00.06

2.4K 296 9
                                    

chapter ini panjang tapi gadanta, gimana dong?

Seoul malam ini lumayan dingin. Yeri baru saja keluar dari pintu cafe karena pekerjaannya hari ini telah rampung. Hari ini jam pulang dilambatkan karena besok ada reservasi pesta ulang tahun di sana.

Sudah setengah tujuh tapi mau tidak mau Yeri harus pulang sendiri. Iya, memang biasanya juga begitu, kan? Siapa juga yang mau menemaninya pulang? Teman? Sahabat? Oh tidak, teman saja ia tidak punya, bagaimana sahabat.

Jarak cafe ke rumahnya tidak jauh, jadi Yeri selalu memilih jalan kaki untuk pulang. Dengan langkah kecilnya, ia berjalan menyusuri lorong-lorong kecil menuju rumahnya dalam kegelapan.

Srekkk

Dari belakang, ada yang menarik tangan Yeri. Yeri otomatis tertarik ke belakang dan ia melihat 3 orang laki-laki dengan tampang preman mengelilinginya.

"M-mau apa ka-kalian? Pergii!" Suaranya mulai bergetar. Ketakutan.

Salah satu dari mereka maju dan menyudutkan Yeri pada tembok di sana. "Kita mau menemani kamu, Cantik. Memang tidak takut apa jalan gelap-gelap begini?"

Kaki Yeri melemas ketika salah satu dari mereka, yang Yeri ingat memakai jaket kulit datang dan mencolek dagunya. Sial. Ia terduduk begitu saja, terhimpit antara tembok dan 3 lelaki preman itu.

"Kumohon pergi." Yeri mulai menangis.

"Cup cup cup, jangan menangis. Bagaimana kalau kita bermain-main dulu?"

Yeri menggeleng. Sungguh ini bukan yang dia inginkan. Makin gencarlah dia berdoa kala 3 lelaki itu mendekat dan mulai menunduk ke arah Yeri. Yeri hanya bisa menutup matanya kuat-kuat.

Bughhhh.

3 preman terhuyung saat dipukul. Lawan di depannya 3 orang. 3 vs 3.

"Cupu anjing. Beraninya sama cewek lemah gini doang."

Yeri perlahan membuka matanya karena mengenal suara itu. Dan benar, di sana Jungkook, Jaehyun, dan Daeyoung sedang melawan preman-preman tadi.

"Siapa kalian? Mau jadi pahlawan kesiangan buat cewek ini? Mendingan pergi. Dia milik kami." Preman yang tadi memakai jaket kulit masih saja berargumen padahal sudut kanan bibirnya sudah pecah dan berdarah.

Tetapi kemudian Jungkook maju menghabisinya sampai tidak berdaya.

Jaehyun dan Daeyoung membereskan semunya, sedang Jungkook maju dan menarik Yeri dari persembunyiannya.

Badan gadis itu gemetar. Kelihatan kalau dia masih ketakutan. Jelas, siapa perempuan yang tidak shock kalau dapat serangan tiba-tiba begitu? 1 orang saja kita lemah, apalagi 3 orang, kan?

Jungkook melepas hoodie-nya dan menyampirkannya pada bahu Yeri, bahu yang masih bergetar hebat.

"Yer, mereka udah pergi. Jangan takut lagi." Tidak ada respon, Yeri masih menangis dalam diam.

Jungkook akhirnya dengan segala gengsi yang selama ini ia miliki, maju dan mendekap tubuh kecil Yeri. Tangannya mengusap pelan punggungnya, berniat menenangkan.

Jungkook menyadari ada reaksi lain terhadap dirinya. Dia ikut mellow dan melembut sekarang ini. Padahal, sudah berulang-ulang dia menolong perempuan dengan kasus seperti Yeri tadi, tapi tidak sekalipun dia akan memeluk mereka untuk menenangkan.

Entahlah. Jungkook merasa Yeri saat itu seperti barang rapuh yang berteriak minta dilindungi, dan Jungkook harus melindunginya. Harus.

Jungkook melepas pelukannya dan beralih menggengam tangan Yeri. Jaehyun dan Daeyoung juga sudah kembali.

"Kita pulang, Yer."

▪▪▪▪

Bukannya mengantar Yeri pulang, Jungkook malah membawa gadis itu ke rumahnya. Daeyoung dan Jaehyun juga turut ikut.

Jangan salahkan Jungkook juga. Dia tidak tahu di mana rumah Yeri. Dan keadaan sekarang adalah Yeri masih membungkam mulutnya sejak tadi, dengan keadaan yang cukup memprihatinkan.

"Bi, tolong buatin dia coklat panas. Bawain dia sweater Somi ya. Tapi pinjem dulu. Ntar dia ngamuk lagi." Kata Jungkook pada salah satu pelayan di rumahnya.

Jungkook kembali duduk di sofa, tempat Yeri dan yang lainnya.

"Yer, elo OK?"

Yeri menarik bibirnya. "G-gue aman." Suaranya terdengar jelas masih bergetar.

Nampak Daeyoung menghela napas lega. Mungkin lega karena Yeri sudah mau bicara. Entah apa pula yang membuat Daeyoung dan Jaehyun ikut terbawa suasana. Yeri sekarang justru terlihat seperti sosok bersahabat bagi mereka.

Pelayan datang memberi sweater Somi pada Yeri. Tidak lupa segelas coklat panas.

"Pake, Yer. Punya adek gue."

Yeri mengangkat wajahnya dan menatap Jungkook, "Gue mau bicara." Tangannya menerima sweater tadi dan mengucap terimakasih pada sang pelayan.

"Apa?"

"Tapi berdua."

Jungkook memberi isyarat pada Daeyoung dan Jaehyun untuk pergi meninggalkan mereka berdua.

▪▪▪▪

"Gue nerima tawaran kemarin, asal Ayah gak maling lagi."

Jungkook tersenyum. Ia sudah menebak dari awal. Tebakannya tak pernah salah.

"Tapi gue gak mau jadi guru privat lo."

Lah, senangnya Jungkook pudar. Baru aja senang.

"Gue nawarnya dua. Kalau nolak, ya nolak dua-duanya. Kalo mau nerima, ya nerima dua-duanya, dong."

Yeri menatap tajam, "Tapi gue gak mau. Ya lo nyarinya orang lain bisa, kan?"

"Tapi gue maunya elo, gimana?"

Tuh, Yeri ambigu.

"Y-ya kenapa lo jadi gini, anjir? Dulu aja gue dihina."

"Gue baik salah, jahat salah."

Yeri memakai sweater Somi. Ia mau pulang sekarang.

"Besok aja, ya, ngomongnya. Gue capek. Makasih buat pertolongannya tadi. Juga buat dua curut lo."

"Eh, ini coklatnya belum diminum

Yeri tetap melangkah pergi.

"Eh, tunggu, Yer. Gue anter."

▪▪▪▪

Tbc.
🌷blankswag.

PURPLE [jjk x kyr]Where stories live. Discover now