45. Akar Masalah?

123K 10.9K 2.9K
                                    

hari ini komen tembus 1k, gua update lagi hari ini jg.

⚫⚫⚫

Keadaan kota Jakarta pada sore hari ini terlihat sangat padat karena para pekerja dan pelajar sekolah baru saja menyelesaikan aktivitasnya. Kini, mereka tinggal mengistirahatkan otaknya setelah seharian mereka berkutat dengan materi dan pekerjaan.

Itu terjadi pada murid murid SMA Antartika. Mereka mulai bergerombolan keluar kelas untuk segera menuju parkiran dan pulang ke rumahnya masing masing.

Tetapi, berbeda dengan Faren yang justru ingin mengunjungi mantan temannya di rumah sakit. Awalnya, Dhafian melarangnya untuk pergi menjenguk Almeta, karena percuma saja ia ke sana jika tidak disambut dengan baik. Namun, bukan Faren namanya kalau tidak keras kepala.

Sebenarnya Faren hendak pergi ke rumah sakit sendirian, tetapi karena cowok itu khawatir jika sesuatu terjadi pada gadis itu, apalagi Papanya sekarang sudah bebas, mau tidak mau Dhafian mengantarnya.

Di sepanjang perjalanan, wajah Dhafian ditekuk, bete karena Faren masih saja keras kepala. Mulut Dhafian juga tertutup erat, sedangkan daritadi Faren mengoceh tanpa ada capeknya. Tetapi, telinga Dhafian nggak tertutup kok, dia tetep dengerin ocehan Faren walaupun suaranya memekakkan telinga.

20 menit kemudian, motor besar Dhafian terparkir di halaman parkir rumah sakit Marina Medika. Setelah melepas helm dan masker, mereka berdua berjalan memasuki gedung rumah sakit.

Faren berjalan lebih dulu karena ia yang tau di mana kamar rawat inap Almeta, sedangkan Dhafian berjalan di belakangnya.

"Lemot banget sih kalo jalan!" ketus Dhafian yang sejak tadi mendengus kasar karena langkah cewek itu yang pendek.

Faren menghentikan langkahnya tiba tiba membuat Dhafian tidak sengaja menabrak tubuh Faren.

"Hih!" Giliran Faren yang kesal, "Makanya, kaki itu jangan panjang panjang biar langkahnya nggak lebar lebar," cibirnya.

"Lo yang kependekan!" Dhafian menoyor kepala Faren dengan pelototan seramnya, kemudian ia berjalan mendahului Faren.

Gadis itu menghentakkan satu kakinya di lantai dengan kesal, lalu berlari kecil untuk menyamakan posisinya dengan Dhafian.

"Lo--"

Ucapan Faren belum selesai, tetapi Dhafian lagi lagi mempercepat langkahnya membuat cewek itu menghela nafasnya panjang karena langkahnya tidak selebar cowok berperawakan tinggi itu.

Faren menghentikan langkahnya saat ia sudah berada di depan kamar rawat inap yang bertuliskan 'Lavender 08". Sedangkan, Dhafian masih terus melanjutkan langkahnya.

Faren mencebikkan bibirnya, "Dhafian! Kamarnya di sini, lo kelewatan!" teriaknya yang membuat cowok itu menoleh.

Berpura pura sok cool, padahal malu, Dhafian memutar balikkan badannya sambil memasukkan kedua tangannya di saku jaketnya, lalu berjalan mendekati Faren.

"Malu kan lo?" Faren memajukan wajahnya ke arah Dhafian sambil terkikik, "Makanya jangan sok tau."

Dhafian hanya memutar bola matanya malas menanggapi hal yang tidak penting. Kini, matanya beralih ke kamar rawat inap itu.

"Kuy," ajak Faren. Ia hendak mendorong pintu kamar, namun sebuah teriakan menghentikan aksinya.

"Ngapain kalian ke sini?" tanya cowok itu setelah berlari bersama kedua temannya.

"Lo pikir?" Dhafian mengangkat satu alisnya, pertanyaan yang seharusnya tidak dijawab.

"Gue mau jenguk Almeta," jawab Faren menatap Kahfi, Ginza, dan Miska bergantian.

The Cruel BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang