Chapter 42 | Healer

14.6K 1.1K 88
                                    

Happy Reading

Happy Reading

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

☕☕☕

"Kau merasa lebih hangat?"

Aneira tersenyum. Suara Dev membuat perhatiannya yang semula memandangi bekas aliran hujan memenuhi jendela kafe ganti teralihkan pada lelaki itu. Dev menatapnya. Tanpa sadar Aneira malah memikirkan Zean sehingga dia jadi mengabaikan Dev.

"Ya, aku sudah tidak menggigil seperti tadi," kata Aneira. "Setidaknya ini cukup membantu." Ia menyentuhkan telapak tangannya pada permukaan gelas minuman cokelat panas pesanannya guna menyerap hangat ke balik pori – pori kulitnya yang dingin.

"Thanks Dev... Aku berhutang lagi padamu," senyuman kembali menghiasi wajah Aneira yang ditutupi poni basah.

"Kau membawaku ke tempat yang bagus. Jadi kali ini biarkan aku yang mentraktir..," ucap Aneira dengan nada riang. Terlihat begitu menikmati uap yang mengepul di atas cairan cokelatnya dengan mata berbinar – binar.

Aneira mengarahkan wajahnya lebih dekat pada bibir gelas dan seketika sensasi hangat menjalar cepat ke semua bagian. Ah, lumayan. Sepertinya suhu tubuh Aneira berhasil meningkat beberapa derajat karena dia tidak merasa kedinginan atau menggigil lagi.

Hujan sudah reda sejak tadi, dan itu membuat orang - orang yang berlindung dalam rumah terlihat kembali melanjutkan aktivitas masing - masing. Sementara beberapa menit yang lalu, Shamus juga menelepon Aneira untuk menyampaikan permintaan maafnya karena pria itu harus mengurus sesuatu di tempat lain begitu mendapat perintah mendadak dari Zean.

Maka dengan tumpangan dari mobil Dev, mereka berada di St Catherine sekarang.

Tempat itu memiliki banyak kedai, motel, hingga restoran yang selalu ramai dikunjungi oleh pengunjung. Dan Myriade Cafe adalah salah satu yang paling terkenal bahkan sering dibicarakan orang.

Aneira sampai berdecak ketika pertama kali menginjakkan kakinya. Tema interior yang dipilih pemilik kafe berwarna monokrom dan terkesan elegan. Cukup nyaman, Aneira suka. Untuk kelas menengah seperti dirinya. Beruntung mereka masih mendapat satu meja tersisa di lantai dua dengan posisi yang dekat dengan kaca transparan penyekat ruangan.

Sementara itu, di ujung sana Aneira dapat melihat meja bartender dan rak - rak anggur yang membuat ia berpikir kafe ini menyediakan kopi saat siang hari dan menjadi bar ketika malam.

Deverick tiba – tiba tertawa memecah pemikiran Aneira. "Tapi.., kurasa mereka salah mengisi gelasmu dengan cokelat." Lelaki itu menunjuk kedua tangan Aneira yang mencengkeram pegangan gelas dengan tatapan seolah hal yang dilakukannya mengherankan.

"Sudah benar. Aku memang memesan ini dari daftar menu," kelopak mata Aneira mengerjap lugu. Berusaha memahami di mana letak kata 'salah' yang Dev maksud.

"Ya. Memesan untuk sekedar dipegang tanpa kau minum," ia berhenti sejenak. Dagu Dev mengarah ke minuman Aneira, lalu membandingkan dengan miliknya sendiri yang sudah separuh habis. "Itu masih penuh."

My Beast Charming✅Where stories live. Discover now