Bab 10 - Part 1

696 24 0
                                    

Pagi ini aku terkejut, saat aku bangun tidur dan menatap jam di dinding yang menunjukkan pukul 6:30. Aku langsung beranjak dari tempat tidurku dan langsung bergegas pergi ke kamar mandi. 

Entah apa yang sedang terjadi, hari ini tubuhku terasa segar dan bertenaga, sehingga membuatku begitu bersemangat. Setelah selesai membersikan badan, aku langsung mencari baju seragam putih biru milikku di dalam lemari, lalu memakainya dan bergegas pergi keluar tanpa menghiraukan suasana kamar.

Dengan cepat kuturuni anak tangga untuk menghampiri Bunda dan Kak Hans yang sedang sarapan pagi.

“Bunda! Bunda gimana sih. Kok nggak bangunin Hanin, kalau Hanin kesiangan dan terlambat masuk kelas gimana?” omelku pada Bunda karena Bunda tidak membangunkanku lebih awal.

Tapi Bunda malah menatapku aneh, seakan-akan heran dengan sikapku pagi ini.

“Sayang, kamu mau kemana? Kenapa kamu pakai seragam seperti itu? ... Mendingan sekarang kamu kembali ke kamar dan istirahat ya!” ajak Bunda cukup lembut.

“Iiihhhh... Bunda. Hanin kan mau ujian, dan hari ini ujian matematika. Hanin udah terlambat banget ini Bun, Hanin pergi ya Bun,” kataku cukup cepat sambil mencium tangan Bunda lalu Kak Hans.

Pasti saat itu Bunda terus menatapku aneh, bahkan sampai meneteskan air mata. Dan dalam keadaan seperti itu Kak Hans pasti mencoba mendekap Bunda untuk menenangkan hatinya.

Saat aku akan membuka pintu rumah, tiba-tiba langkahku mendadak terhenti. Pandangan mata ini mencoba meneliti apa yang aku kenakan, seketika saja aku meneteskan air mata. Aku tidak mengerti mengapa aku bisa mengenakan seragam SMP seperti sekarang ini, padahal statusku sekarang adalah seorang mahasiswi. Dengan air mata yang terus menetes aku kembali menghampiri Bunda dan Kak Hans, lalu kupeluk Bunda.

“Bunda...” rengekku.

“Sayang...” sambut Bunda sambil mencoba menenangkanku.

“Apa yang terjadi sama Hanin Bun? Kenapa Hanin bisa pake seragam seperti ini? Hanin bingung Bunda, Hanin nggak ngerti apa yang sebenernya Hanin lakukan sekarang!?”

“Semua baik-baik aja Sayang,” ucap Bunda sendu sambil memelukku erat.

“Kak, tolong jelasin!”

“Enggak ada apa-apa Sayang, semua baik-baik aja,” kata Kak Hans dengan sedikit air mata yang menggenang di matanya.

Entah apa yang sebenarnya terjadi, yang jelas akhir-akhir ini aku merasa ada yang aneh yang terjadi padaku. Seperti hal-nya saat Kak Sandra masuk ke kamarku untuk memberiku makan malam. Tiba-tiba saja aku bersikap seperti orang ketakutan saat melihat kak Sandra. Kak Sandra pun dibuat heran dengan sikapku.

“De, kamu kenapa?” tanya Kak Sandra sambil meletakkan makanan yang Kak Sandra bawa di atas meja, lalu Kak Sandra duduk di sampingku.

“Hanin mohon maafin Hanin, Kak... Hanin bener-bener nggak sengaja ngerusakin gitar Kakak. Tolong jangan marah sama Hanin Kak, Hanin mohon!” kataku ketakutan.

Seketika aku melihat air mata Kak Sandra menetes saat melihat sikapku seperti ini. Dan Kak Sandra memilih beranjak dari sampingku dan melangkah pergi dengan menahan tangis, saat meninggalkan aku yang sedang ketakutan sendiri.

***

Sunshine (ketulusan, cinta dan pengorbanan) REVISIWhere stories live. Discover now