakak pasti mengerti betapa sulitnya menghadapi semua ini, semua sakit ini kak. Rasanya aku ingin menyerah saja.

Tapi demi kakak, Bunda, dan semua orang yang aku sayang, aku akan berusaha melawan semua rasa sakit ini. Aku tidak akan menyerah sedikit pun, sampai aku benar-benar kalah.

***

Sunshine (ketulusan, cinta dan pengorbanan) REVISIحيث تعيش القصص. اكتشف الآن