Chapter 23 | A Wonderful Memory In Vancouver

26.1K 1.6K 117
                                    

Happy Reading

Happy Reading

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

***

"Astaga! Aku sungguh tidak percaya ini."

Aneira merasa speechless, sulit menyatukan kedua rahangnya yang terbuka lebar karena melihat pemandangan sekitar.

Ia masih terus berdecak kagum ketika Zean menghentikan mobilnya di tengah – tengah pelataran luas yang lebih mirip seperti lapangan landasan. Dalam sekali pandang saja Aneira dapat menebak jika area tertutup ini tidak bisa dimasuki oleh sembarang orang.

Aneira mengangkat salah satu alisnya. "Private airport?" ia memicingkan kedua matanya menatap Zean.

Zean malah tersenyum simpul, keluar begitu saja membukakan pintu mobil untuknya. Aneira mendesah panjang, terutama setelah ia menjejakkan kakinya ke tanah dan melihat kendaraan bersayap sudah terparkir di depan mereka.

"Wah... Saat kau bilang pesawat ternyata memang pesawat sungguhan," celetuk Aneira dengan ekspresi polos seiring langkah keduanya menaiki undakan tangga.

Zean terkekeh pelan sembari menggiring wanita itu masuk hingga duduk di sebelahnya. Sementara itu, Aneira bisa melihat kesempurnaan interior dalam jet pribadi yang mereka naiki begitu mewah dengan segala fasilitas kelas atas.

 Sementara itu, Aneira bisa melihat kesempurnaan interior dalam jet pribadi yang mereka naiki begitu mewah dengan segala fasilitas kelas atas

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ada dua sofa panjang dan layar LED juga. Seolah Aneira sedang berada di kamar hotel bintang lima. Aneira melirik ke luar jendela ketika roda jet mulai bergerak mengudara. Dan guncangan tiba – tiba yang ia rasakan membuat Aneira memekik terkejut dan reflek menggenggam tangan Zean dengan erat. Ya Tuhan.. Dia benar – benar terbang.

"Kau takut ketinggian?" bisik Zean. Aneira menoleh dan bertubrukan dengan sepasang mata biru Zean yang sedang menatapnya intens dari jarak sangat dekat.

"Tidak, aku hanya... Sedikit terkejut," kata Aneira mengelak sembari tersenyum canggung lantas menarik tangannya lagi. Dia tidak mungkin mengatakan bahwa ini adalah kali pertamanya naik pesawat.

"Kalau begitu jangan melihat jendela. Perjalanan kita masih lima jam lagi. Aku khawatir kau tiba – tiba merengek meminta pulang ketika kita sudah berada di atas awan," ujar Zean datar.

My Beast Charming✅Where stories live. Discover now