Wattpad Original
There are 13 more free parts

1. Batas Hati

261K 17.5K 1.7K
                                    

BAGIAN SATU

"Seharusnya, kita tidak perlu saling membenci setelah gagal
untuk berakhir sehidup semati."


__ 

DARI ufuk timur, matahari mulai menanjak dan menyinari setiap sudut kota Jakarta, termasuk jalanan yang pagi ini dipenuhi oleh mobil-mobil berplat ganjil. Salah satu program pemerintah Jakarta dengan memberlakukan sistem genap-ganjil untuk kendaraan, nyatanya tidak berdampak signifikan pada kemacetan kota yang pada survei belakangan ini mendapat rangking satu kota terpadat di Indonesia.

Wajar jika kota yang pernah bernama Batavia ini mendapat rangking pertama. Bagaimana tidak? Baru saja jarum pendek jam berhimpit pada angka tujuh dan delapan, tetapi jalanan di Jakarta sudah padat merayap seperti semut yang sedang mengerubungi gula.

Semua orang seolah tumpah di jalanan untuk saling berebut mendahului ke tujuan masing-masing. Pemandangan itu menjadi santapan seorang perempuan ber-blouse satin putih yang sejak tadi mengamati semua yang berada di obyek matanya, dengan pandangan menerawang dari atap sebuah rumah sakit swasta terkenal di kota tersebut.

Tangannya terentang di udara, matanya terpejam, kakinya sudah berada di balok terakhir pembatas atap, dan setidaknya hanya perlu maju setengah langkah agar tubuhnya bisa melayang di udara, terempas, dan tak berbentuk lagi. Hanya perlu keberanian secuil lagi... secuil lagi.

Air matanya telah habis. Entahlah, ia sudah lupa kapan terakhir ia menangis, semalam? Sehabis mengerjakan pasien di UGD? Atau beberapa menit yang lalu. Ia sudah lupa.

Matanya terus terpejam seiring kakinya yang perlahan menggeser lebih maju. Ia juga mulai mengikis rasa ragu dan menyingkirkan semua beban yang berada di punggungnya akhir-akhir ini.

Sedikit lagi, semuanya akan berakhir. Berakhir dengan mengenaskan.

Besok headline berita akan penuh dengan tulisan, "Seorang dokter dari rumah sakit Kasih Bunda ditemukan tewas akibat terjatuh dari lantai 20 rumah sakit tersebut."

Lucu... tapi ia tak akan mengubah pikiran, kakinya juga mulai setuju dengan perintah otaknya untuk semakin melangkah ke depan.

Satu detik sebelum tubuhnya melayang di udara, sesuatu tiba-tiba memeluk perutnya dengan erat.

Tubuhnya kehilangan keseimbangan dan mengakibatkan dirinya jatuh, tetapi bukan jatuh dari lantai 20 gedung tersebut. Melainkan, jatuh ke sesuatu yang terasa empuk.

Desthalia Gayandra, perempuan dengan jas putih khas dokter yang menutupi dalaman blouse-nya, perlahan membuka mata.

Hal pertama yang masuk di kornea matanya adalah manik mata hitam pekat menusuk yang sedang menatap matanya lekat.

"Kamu tahu, di luar sana ada banyak orang tua yang menanti Tuhan memberikan mereka kesempatan untuk memiliki anak. Sedangkan kamu, menyia-nyiakan kesempatan yang diberikan Tuhan kepada orang tuamu dengan mengakhir diri seperti ini karena sebuah masalah. Kamu pikir hanya masalah kamu saja yang berat?" Si pemilik mata pekat itu berbicara sambil menunduk, memperhatikan posisi mereka sekarang.

Tak ada jarak yang berarti. Perempuan itu berada di atas tubuh sang laki-laki, dadanya tepat menubruk dada sang laki-laki, bahkan kedua tangan laki-laki itu posesif memeluk pinggang perempuan itu. Jelas saja, posisi itu memprovokasi pikiran rancu bagi setiap orang yang melihatnya.

Tersadar dengan posisinya, Alia langsung mencoba berdiri.

Tangan kokoh yang tadi melingkar di pinggangnya, terlepas begitu saja.

Seharusnya, semua berjalan sesuai rencananya tadi, sayangnya semua rencana itu tetap menjadi rencana saja, tidak terealisasikan. Semua rencana itu lenyap entah ke mana ketika tubuhnya mendadak kaku akibat perlakuan dan ucapan laki-laki di hadapannya ini.

Loose CannonWhere stories live. Discover now