Chapter 40 | Pains

18.4K 1.3K 84
                                    

Happy Reading

***

Aneira terbangun keesokan pagi, disambut aroma Zean yang masih tertinggal di setiap sudut kamar dengan dasi miliknya yang Aneira temukan di dekat bantal

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Aneira terbangun keesokan pagi, disambut aroma Zean yang masih tertinggal di setiap sudut kamar dengan dasi miliknya yang Aneira temukan di dekat bantal. Dia merapikan rambut sejenak lalu menoleh, menelisik kanan dan kiri, mencari keberadaan Zean yang sudah pasti tidak ada di sini lagi. Aneira tahu kemarin Zean pulang larut dan terus mendekapnya sepanjang malam, meskipun pagi ini Zean berangkat lebih awal bahkan sebelum matahari bersinar.

Maaf, aku pergi saat kau masih tidur. Jangan lupa sarapan

Love you

Seulas senyum terukir di bibir Aneira. Tingkah laku Zean semakin manis setiap hari. Hati Aneira meleleh. Perhatian kecil seperti ini justru lebih membuat Aneira tersentuh dibandingkan hadiah – hadiah mahal yang Zean berikan. Ia juga teringat lelaki itu pernah menyiapkan sarapan dulu, di apartemennya.

"Sejak kapan Zean belajar memasak?" Aneira bertanya – tanya sembari memasukkan potongan roti dari ujung garpu ke dalam mulutnya dan menghabiskan isi gelas minumannya hingga kosong. Tak butuh waktu lama, Aneira menyelesaikan sarapan dan mengambil ponselnya yang sudah terisi penuh dari wireless charger. Mematikan alarm agenda yang memang Aneira atur sebagai pengingat karena ia jarang melihat kalender.

Aneira baru saja bangkit ketika dikagetkan bunyi pesan masuk yang membuat Aneira cepat – cepat mengusap layar.

Zean : Kau sudah bangun? (09.32)

Baru beberapa menit lalu lelaki itu berada dalam pikirannya, dan sekarang Zean bahkan sudah menanyakan kabarnya lebih dulu, seperti telepati.

Aneira : Morning(09.32)

Aneira : Lain kali kau tidak boleh berangkat sebelum aku bangun! Aku masih merindukanmu... (09.33)

Setelah mengirimkan itu, Aneira mandi dengan cepat lalu berjalan menuju lemari pakaian. Diambilnya knits garis – garis berwarna tua dari gantungan dan bersiap di depan cermin, melihat penampilannya sekali lagi sebelum bergegas keluar kamar.

Zean : Jangan kemana – mana. Aku janji tidak akan lama. Tunggu aku. (09.53)

Balasan pesan dari Zean sukses membuat kaki Aneira langsung berhenti melangkah di anak tangga terakhir. Shamus yang kebetulan berdiri di tengah pintu karena diminta untuk mengantar Aneira, menatap wanita itu dengan heran.

Zean melarangnya keluar, padahal Aneira benar – benar harus pergi sekarang juga. Apa yang harus dia lakukan? Hari ini adalah hari yang sangat penting. Aneira tidak pernah melewatkan hari peringatan kematian kedua orang tuanya. Setiap tahun dia akan datang dengan membawa karangan bunga.

Sejak jauh – jauh hari Aneira berencana untuk pergi mengunjungi makam Ross dan Rogers. Lagipula dia ingin mengatakan hal ini pada Zean, tapi tak ada waktu yang tepat untuk memberitahunya. Lelaki itu sangat sibuk.

My Beast Charming✅Where stories live. Discover now