Bab-7

801 29 0
                                    

Pagi yang cukup indah untukku. Karena setibanya di kampus, aku kembali disuguhkan oleh wajah tampan kak Deva, yang menebar senyum paling manisnya kepadaku, saat berada di halaman kampus dan tidak sengaja berpapasan denganku.

Mungkin kita jodoh,” batinku.

Karena sudah beberapa kali aku selalu dipertemukan dengan kak Deva. Kepedean, pasti lah. Aku rasa, aku memang mulai menyukai kak Deva, jadi aku pasti berharap berjodoh dengan kak Deva. Entahlah, semenjak bertemu dengan kak Deva, hatiku ini sering berdebar tidak menentu, kadang berbunga-bunga, kadang kayak genderang mau perang kalau kata Dewa 19 hehe. Mungkin ini yang dinamakan jatuh cinta? Mungkin. Maklum saja, aku tak pernah tahu apa itu Cinta, dan bagaimana rasanya jatuh cinta. Ingin rasanya aku bertanya pada Bunda, tapi aku malu. Takut Bunda malah menertawakan aku. Ingin rasanya bercerita pada kak Sandra, yang pastinya sudah tahu jawaban tentang rasa apa yang sedang aku rasakan sekarang ini. Namun sayang, kak Sandra entah pergi kemana.

Untung aku punya Citra, sahabat yang bisa mendengarkan curahan isi hatiku. Yang sedang merasakan perasaan yang aneh pada seorang pria yang identitasnya masih aku rahasiakan. Meski belum tahu pria mana dan siapa yang aku maksud, ternyata Citra sangat mensuport aku untuk mendapatkan cinta pertamaku. Ya, meski aku tahu kak Deva belum tentu punya perasaan yang sama. Namun aku tetep semangat, semangat untuk memperjuangkan cinta pertamaku.

Semakin hari, aku semakin sering bertemu kak Deva. Ya walau harus berbohong dan mencuri-curi kesempatan dari tiga sahabatku. Karena aku masih merasa malu jika mereka tahu aku sedang tertarik pada seorang pria. Kak Deva selalu meluangkan waktu, untuk sekedar ngobrol-ngobrol bersamaku saat berada di kampus. Semua itu cukup membuat aku semakin merasa dekat dengan kak Deva. Hingga suatu hari aku sudah tidak merasa malu untuk mengajak kak Deva pergi nge-date. Aku sempat pesimis kalau kak Deva bakal merespon positif ajakanku. Tapi sangat di luar dugaan. Ternyata kak Deva mau menerima ajakanku. Sungguh bahagia yang tidak terkira yang dirasakan oleh hatiku saat itu.

Aku langsung mempersiapkan dandan tercantikku untuk kak Deva. Aku ingin nanti kak Deva terpesona saat melihatku. Aku benar-benar antusias untuk bertemu kak Deva sore ini. Berbagai persiapan aku lakukan untuk pertemuan sore nanti, aku hanya ingin memberikan penampilan yang terbaik untuk pangeranku.

Dan benar saja, saat waktu pertemuan tiba, kulihat kak Deva sedikit bengong saat melihatku berdiri di hadapannya, dengan dress pendek berwarna biru muda dan sepatu hills dengan rambut terurai, kak Deva memujiku cantik. Emm, aku bahagia sekali. Karena usahaku untuk mempercantik diri berbuah manis.

Kak Deva membawaku pergi ke sebuah cafe coklat, bisa duduk berdua sambil berhadap-hadapan dengan kak Deva membuatku semakin Bahagia. Perasaan yang tak pernah aku rasakan sebelumnya. Apalagi dengan tidak sengaja kak Deva memegang tanganku cukup lama, karena secara barsamaan kita mengambil tisu yang ada di tengah-tengah meja. Ahhhh... hatiku benar-benar dibuat meleleh malam ini. Seperti coklat panas yang disuguhkan di cafe ini. Lumerrrrr hehe....

Semakin hari rasa di hati ini semakin tak terkontrol. Apa ini benar-benar Cinta? Entahlah, yang jelas hati ini hilang kendali saat ada di dekat kak Deva. Rasanya tidak ingin sedikit pun jauh dari kak Deva. Sehari tidak melihat wajahnya hati terasa tidak menentu, pikiran tak berhenti memikirkannya. Seakan-akan isi di dalam kepalaku semua tentang kak Deva. Mungkin bisa dibilang aku terlalu lebay, ya dimaklumin aja. Namanya juga baru pertama kali jatuh cinta hehe. Jadi malu sendiri.

Malam ini aku berhasil mengajak kak Deva untuk pergi nonton film di bioskop. Ini benar-benar hari yang paling indah untukku. Karena akhirnya aku bisa jalan lagi dan nonton bareng kak Deva. Ada satu hal yang tidak akan bisa aku lupakan yang terjadi malam ini. Saat pulang dari bioskop, di dalam mobil sebelum aku turun dan masuk ke dalam area apartemen. Dengan sedikit rasa ragu aku memberanikan diri untuk mencium pipi kak Deva. Dan setelah itu kak Deva malah bengong, aku jadi salah tingkah. Aku pasti tahu apa yang ada di pikiran kak Deva saat itu. Dalam hati kak Deva pasti muncul sebuah penilaian yang kurang baik, kalau aku ini cewek yang tidak tahu malu banget.

“Lo serius ngelakuin itu, Nin?” tanya Citra sambil tersenyum.

Saat aku memberanikan diri menceritakan semua kepada Citra. Karena aku Merasa tidak bisa memendam rasa ini sendiri.

“Jangan ngetawain aku kayak gitu dong, aku jadi malu, Cit. Aku belum pernah loh kayak gini.”

“Siapa sih yang udah buat lo klepek-klepek kayak gini, Nin? Kasih tau gue dong, siapa tau gue bisa bantu lo buat dapetin dia.”

“Nanti aja deh, kalau dia udah bener-bener jadi milik aku. Lagian aku juga ragu kalau dia juga punya rasa yang sama,” ujarku pesimis.

Namun Citra terus memberiku semangat untuk terus memperjuangkan cintaku. Bahkan Citra bisa membuatku semakin yakin, untuk tidak ragu lagi mengungkapkan apa yang hati aku rasakan.

***

Sunshine (ketulusan, cinta dan pengorbanan) REVISIWhere stories live. Discover now