Chapter 39 | Dream Catcher

19.4K 1.3K 107
                                    

Happy Reading

***

Aneira berdiri di antara celah pintu kamar Zean yang sedikit terbuka, ragu masuk atau tidak dan kembali mengintip dari luar apa yang sedang dikerjakan lelaki itu, langkah kaki Aneira lagi – lagi berhenti dan malah terdiam cukup lama

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Aneira berdiri di antara celah pintu kamar Zean yang sedikit terbuka, ragu masuk atau tidak dan kembali mengintip dari luar apa yang sedang dikerjakan lelaki itu, langkah kaki Aneira lagi – lagi berhenti dan malah terdiam cukup lama.

Aneira menarik napas dalam, lalu menghembuskannya cepat. Padahal sebelum ini Aneira sudah memutuskan untuk memberitahu Zean tentang kondisinya. Tidak ada alasan bagi Aneira menutupi hal itu dan menyuruh Shamus berbohong pada Zean jika sebenarnya dia pergi ke rumah sakit untuk kontrol. Aneira hanya takut lelaki itu menjadi terlalu khawatir, atau yang lebih parah.., mungkin Zean akan bertindak abnormal lagi. Seperti mendatangkan rombongan tim dokter untuk memberinya perawatan intensif di mansion. Aneira sama sekali tidak menyukai ide itu. Walaupun seharusnya dia senang karena dengan begitu, kekhawatiran Zean menunjukkan bahwa lelaki itu peduli padanya.

Zean berhak tahu kemana dirinya pergi dan siapa yang dia temui. Dalam beberapa bulan lagi mereka juga akan menikah. Aneira tidak ingin menyembunyikan apapun dari Zean yang bisa menciptakan jarak di antara mereka. Sebelum Zean mengetahui masa lalunya dari orang lain, lebih baik jika lelaki itu mendengar langsung dari mulutnya sendiri.

Akhirnya, ketika Aneira telah meyakinkan diri untuk membuka pintu lebih lebar dan melangkah masuk, yang Aneira dapati justru kamar Zean kosong. Aneira mengedarkan pandangan. Sekelilingnya sepi, hanya terdengar bunyi kibaran tirai dan embusan angin yang menelusup dari balkon membawa hawa dingin pada permukaan kulit Aneira yang saat itu mengenakan baju tidur tipis.

"Kemana Zean?" Aneira buru – buru menghidupkan screenlock ponselnya. Melihat waktu yang tertera di layar. Sudah larut malam, jam 10 lewat. Bahkan langit pun tampak gelap pekat di luar sana tetapi Zean belum juga terlihat di dalam kamarnya, itu membuat Aneira panik.

Zean juga tidak mengangkat panggilannya sekalipun Aneira mencoba menelepon puluhan kali. Ada di mana Zean sekarang? Aneira semakin kehilangan ketenangannya. Dia berbalik dengan gusar dan terkejut melihat kehadiran Wesley yang baru saja akan mengetuk pintu.

"Paman, kau datang bersama Zean?"

Aneira menengok ke belakang tubuh Wesley. Dilihatnya lorong sepanjang tangga menuju ruang tengah tidak ada siapapun.

"Tuan tidak akan pulang malam ini," jawab Wesley dibarengi sorot tatapan menyesal.

"Saya datang untuk menyampaikannya karena mungkin tuan Zean tidak sempat mengabari."

"Dia masih di kantor?"

"Ada beberapa hal mendesak yang harus dikerjakan." Pria itu lantas mengulurkan sesuatu pada Aneira. "Akhir pekan nanti tambang intan Archer yang berlokasi di Australia akan segera dibuka dan beroperasi. Tuan Zean ingin segala sesuatunya selesai sebelum hari Rabu," ucapnya lagi.

"Mau bagaimana lagi?" Aneira tersenyum tipis. "Tidak ada yang bisa kulakukan jika dia memang sesibuk itu. Tugas dan tanggung jawabnya besar. Perusahaan lebih membutuhkannya. Aku yang harus mengalah. Tapi paman, tolong ingatkan waktu makan Zean, aku takut dia sakit."

My Beast Charming✅Where stories live. Discover now