25. Tembakan

146K 11.8K 861
                                    

Hari yang begitu terik bagi sebagian manusia yang menginjakkan kakinya untuk keluar rumah. Apalagi pelajar dan pekerja kantor, mereka wajib menjalankan aktivitas seperti biasa walaupun matahari sudah berada di atas kepala mereka.

Tetapi tidak bagi grup dancer yang semakin semangat untuk mengikuti lomba. Beberapa murid di SMA Antartika meminta ijin kepada guru BK untuk menonton lomba. Terutama Kailsa dan Faren yang merupakan salah dua senior di ekstrakulikuler dance.

"Menang kalah itu biasa. Pokoknya kalian sudah berusaha," kata Kailsa menyemangati junior juniornya di ruang ganti.

"Ini kan pertama kalinya kalian lomba. Jadikan aja ini sebuah pengalaman, jangan terlalu obsesi sama kemenangan," tutur Faren.

7 anggota grup dancer itu kini mengangguk paham sambil tersenyum. Mereka menarik nafasnya panjang karena sebentar lagi acara pembukaan akan dimulai.

"Gue sama Faren ke bangku penonton ya."

"Oke Kak!"

"Semangat!" Faren mengepalkan kedua tangannya di udara sebelum dirinya dan Kailsa pergi meninggalkan ruang ganti.

Mereka berdua berjalan mencari tempat duduk yang nyaman. Tempat ini tidak begitu ramai, tetapi dipadati penonton. Jadi yang ingin melihatnya tidak perlu berdesak desakan.

"Far Far." Kailsa tiba tiba menyenggol Faren.

"Kenapa?"

"Lo udah lihat line today belum?" tanya Kailsa terus memperhatikan layar ponselnya.

"Belum, emang ada apaan?"

"Lihat deh." Kailsa menyerongkan ponselnya agar Faren juga dapat melihat berita apa yang di baru saja dipost oleh LINE, "Bukannya ini foto Papa Rafi ya?"

"Eh, iya ini Papa. Kok bisa masuk line today?"

Kailsa meng-scroll timelinenya perlahan lahan agar mereka berdua dapat membacanya. Bukan hanya Kailsa yang terkejut, melainkan Faren lebih terkejutnya. Degup jantungnya saja sudah seperti maraton. Setelah membaca berita ini, pikiran pertama yang muncul di kepala Faren adalah Keysa.

"Lo di sini aja, temenin mereka. Gue ada urusan," kata Faren langsung berlari meninggalkan tempatnya. Kailsa hendak mengejar, namun jika ia ikut bersama Faren, bagaimana nasib adik adik juniornya?

Faren berlari keluar gedung menuju halte bus. Ia sudah tidak punya banyak waktu untuk pergi ke rumah Keysa. Berita itu sungguh membuat jantung Faren rasanya ingin copot. Papanya yang tiba tiba melarikan diri dari penjara dan mencuri pistol serta mobil milik polisi. Ia tidak habis pikir dengan Rafi, apa yang akan ia lakukan setelah ini?

Ia menunggu taksi pun tidak datang datang, ponselnya juga tidak memiliki data paketan. Ia melirik jam yang ada di tangannya. Pukul 11 siang. Ia hendak menelpon Dhafian tetapi ia tidak memiliki nomornya. Terus ia harus bagaimana sekarang?

Sekitar hampir 10 menitan menunggu, akhirnya sebuah taksi berhenti tepat di depannya setelah ia melambaikan tangannya. Ia segera masuk dan menyebutkan alamat rumah Keysa kepada sopir taksi.

Faren memegang keningnya karena sedikit merasa pusing. Ia khawatir jika Keysa kenapa kenapa. Ia selalu kepikiran, apakah Dhafian sudah mengetahui berita ini dan langsung meminta ijin kepada sekolah untuk menghampiri Keysa?

Faren membuka layar kuncinya dan langsung beralih ke aplikasi maps. Kepalanya semakin pusing saat tertera di layarnya bahwa posisinya saat ini dengan rumah Keysa membutuhkan waktu sekitar 30 menit lamanya.

"Pak, bisa minta tolong sedikit ngebut ya," kata Faren kepada sopir.

Faren kembali beralih ke ponselnya dan membuka aplikasi message, hendak mengirim pesan kepada Febby, namun sesuatu ada yang menggajal. Ia mengerutkan keningnya saat ada 2 nomor yang hampir sama. Nomor itu adalah unknown yang beberapa hari ini ia tidak lagi mendapatkan pesan misterius itu

The Cruel BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang