00.05

2.5K 313 12
                                    

Yeri mengusap air matanya perlahan. Jika sudah berhadapan dengan ayahnya, ia menjadi sosok yang lemah, yang mampu meneteskan air matanya, bahkan hanya saat melihat ayahnya.

"Yeri, maafkan Ayah yang belum bisa menjadi contoh yang baik bagi kamu, Nak. Karena apa yang ayah lakukan, kamu dan ibumu sering mendapat cemoohan dari tetangga. Maafkan Ayah."

Yeri makin terisak kala ayahnya menarik tubuh mungilnya ke dalam sebuah dekapan hangat. Sudah lama sekali ia tidak merasakan pelukan ayahnya. Ditambah kala tangan renta Sang Ayah mulai mengelus rambut panjangnya lembut.

Ia kemudian menggeleng pelan. "Tidak, Yah. Yeri juga kerja, bantu-bantu. Yeri juga janji, Yeri bakal bantu Ayah cari pekerjaan yang lebih layak. Jadi, Ayah gak perlu maling lagi, Ayah gak perlu berantem setiap hari sama Mama, dan kita gak bakal diejek sama orang lain lagi."

"Maafkan Ayah, Yer."

Yeri makin menenggelamkan kepalanya dalam dekapan Sang Ayah.

"Aku, Ayah, dan Mama udah ngejalanin tahun-tahun yang berat. Dan mulai sekarang, Yeri janji bakal ngebantu Ayah dan Mama. Yeri kangen kita yang dulu, Yah."

Saat itu, kebulatan tekad Yeri sudah tidak bisa diganggu gugat lagi. Ia mau membebaskan keluarganya dari belenggu kesusahan.

Ia akan bekerja lebih keras lagi, membantu ayahnya untuk mendapat pekerjaan yang layak, dan yang terakhir membuat hubungan dalam keluarganya harmonis seperti dulu lagi.

Ia berjanji.

▪▪▪▪

Jungkook berjalan menyusuri taman belakang sekolah. Tangannya dimasukkan ke dalam saku celananya. Kancing seragamnya dibiarkan tidak saling terkait, membuat kaos oblong hitam yang ia kenakan terpampang begitu saja.

Rencananya sih tadi dia, Jaehyun, dan Daeyoung bakalan bolos jam terakhir. Ngumpulnya di taman belakang. Mau mabar. Tapi dua curut brengsek itu belum muncul daritadi. Padahal tadi katanya cuma izin boker doang. Bangke.

Jungkook menarik kasar ponsel dari dalam sakunya. Tapi detik kemudian kegiatannya terhenti melihat Yeri sedang memungut sampah-sampah di ujung petak paling kiri. Sendirian.

"Hey! Elo dihukum, ya? Alasan apa lagi kali ini, hm? Lo gak ngumpulin tugas musik pasti kemarin karena gak ada yang mau satu kelompok sama elo. Bener, kan?"

Yeri diam saja dan Jungkook menganggap bahwa Yeri mengiyakan asumsinya tadi. Jungkook tau, iya, kemarin kelasnya juga begitu.

"Cih, makanya bergaul dong." Jungkook ikut duduk dan memungut sampah bersama Yeri.

Namun, Yeri menarik tubuhnya menjauh, "Pergi deh. Jangan ganggu gue! Giliran lo-nya yang diganggu, langsung mulutnya lambe ke mana-mana. Beraninya ngancem pake gituan. Ck, kek cewek elo."

Jungkook tertawa. "Gue bebas dong ada di mana aja. Gue sekolah di sini tuh bayar. Gak modal numpang."

Sial. Perkataan yang menohok hati sekali, yeoreobun.

"Emang berandalan kayak elo bisa apa sih? Paling juga nyogok guru di sini buat ngasih nilai. Modelan kek elo mana betah juga ngerjain tugas. Kan manja." Yeri membalas tidak kalah pedasnya.

"Yoi. Lo tau aja gue tipenya begitu."

"Kelihatan bego."

PURPLE [jjk x kyr]Where stories live. Discover now