Chapter 7 | Threat

35.6K 2.4K 157
                                    

Happy Reading

Happy Reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Sebilah pisau dari kabinet dapur itu dipakai Zean untuk mengupas kulit apel dan memotongnya menjadi beberapa bagian tipis. Selain mesin pembuat kopi dan lemari pendingin, di tengah ruangan juga terdapat meja persegi panjang berkapasitas enam orang.

Di dalam sana, Zean berpakaian rapi mengenakan kemeja berwarna ungu pastel dan waistcoat biru dongker yang lengannya digulung sampai batas siku. Kali ini kesibukannya sedikit berbeda. Zean tampak serius mengamati video tutorial dari layar ponselnya.

Dia sedang mempelajari bagaimana cara mengiris apel kemudian mengikuti hal yang sama dengan konsentrasi penuh. Sejujurnya dia tidak begitu ahli dalam urusan semacam ini. Dan hal itu dibuktikan dengan lekuk potongan buah yang tersaji di atas piring keramik itu sama sekali tidak berbentuk.

"Ternyata lebih mudah dari yang kubayangkan," Zean bergumam dengan arti yang berkebalikan. Ekspresi tertekan di wajahnya yang basah oleh keringat cukup menjelaskan seberapa frustasi dia hanya demi satu buah apel. Lagi – lagi karena Aneira. Wanita itu memberi terlalu banyak efek samping bagi kehidupan Zean yang datar, tanpa disadari.

"Apakah anda baik – baik saja, Sir? Saya pikir anda tidak begitu suka buah."

Wesley tiba – tiba masuk, membuat tangan Zean yang semula menggenggam garpu terhenti di udara selama beberapa detik sebelum diletakkannya kembali dengan geram.

"Aku memang tidak suka," jawab Zean singkat, hendak memasukkan lagi irisan apel dari tusukan garpu itu ke dalam mulutnya dan mencoba rasa manis dari buah pemberian snow white jika saja Wesley tidak kembali bertanya padanya.

"Jika tidak suka maka tidak perlu dimakan Sir. Apakah saya perlu memanggil seseorang untuk membuag semua apel itu?"

Damn!

Pertanyaan Wesley membuat Zean melotot tajam. "Aku suka buah mulai hari ini!" sergahnya cepat. "Jangan biarkan siapapun menyentuh apel – apel ini selagi aku tidak ada, apalagi sampai membuangnya ke tempat sampah," ucap Zean memeringati sebelum mulai memakan irisan buah terburu – buru, menghela napasnya panjang, lalu berkata. "Ada apa kau mencariku?"

"Saya ingin menyampaikan kepada anda tentang informasi yang baru saja saya dapat."

"Apa?"

"Dia telah kembali dari Belgia siang tadi tuan.. "

Pupil mata Zean melebar, mencoba mengingat nama orang yang terakhir kali berurusan dengannya. "Siapa yang kau maksud?" tanya Zean bingung.

"Putra dari teman dekat tuan besar yang menghilang 12 tahun lalu."

Zean menekan pelipisnya. Dia baru ingat. Konflik itu terjadi lama sekali. Ia hampir lupa, tepatnya pada saat mereka masih remaja. Sebuah ingatan yang membuat suasana hati Zean langsung jatuh ke dasar.

My Beast Charming✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang