Hari kedua, pembacaan  naskah pertama sampai larut malam

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hari kedua, pembacaan naskah pertama sampai larut malam. 

Karena hari sudah gelap, Haechan berniat pulang ke rumah. Cowok itu langsung berdecak sebal saat sadar kalau kunci motornya ketinggalan.

Haechan kembali ke ruang teater untuk mengambil kunci motornya. Untung ruangannya belum dikunci sama satpam. 

Haechan berjalan dengan tergesa, kemudian berhenti saat mendengar suara yang mencurigakan. Haechan bersembunyi di balik tembok, dan melihat Gowon di sana.

Dosen Jung –pembina klub teater, terlihat menarik tangan Gowon dan memaksa gadis untuk berpelukan dengannya.

Melihat Gowon yang risih dan kesakitan, Haechan langsung berlari ke arah mereka dan menarik Gowon ke belakang tubuhnya,

"Maaf, Pak. Tapi Gowon pacar saya. Kalau bapak berani gangguin Gowon lagi, saya laporin bapak ke rektor."


Flashback End!


Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


"Udah gitu, lo anterin Gowon pulang?"

"Iya lah. Gue anterin dia ke rumahnya." jawab Haechan dengan lemas.

"Terus, lo bingung kenapa?"

"Gue bingung sama dosen Jung. Dia suka ngeliat sinis ke gue, Lix. Kalau lagi istirahat, dia juga suka merhatiin Gowon dari jauh. Kalau gue sampai ketauan bohong jadi pacarnya Gowon, bisa mampus gue!" balas Haechan sambil meremas rambut cokelatnya dengan frustasi.

"Drama dalam drama. Saran gue, lo ajak Gowon ngobrol, Chan. Terus rundingin masalahnya berdua. Good luck, bro!" kata Felix sambil memukul bahu Haechan untuk memberi semangat.

Mendengar saran Felix, Haechan malah tambah bingung.

Jangankan diskusi berdua bareng Gowon. 

Di luar naskah drama, mana berani Haechan ngajak gadis itu ngobrol?

Di luar naskah drama, mana berani Haechan ngajak gadis itu ngobrol?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sudah seminggu Haechan berlatih untuk pementasan drama. Haechan selalu pulang terakhir untuk memastikan Gowon pulang sendiri dengan aman.

Karena jalan raya macet total, Haechan memutar arah motornya dan pulang lewat jalan pintas di daerah perumahan.


"Gowon...! kenapa diem di luar? Nggak masuk ke rumah?"

Haechan memberhentikan motornya saat melihat Gowon berdiri diam di depan rumahnya. Gadis itu menoleh dan menatap Haechan dengan sendu.

Tidak ada kalimat yang diucapkan Gowon, membuat Haechan juga ikut terdiam. Dari dalam rumah, terdengar suara piring pecah dan suara ribut dari kedua orang tuanya.


"Mereka lagi berantem. Aku takut..." jawab Gowon dengan pelan. Haechan menatap manik mata Gowon dengan iba. Gadis itu membalas tatapan Haechan dengan datar,

"Kamu... sibuk?" tanya Gowon dengan ragu. Haechan menggelengkan kepalanya,

"Enggak. Ada perlu apa?" tanya Haechan dengan perhatian.

Gowon kembali diam dan menundukan kepalanya ragu.

Gowon kembali diam dan menundukan kepalanya ragu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

10.00 pm

Haechan dan Gowon duduk berdua di bangku taman yang sepi. Angin malam yang berhembus lembut, membuat Haechan semakin gugup.

"Aku punya masalah kepribadian. Sejak kuliah, aku sengaja masuk klub teater supaya bisa mengekspresikan diri. Karena ini peran pertama yang aku ambil, aku minta banyak saran ke dosen Jung. Aku khawatir tentang adegan ciuman, tapi dosen Jung malah sengaja ambil kesempatan..."

"A-ah... i-iya..." Haechan menanggapi cerita Gowon dengan bingung.

Tentang kissing scene, Haechan dan Gowon memang tidak pernah melakukannya dengan serius saat latihan. Dan Haechan jadi malu sendiri saat Gowon berbicara soal adegan itu.

"Tapi aku bersyukur kamu ada di sana. Makasih karena udah nolongin aku..." kata Gowon dengan tulus.

"Heh? I-iya, sama-sama. Ta-tapi aku mau minta maaf! Maaf udah ngaku-ngaku jadi pacar kamu! Waktu itu, aku spontan ngomong gitu ke dosen Jung karena panik! Kamu cantik, pasti udah punya pacar 'kan? Aku bisa jelasin ke pacar kamu kalau kita–"

"Aku nggak punya pacar." jawab Gowon dengan polos. Haechan terpaku diam saat Gowon melanjutkan kalimatnya, "Gimana kalau kita pacaran?"


Deg!


Jantung Haechan berdegup tidak karuan. Karena malu, Haechan langsung menundukkan kepalanya dan mengusap tengkuknya sendiri. "Ke-kenapa? Kenapa kita harus pacaran...?" tanya Haechan dengan ragu.

"Karena aku nggak mau buat drama dalam drama. Kita udah pura-pura jadi orang lain untuk pementasan. Aku nggak mau pura-pura lagi untuk pacaran sama kamu di depan dosen Jung."

Gowon menolehkan pandangannya ke arah Haechan. Cowok itu memasang wajah sedih nan memelas ala anak kucing, membuat Gowon gemas sendiri.

"Kenapa?" tanya Gowon dengan bingung.

"Aku terharu, hiks! Seumur hidup, kamu orang pertama yang nawarin aku buat pacaran..."

Gowon terkekeh geli dan kembali menatap Haechan, "Karena kita udah pacaran, aku nggak usah khawatir lagi tentang kissing scene."

"Kok gitu sih?"

"Iya. Kita 'kan bisa latihan berdua supaya nggak canggung." jawab Gowon dengan polos.

Mendengar jawaban Gowon, Haechan langsung menutup mulutnya sendiri yang sedang tersenyum kikuk, "La-latihan? Sekarang...?!" tanya Haechan dengan panik.

"Heh?!" pekik Gowon dengan kaget. 

Gowon memalingkan wajahnya yang memerah dan tersenyum malu karena pertanyaan Haechan.

"Hmmm..." Gowon yang tiba-tiba bergumam sendiri, membuat Haechan tambah malu.

Cowok itu lalu menyenderkan tubuhnya di bangku taman dan menutup wajah dengan kedua tangannya.


"Pacar gue imut banget...!!!" batin Haechan memekik kegirangan.


============= END=============


Kalau suka sama ceritanya, jangan lupa kasih bintang~ ^o^

Our Page | NCT 00Line ✔Where stories live. Discover now