36. Depresi

139K 11.5K 867
                                    

Bacanya wajib pake hati, oke? Kalo bisa dengerin lagu yang sedih sedih

⚫⚫⚫

Sudah 6 hari belakangan ini, Dhafian mendapat kabar kalau Kailsa tidak masuk sekolah dengan keterangan alpha. Cowok itu juga sudah mengunjungi ke rumahnya namun pembantu di sana juga sedang bingung mencari di mana Kailsa berada. Begitupun juga dengan Faren, berkali kali ia mengirim pesan dan menelfonnya namun ponselnya tidak aktif.

"Kita harus cari dia kemana coba kalo nggak ada orang yang tau keberadaan dia." Faren mengeluarkan suaranya. Mereka sudah berada di depan halte sekolah sejak tadi. Sekolah juga sudah mulai sepi karena murid murid sudah pulang dari tadi.

"Ya mana gue tau!" Dhafian jadi ikut kesal karena sedari tadi Faren banyak omong.

"Lo udah tanya temen temennya, atau orang yang berhubungan sama dia?"

"Udah semua, tapi nggak ada yang tau."

Faren memegang kepalanya karena stress memikirkan keberadaan Kailsa. Bukan hanya mereka berdua saja, tetapi teman Kailsa beserta guru guru SMA Antartika juga ikut mencarinya.

Tiba tiba ponsel Dhafian berdering. Dengan cepat cowok itu mengangkatnya setelah ia memencet tombol hijau.

"Halo? Ada apaan No?"

"Gimana? Lo udah dapet kabar tentang Kailsa nggak?" tanya Dino dari sebrang sana.

"Belum. Emang kenapa?"

"Cepetan deh lo ke rumah gue. Ada yang mau gue kasih tau."

"Serius nggak nih?"

"Iya serius."

Setelah mendengar perkataan Dino yang terlihat sangat serius, berbeda dengan biasanya, Dhafian menutup telfonnya dan langsung menaiki sepedanya yang sudah bertengger di depan halte sejak tadi.

"Mau ke mana?" tanya Faren.

"Ke rumah Dino. Lo pulang sendiri aja," kata Dhafian dingin, lalu ia menyalakan mesin motornya.

"Gue ikut ya."

"Nggak!" Dhafian menatap Faren tajam. Setelah berhasil membuat cewek itu terdiam, Dhafian melajukan motornya dengan kecepatan tinggi. Faren saja membelalakkan matanya karena Dhafian sudah seperti pembalap.

Jantung Dhafian tiba tiba berdegup lebih kencang saat berada di perjalanan. Dirinya memang sedang menyetir, namun pikirannya melayang ke segala arah. Ia berpikir bahwa dirinya tidak pantas disebut dengan cowok gentle, ia merasa kalau sebab Kailsa menghilang itu karenanya. Ia jadi merasa bersalah saat ia tidak bisa menepati janji dengan Rafi.

Sebenarnya ini bukan bagian rencana Dhafian dan Rafi, bahkan ini di luar ekspetasi mereka. Mereka bingung harus berbuat apa, apalagi Rafi yang masih di dalam jeruji besi, tidak bisa berbuat apa apa kecuali terus memikirkan masalah ini.

Dhafian memasukkan motornya di halaman rumah Dino. Ia melirik sedikit ke arah garasi, hanya ada motor dan mobil milik Dino. Ia berasumsi bahwa kedua orang tua Dino belum pulang dari Medan karena urusan pekerjaan.

Dhafian turun dari motor besarnya dan berjalan menuju pintu besar. Ia mengetuknya sambil berkali kali memanggil nama Dino. Samar samar ia dapat mendengar suara Dino yang menyuruhnya untuk masuk saja. Lantas, tanpa sungkan ia membuka pintu dan langsung menemukan sosok Dino yang sedang berjalan ke arahnya.

"Cepet banget lo sampe ke sini. Emang lo dari mana?" tanya Dino, karena tidak sampai 10 menit Dhafian sudah tiba di rumahnya.

"Gue habis dari sekolah."

The Cruel BoyWhere stories live. Discover now