Part 48

3.2K 222 27
                                    

  Sudah hampir 1 Bulan aku absen dari sekolah. Aku benar-benar merasa lemah melawan penyakit ini yang setiap hari semakin tumbuh dengan liar di dalam tubuhku. Zico, David, Supriadi, Bagas, Bagus aku sangat rindu pada mereka.

  Perubahan fisik semakin lama semakin jelas terlihat, rambutku sedikit demi sedikit sudah mulai rontok. Wajahku semakin pucat dan tubuhku pun semakin kurus. Aku semakin tidak berani menampakan diri di hadapan teman-temanku terutama Ariska, pasti wanita itu akan mengejekku habis-habisan setelah melihat kondisiku yang semakij hari semakin buruk

   Bahkan aku semakin benci pada cermin, ketika aku bercermin. Yang aku lihat hanya tubuh yang kurus serta rambu yang semakin tipis. Sungguh aku malu pada mereka, orang-orang yang mungkin selama ini tidak menyukaiku. Apakah mereka akan menghinaku juga setelah melihat keadaanku saat ini? Akhhh semua ini hampir membuatku gila.

    Saat ini, yang hanya bisa aku lakukan adalah berdiam diri di dalam kamar. Terkadang aku melihat sekelilingku, melihat selang infus, tabung oksigen serta obat-obatan yang berjejer dengan rapih di atas meja. Aku berpikir mungkin tanpa bantuan semua itu mungkin aku sudah bertemu bunda di atas sana. Aku rela tuhan jika kau ambil nyawaku saat ini juga.

   Kehidupan yang aku jalani saat ini sangat begitu berat. Aku sudah tidak kuat jalani hidup di atas kursi roda seperti ini.

  Aku selalu berdoa: Jika Tuhan tidak memperbolehkan aku untuk sembuh, aku berharap semoga Tuhan mengirimkan penggantiku untuk Ayah dan juga Zico, untuk menjadi penawar hati yang sedang terluka untuk mereka berdua. Sebab, mereka berdua adalah laki-laki yang sangat aku cintai di dunia ini. Aku sudah rela jika Tuhan harus memanggilku saat ini juga.

"Kak, ada yang mau bertemu denganmu" suara Laki-laki yang begitu familiar di telinga memecahkan lamunanku, yaa itu suara ayahku.

"Siapa, Ayah? Jawabku sambil menghapus air mata.

"Hai, Cha" sapa seseorang dengan senyum paling bahagia di dunia.

    Mendengar sapaan orang tersebut, aku menoleh ke arah sumber suara. Seketika aku terecengang melihat Zico berdiri di samping Ayah, aku pun langsung  memalingkan wajahku malu melihat kondisiku seperti ini.

"Yasudah, Om tinggal dulu ya, Zico" ucap Ayah sambil menepuk pelan pundak Zico.

"Iya, Om" balas Zico.

  Ayahku pun dengan cepat berjalan keluar dari dalam kamar dan menyisahkan aku dan Zico berdua di dalam kamar.

"Gimana keadaan kamu, Cha? Ucap Zico sambil berjalan pelan menghampiriku  yang sedang duduk di atas kursi roda. Namun, dengan cepat aku menghentikan langkahnya.

"Jangan deketin aku!

Zico menghentikan langkahnya "Kenapa?

"Kamu liat aku sekarang! Kamu senengkan ngeliat keadaan aku saat ini? Kamu dateng kesini pasti cuma mau ngejek aku, ngebully aku kan?

"LEBIH BAIK KAMU PULANG! ucapku menangis sambil menutupi wajahku menggunakan kedua tanganku.

"Aku malu sama keadaan aku yang kaya gini" lanjutku dalam isakan tangis.

Zico terhenyak terdiam di tempat ia berdiri "Aku kesini ngga bermaksud apa-apa, Cha. Aku cuma mau liat keadaan kamu aja" jawab Zico dengan suara seraknya.

"Aku ngga papa, lebih baik sekarang kamu pulang. Aku lagi mau sendiri" usirku

"NGGAK! AKU BAKALAN TETEP DISINI! bantah pria itu keras kepala, ternyata Zico tetaplah Zico yang keras kepala.

Pria itu melanjutkan langkahnya mendekatiku "Kamu akan tetap cantik, Cha. Meskipun keadaan kamu kaya gini"

Aku memejamkan mataku dan meneteskan air mata "Aku malu, Co"

"Malu kenapa, Cha? Jawab pria itu yang kini sudah berada di sampingku.

Aku terdiam sejenak.

"Cha, Aku akan terus bersama kamu. Maafin aku tentang masalah kemaren, aku janji ngga akan ninggalin kamu lagi.

"Aku sayang kamu, Cha" ucap Zico sambil menggenggam erat tanganku.

Aku hanya terdiam sambil menangis.

Zico menghapus air mataku "Kamu harus semangat, kamu pasti bisa sembuh.

Mendengar perkatan Zico, perlahan-lahan aku mengurangi isakan demi isakan tangisanku. Aku memandang Zico lirih.

"Makasih yah" ucapku lirih.

Zico tersenyum, tiba-tiba ia berkata "Ikut aku yuk! Ajaknya sambil menarik pelan kursi rodaku.

Aku mengernyitkan kening "Kemana?

"Udah ikut aja" ucapnya sambil mendorong kursi rodaku.

***

Aku di bawa Zico di sebuah Yayasan untuk anak penderita kanker.

"Kenapa kita kesini? Tanyaku terheran-heran.

"Kamu harus kesini, kamu harus bisa belajar dari anak-anak luar biasa itu" balasnya sambil menunjuk ke arah anak-anak penderita kanker.

Aku memperhatikan dengan takjub melihat anak-anak yang mengidap penyakit yang sama terhadapku. Anak-anak itu tidak menyerah dan tetap bersemangat. Mereka bahagia walaupun mereka tahu bahwa hidup mereka tak lama lagi.

Aku merasa malu, air mataku mengalir di pipi tak kuasa menahan tangis. Zico melihatku, dia tersenyum dan bertanya "Kamu kenapa, Cha?

Seketika aku menghapus air mata "A..aku ngga papa" jawabku sambil tersenyum padanya.

Zico menganggukan kepalanya samar "Yaudah kita masuk yuk!" Ajaknya

"Aku disini aja, aku takut di dalam" tolakku.

"Yaudah kamu tunggu disini. Aku masuk ke dalam bentar" ucapnya.

Aku melihat Zico memasuki rumah Yayasan itu, memperhatikan gerak-geriknya ketika Zico membantu anak-anak tersebut dan menghibur mereka. Aku duduk di atas kursi roda sambil melamun ketika seseorang anak datang mengejutkanku "Kakak ngapain disini sendirian? Kok ngga masuk ke dalam?

"Ah...h kakak ngga papa, kakak lagi nunggu temen. Kamu ngapain disini? Tanyaku.

"Aku disini...aku mau menikmati indahnya lama. Aku mau melihat matahari, nanti kalo aku sudah meninggal, aku bisa cerita sama tuhan betapa indahnya alam ini"

Mendengar perkataan polos anak tersebut, aku merasa tersentuh dan berkata.

"Kakak boleh peluk kamu?

Gadis kecil itu mengangguk dan langsung  memeluku dengan erat.

"Nama kakak Ocha, nama kamu siapa? Tanyaku sambil melepas pelukanya.

"Nama aku Aisyah" ucapnya sambil tersenyum tulus.

"Mulai sekarang kita berteman" ucapku sambil mencubit pipi gadis kecil ini gemas.

"Aisyah, kok kamu di luar? Sana masuk gabung dengan yang lain" tiba-tiba Zico datang menghampiriku dan juga Aisyah.

"Baik kak" ucapnya

"Kak Ocha, Aisyah pergi ke dalam dulu yah" lanjutnya.

Aku tersennyum "Iya sayang, bye! Balasku sambil melambaikan tangan, gadis itu berlari sambil melambaikan tangannya ke arahku.

Zico pun duduk tepat di depanku "Gimana? Udah bahagia?" Tanyanya sambil tersenyum.

"Makasih ya, Co" ucapku sambil membalas senyumannya.

Berbahagialah kamu
Pantas untuk bahgia
Besenang-senanglah
Kau pantas untuk tersenyum ~batin zico di dalam hati.

**

Vote and comment jngn lupa guys😚



Zico the perfect BAD BOY✔Where stories live. Discover now