35. Kailsa

140K 11K 846
                                    

Gadis itu memutuskan untuk pergi ke suatu tempat setelah mendengar bahwa Dhafian tidak jadi menemuinya karena suatu insiden. Awalnya ia akan mengunjungi rumah Dhafian untuk memastikan cowok itu baik baik saja. Namun, ia tidak sengaja mendengar teriakan Faren dari balik telepon yang membuat ia mengurungkan niatnya.

Setelah mengetahui Faren berada di rumah Dhafian, gadis itu langsung memesan taksi online untuk mengantarkannya kepada seseorang yang sudah lama tak ia jumpai.

Bukan berarti ia tidak khawatir dengan Dhafian, hanya saja di rumah itu sudah ada seseorang yang mengurusnya dengan lebik baik daripada dirinya.

Ia juga sadar, bahwa kehadirannya sama sekali tidak diinginkan, begitu juga dengan dunia yang tidak pernah berpijak padanya, seolah awan mendung selalu berada di atas kepalanya, gelap, tidak ada cahaya, dan yang ada hanya kepalsuan.

Gadis itu menitikkan air matanya saat sedang berada di dalam mobil. Mengingat ingat tentang alur hidupnya yang sama sekali tidak pernah tertata dengan baik, membuat penyesalannya semakin bertambah.

Hanya butuh waktu beberapa menit, mobil itu sudah berhenti tepat di depan kantor polisi. Gadis itu mengeluarkan beberapa lembar kertas untuk diberikan kepada sopir yang ada di depan. Ia turun dari mobil dan segera masuk ke kantor polisi itu.

"Ada kepentingan apa, Mbak?" tanya salah satu orang yang bertugas di situ.

"Saya mau ketemu Mama."

"Maaf, Mama anda namanya siapa ya?"

Gadis itu terdiam sejenak, matanya berlinang air mata, "Mama Grace," ucapnya sangat lirih.

Polisi itu menuntunnya untuk menunggu di ruang yang selalu digunakan untuk berbicara atau sekedar bertemu dengan seorang yang berada di balik jeruji besi.

Gadis itu menunduk, menatap kuku kukunya sendiri yang diletakkan di atas meja. Pikirannya melayang kemana mana, dan perasaan hatinya tidak karuan, antara sedih, kecewa, dan merindukan seseorang.

"Kailsa," panggil seseorang membuat gadis itu menoleh.

Kailsa menatap seorang paruh baya dengan tatapan kerinduannya, matanya sudah berlinang air mata karena sudah lama ia tidak bertemu dengan seseorang yang telah melahirkannya.

Kailsa berdiri, menghampiri Grace dan langsung memeluknya dengan erat. Bahunya naik turun karena isakannya yang langsung menjadi hebat dalam sekejap.

"Kailsa kangen Mama..." katanya lirih sambil sesekali sesenggukan.

"Mama juga kangen Kailsa," balas Grace sambil membelai rambutnya dan menciumnya. Beliau sangat merindukan wangi rambut anaknya, beliau juga sudah jarang menyentuh anaknya. Melihat anaknya menangis membuat hati Grace meringis karena merasa tidak pantas menjadi Ibu bagi Kailsa.

"Mama kapan balik ke rumah? Kailsa di rumah kesepian Ma, cuma sama Bibi doang, itupun juga Kailsa maksa supaya Bibi nggak berhenti kerja," papar Kailsa.

"Sebentar lagi Mama keluar kok. Kasus korupsi itu cuma penuduhan, dan sebentar lagi pelaku bakalan cabut hukuman Mama kok."

Kailsa mengangkat kepalanya menatap Grace, "Serius, Ma?"

Grace mengangguk sangat yakin, "Iya, Sa."

Kailsa kembali memeluk Grace, isakannya sudah tidak sehebat tadi, namun ia masih saja mengeluarkan air matanya secara sia sia.

"Kamu ada masalah, ya?" selidik Grace yang mengerti tingkah laku Kailsa jika sudah seperti ini. Walaupun Grace jarang ada di rumah, Kailsa selalu menceritakan kesedihannya, jadi sudah tidak heran jika ia bermanja di lengan Grace seperti ini.

The Cruel BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang