Bab 8-Part1

743 22 0
                                    

POV 3

Sepasang kaki tidak sengaja menendang sebuah buku diary yang tergeletak di lantai, sebuah tangan mengambil buku tersebut.

“Buku siapa ini?” tanya seseorang pada dirinya sendiri, dan dia adalah Citra.

Dengan ragu bercampur sedikit penasaran, Citra membuka diary itu. Namun, tiba-tiba ada sebuah foto yang jatuh dari dalam diary. Citra langsung mengambil foto itu, betapa kagetnya saat Citra tahu ada foto Deva terselip di dalam diary itu, yang ternyata milik Hanin.

“Deva...” ujar Citra tidak mempercayai.

***

Setelah kejadian itu Citra jadi sering memperhatikan Hanin, yang semakin terlihat sangat mencintai Deva. Mengetahui semua itu, Citra tidak tinggal diam. Citra melakukan sesuatu untuk Hanin.

“Maksud kamu itu apa sih, Cit? Jelas aku nggak akan pernah bisa lakuin itu,” ujar Deva. Yang ternyata kekasih Citra.

Setelah sebelumnya mendengarkan penjelasan dari Citra, bahwa Hanin berniat akan menembak Deva sore nanti. Citra meminta Deva untuk menerima Hanin, dan merahasiakan hubungan Deva dengan Citra dari Hanin. Sebab sampai detik ini, Hanin belum mengetahui wajah pacar Citra.

“Aku mohon, Dev! Jangan kecewakan dia!”

“Aku rela ngelakuin apa aja yang kamu minta, tapi untuk yang satu ini, aku nggak bisa. Aku sayang sama kamu, Cit. Jangan salah artikan kedekatan aku dengan dia selama ini. Aku hanya menganggap dia teman, adik kelas, nggak lebih.”

Namun, Citra terus saja membujuk Deva, meski Deva sama sekali tidak setuju dengan keputusan Citra, yang menginginkan Deva melakukan hal yang menurutnya tidak masuk akal.

***

"Cit... akhirnya dia mau nerima cinta aku,” ujar Hanin sambil memeluk Citra penuh kebahagiaan.

Pagi itu. Hanin, Citra, Ririn dan Friska sedang berada di koridor kampus. Mereka baru saja mendengarkan curahan Hanin tentang peristiwa penting untuknya, yang terjadi malam tadi. Saat Hanin menyatakan cinta pada laki-laki pujaan hatinya di sebuah cafe, dan dia menerimanya.

“Bener kan kata gue juga, cinta lo nggak mungkin bertepuk sebelah tangan, Nin,” kata Citra sambil tersenyum.

Karena Citra sudah lebih dulu tahu, kalau laki-laki yang Hanin suka adalah Deva. Dan Citra juga yang meminta Deva untuk menerima cinta Hanin malam itu. Citra ikut bahagia melihat sahabatnya itu bahagia.

“Cieee... yang baru jadian. Ditunggu traktirannya, yah...” ujar Ririn dan Friska kompakan.

Hanin tersenyum bahagia, karena ketiga temannya ikut bahagia mendengar Hanin telah resmi jadian dengan sang pujaan hati.

“Cepet kenalin ke kita ya, Nin. Kita kan penasaran cowok kayak apa sih yang udah buat lo kesemsem gini?”

Pandangan Hanin tiba-tiba teralih setelah tidak sengaja melihat Deva lewat, dan langsung menyita pandangannya.

“Iya pasti aku kenalin. Emmm... aku tinggal dulu ya. Ada urusan dulu sama pangeran aku, dahhh...” ujar Hanin sambil beranjak pergi menyusul ke arah Deva berjalan.

“Tunggu deh... kok gue ngerasa ada yang aneh. Pangeran Hanin? Maksudnya cowok itu pangeran Hanin? Tapi kan itu Deva?” kata-kata yang keluar dari mulut Friska saat melihat Deva yang kini sudah berjalan didampingi Hanin.

Ririn dan Friska malah memandangi Citra sinis. Apalagi melihat Citra dan Deva saling menatap aneh, saat sempat bertatap muka dari kejauhan sebelum Deva pergi bersama Hanin tadi. Friska dan Ririn merasa ada yang beda, ini terlihat aneh dari biasanya.

“Jangan bilang kalau pangeran yang Hanin maksud itu Deva, Cit?” tanya Ririn.

Citra cukup bingung untuk menjawab pertanyaan dari kedua sahabatnya itu. Tapi Citra juga tidak mungkin menyembunyikan semua ini dari Friska dan Ririn. Bagaimana pun mereka sahabat Citra, jadi Citra rasa Friska dan Ririn memang harus tahu apa yang sebenernya terjadi. Citra berusaha mengumpulkan keberaniannya, dan kemudian menganggukan kepalanya sebagai tanda, apa yang mereka maksud itu benar.

“Gue mohon sama kalian... tolong rahasiain ini semua! Jangan sampe Hanin tau tentang Deva.”

Friska dan Ririn merasa kecewa dengan apa yang sudah Citra lakukan. Mereka sama sekali tidak mengerti kenapa Citra bisa sampai melakukan semua ini.

“Sumpah ya, Cit... gue masih nggak ngerti apa yang ada di pikiran lo? Lo sama Deva tuh udah lama pacaran, dan sekarang lo malah.... Emch ahhhh.” Friska jadi merasa kesal sendiri.

“Nggak seharusnya lo lakuin ini, Cit... Hanin cuman sahabat baru buat kita. Jadi lo nggak perlu ngelakuin ini buat dia. Gue...”

“Udah guys... hargai keputusan gue! Dan kalaupun seandainya semua itu terjadi sama kalian, gue pasti ngelakuin hal yang sama. Gue cuman nggak mau temen gue kecewa, itu aja kok. Dan kalian juga tau kan, Hanin baru pertama kali ngerasain jatuh cinta, dan gue nggak mau dia ngerasain sakit hati sebelum dia ngerasain apa itu cinta yang sebenarnya. Gue harap kalian ngerti kenapa gue ngelakuin ini,” ujar Citra sambil pergi meninggalkan Ririn dan Friska, yang masih terlihat tidak terima dengan keputusan yang Citra ambil.

Ririn dan Friska malah jadi pandang-pandangan tidak jelas, sampai akhirnya mereka memutuskan untuk menyusul Citra.

Mungkin selama ini Hanin sama sekali tidak pernah tahu, kalau Deva itu adalah pacar Citra. Setelah kini menjadi pacar Hanin, Citra, Ririn dan Friska memang begitu pintar menyembunyikan semua kebenaran yang terjadi, begitu pula dengan Deva. Yang mencoba mengikuti skenario yang Citra inginkan. Itu sengaja mereka lakukan, karena tak ingin membuat Hanin kecewa dan patah hati bila mengetahui yang sebenarnya. Meski Citra yang harus rela mengorbankan pasangannya, sakit hati dan rasa cemburu sudah jelas terlihat. Namun Friska dan Ririn sama sekali tidak bisa berbuat apa-apa dalam masalah ini.

***

Di suatu malam, saat Deva mengantarkan Hanin pulang ke Apartemen Citra. Di lobi Citra tidak sengaja berpapasan dengan Deva, Citra terlihat membuang muka. Tapi Deva tidak tinggal diam, Deva menarik tangan Citra dan tiba-tiba Deva memeluknya. Namun, Citra nampak tidak merasa nyaman, sehingga dia melepaskan pelukan Deva.

“Jangan kayak gini, Dev.”

“Tapi aku kangen banget sama kamu, Cit... akhir-akhir ini kamu menghindar terus dari aku.”

“Semua ini demi kebaikan kita.”

“Sampai kapan, Cit? Sampai kapan aku harus siksa perasaan kamu kayak gini? Sampe kapan, Cit? Tolong akhiri semua ini! Aku pengen kita kayak dulu lagi,” ujar Deva sambil menggenggam tangan Citra. Kemudian mencium kening Citra lalu memeluknya.

Kali ini Citra diam, nampaknya Citra tidak bisa menyembunyikan lagi perasaan yang sebenarnya ada di hati Citra saat ini, bahwa Citra juga merindukan Deva. Suasana lobi Apartemen yang sepi, membuat mereka terhanyut dalam kerinduan.

***

Sunshine (ketulusan, cinta dan pengorbanan) REVISIWhere stories live. Discover now