00.01

5.5K 386 8
                                    

Yeri dengan gusar melangkah menuju perpustakaan. Berkali-kali ia menghembuskan nafasnya kasar. Tangannya pegal menopang buku-buku itu. Mau mengeluh? Tapi Yeri tidak tau harus kepada siapa. Tidak ada yang peduli dengannya.

"Makanya, kalo mau sekolah di sekolahan mahal itu yang modal, dong. Jangan pake beasiswa." Suara Hyewon menggema di koridor, membuat beberapa siswa mulai menatap Yeri dengan jijik.

Yeri terus melangkah. Masa bodoh dengan itu semua. Toh, dia sudah biasa.

"Oh, baru tau juga. Udah miskin, ternyata budeg juga, ya?"

Siswa-siswi di sekitaran sana mulai terkekeh. "Gak punya duit, ya, ke dokter THT? Perlu satu sekolahan nyumbang ke elo?" Lanjut Hyewon.

Yeri sebenarnya ingin sekali melemparkan tumpukan buku itu ke Hyewon. Untunglah dia sudah sangat pandai mengendalikan emosinya. Omongan seperti itu sudah tidak mempan bagi Yeri. Sekali lagi, dia sudah biasa sama itu semua.

Yeri terus berlalu. Satu belokan lagi ia akan sampai ke perpustakaan. Namun, keberuntungan memang sedang tidak berada di tangannya. Ralat, Yeri tidak pernah merasa beruntung. Ia hidup saja sudah sebuah kesialan.

Braaaakkk

Buku-buku di tangan Yeri jatuh dan sukses mendarat berantakan di lantai. Tanpa ba-bi-bu, Yeri langsung berlutut dan membereskannya.

"Makanya, kalo jalan tuh liat-liat," celoteh laki-laki dengan tiga tindik di telinganya.

Yeri melotot kesal. Dasar! Mereka yang salah dan Yeri yang disalahkan.

"Cih, jangan coba natap kita kek gitu. Lo gak pantes!" Laki-laki dengan rambut pirang pun ikut memperkeruh suasana.

"Anjing!! Lo yang salah, bangsat!" Yeri mengumpat sambil menatap nyalang ke arah kedua cowok itu.

"Heh, cewek murahan! Jangan belagu!"

Mendengar kata "murahan", Yeri merasa tidak terima. Ia berdiri dan menedang tungkai laki-laki pirang tersebut.

"Kalo ngomong tuh dijaga, anjing. Cewek murahan? Hah?! Siapa yang lo maksud? Gue? Bangsat, jangan nilai orang kalo lo sendiri belum bener dan gak tau apa-apa tentang gue."

"Lo..." tangan cowok bertindik melayang--- hendak menampar Yeri.

Suara tepukan tangan menghentikan kegiatannya. "Guys, stop! Dia bukan level kita. Bahkan buat bicara sama kita aja dia gak pantes."

Kini, laki-laki dengan tampang acak-acakkan muncul dari belakang. Habis ngomong begitu, ia menarik kedua temannya pergi dan sedikit menendang buku-buku yang ada di lantai.

Ia bahkan tersenyum miring ke arah Yeri. Senyum mengejek, tepatnya.

Dari netranya, dapat Yeri baca nametag lelaki tersebut.

Oh, itu Jeon jungkook. Berandalan gila dan sombong level dewa di Seoul International School.

▪▪▪▪

Chapter 1 finished.
Tbc.
🌷blankswag

PURPLE [jjk x kyr]Where stories live. Discover now