Kebon Enimel pt.4 Waktunya Senang-senang~

27 6 0
                                    

Naek wahana roller coaster, rumah hantu, yang naek ke atas trus dikebawahin itulo

Mengapa oh mengapa?

Mengapa wahana Hysteria ada rumah hantunya?!

Tidak berkelas. Norak. Membuat sebagian pengunjung urung menaikinya. Tak terkecuali Drion yang takut setan.

Ingin ia mundur sejauhnya-jauhnya dari wahana tersebut. Tapi kalau dia berbuat begitu harga dirinya mau ditaruh di mana? Bahkan Gertad yang biasanya ogah-ogahan tampak lebih bergairah daripada biasanya. Tak disangka-sangka, ternyata ia menyukai hal-hal yang memacu adrenalin.

Jadi Drion hanya bisa pasrah sewaktu kawan-kawannya menyeretnya ke wahana tersebut.

Andai Drion mundur sewaktu sempat.

Begitu memasuki wahana, mereka disambut oleh hawa dingin dan kegelapan. Lengkap dengan suara-suara cekikikan dan jeritan khas rumah hantu.

Klasik.

Lantas mengapa Drion merinding?

Wahana ini menuntut para pengunjung yang ingin menaiki Hysteria untuk berjalan melalui labirin berhantu terlebih dahulu. Pertanyaan Drion : Manfaatnya apa?

Selama perjalanan ia berpegangan pada Hamen yang dengan sukarela berjalan di depan sehingga ia terlindung dari kejutan yang menanti di depan. Sialnya, Drion harus berjalan di belakang, sehingga harus berjaga-jaga kalau-kalau ada yang menepuk pundaknya sambil berseru BAA!

Tunggu sebentar. Kalau Hamen berjalan di depan dan Drion di belakang, kemana yang lain? Bukankah mereka masuk berbarengan?

"A-anu... Pak Men? Y-yang lain k-k-kemana?" Tanya Drion gemetaran. Setengah karena kedinginan, setengahnya lagi karena ketakutan. Tidak juga sebenarnya. 23/100 karena kedinginan dan sisanya karena ketakutan. Silakan hitung sendiri.

Hamen menengok padanya sambil mengangkat satu alis seolah bertanya, 'serius nih?' Yang menandakan bahwa Drion mestinya mengetahui alasan mereka hanya berjalan berdua. Hamen menghela napas.

"Tadi kita pisah dipersimpangan yang bercabang tiga. Neil dengan Ray. Nevin dengan Gertad. Lalu aku ditunjuk secara semena-mena untuk ikutan jadi grup uji coba. Waktu ditanya apa kau mau ikut atau tidak, kau hanya mengangguk-angguk."

Drion melongo. Mungkin karena saking takutnya ia jadi tidak sadar sekeliling. Lalu Drion menghitung dalam hati. Satu... dua... tiga... lho?

"Kok cuman 6 orang? Yang lain?"

"Menunggu hasil penjelajahan kita."

Oh begitu. Jadi, saat kita susah-susah mencari jalan mereka hanya duduk manis dan menunggu hasil. Kok kesal ya?

Drion terus mengikuti Hamen yang berjalan di depannya. Sesekali mereka menemui persimpangan dan boneka hantu yang digerakkan oleh mesin. Bonekanya bukan masalah, tapi suaranya bikin parno. Suatu kali Drion malah terlompat dan bergelayutan ke pundak Hamen akibat dikejutkan oleh suara tertawa yang nyaring. Beruntung Hamen masih mampu menjaga keseimbangan walaupun digelayuti seorang putra Apollo yang menjerit.

Lalu mereka melihatnya. Cahaya yang menyilaukan dihadapan mereka alias pintu keluar. Mereka lantas berjalan dengan menggebu-gebu dan keluar dari pintu tersebut. Dihadapan mereka menjulang lah wahana Hysteria yang berdiri dengan bangga. Hadiah atas keberhasilan mereka. Beberapa pengunjung lain tampak sedang bersiap menaiki wahana tersebut.

"Syukur akhirnya sampai juga. Langsung naik yuk! Yang lain tinggal saja," Drion berujar penuh dendam.

"Dengan senang hati," Hamen setuju saja.

Mereka-pun menaiki wahana tersebut. Pertama mereka ditarik ke atas lalu meluncur kebawah dengan sangat cepat, meninggalkan perut Drion diatas. Alhasil setelah turun dari wahana, otak Drion mengalami korsleting.

Drion.exe has stopped working.

Drion tidak ingat ketika teman-teman mereka mengomel karena ditinggal. Ia juga tidak ingat ketika mereka menyeretnya untuk mengantre di Rumah Hantu. Hal pertama yang ia ingat adalah, ia tengah duduk di kursi depan kereta rumah hantu yang bermuatan empat orang. Disampingnya tentu saja ada sohibnya Hamen. Dibelakang mereka, duduklah dua N. Neil dan satu lagi bukan OC saya, Nico.

Kenapa pula Nico masuk rumah hantu?

"Eh, Apa ini! Kenapa aku ada disini?! Keluar! Aku mau keluar!" Drion protes tak terima.

"Kau amnesia mendadak? Kita kan memang mau ke rumah hantu. Kau barusan setuju-setuju saja." Hamen menatap Drion heran. Nampaknya otak temannya itu bermasalah.

"Nggak! Kau kan tahu aku benci rumah hantu!"

"Terus kenapa tadi gak apa-apa?"

"Otakku nge-blank!"

Nico mencondongkan badannya kedepan, "Deritamu bukan masalahku. Nikmati saja."

Drion meringis. Gini amat hidup.

Sudahlah, mungkin gak parah-parah amat.





Dan tentu saja dia keliru.

Setelah dijumpscare untuk yang ketiga kalinya Drion menyatakan bahwa dia tidak kuat lagi. Ia duduk memeluk lutut dan membenamkan kepalanya ditangannya sambil menahan tangis dan buang air kecil. Sementara teman-temannya sibuk mengejek dan mentertawakan.

Setelah bebas dari penyiksaan tanpa henti tersebut Drion memutuskan kalau dia gak akan masuk rumah hantu manapun lagi. Kayaknya dia juga harus lebih memperhatikan sekeliling deh.

.

.

.

Iya tau udah tamat, tapi sayang kalo draft ini gak dipublish. Udah sih itu aja wkwk.

Demigod's Random Shorts Where stories live. Discover now