6. Debaran

5.4K 492 4
                                    

Ya Allah jadikanlah hati ini hanya mencintai Mu. Jadikanlah hati ini hanya berharap kepada Mu.
~



"Fa, lo kenapa sampe segitunya?"

"Afifa kesel Al, udah dua kali dia nyebut Kak Bara pengecut, dan dia juga nyebut Afifa pendek," kesalnya.

"Soal Kak Bara gue gak mau bahas, dan gue harap lo udah buang jauh-jauh rasa sayang lo sama dia! Lo gak harus sesensitif itu Fa, siapa tau Kak Dhafin cuman becanda."

"Kamu masih gak percaya sama Afifa, Al? Afifa udah gak ada perasaan sama sekali dengan Kak Bara!" tegasnya.
"Afifa gak tau kenapa, gak suka aja dengan sikap Kak Dhafin yang seenaknya, Afifa juga masih kesel sama kejadian senin lalu, masa Afifa nanya baik-baik dia jawab bukan urusan lo, terus pergi gitu aja," jelas Afifa penuh emosi.

"Istighfar Fa, ya udah gak usah dipikirin, fokus ke pelajaran aja, oke." Alya tersenyum lembut ke arah Afifa.

Afifa merasakan ada kesejukan di hatinya. Dia benar-benar beruntung mempunyai sahabat seperti Alya. Kadang Alya memang suka marah-marah saat Afifa keras kepala, tapi dibalik sikap Alya yang seperti itu, Alya hanya tidak ingin Afifa salah jalan. Alya yang selalu menyemangatinya untuk terus memperbaiki diri.

Setelah Sholat Zuhur di Musholla sekolah. Afifa dan Alya langsung naik ke lantai dua, ke ruang ekskul untuk mengambil formulir.

"Assalamualaikum," ucap Alya tersenyum ramah, saat melihat ruang ekskul sudah hampir penuh. Alhamdulillah ekskul ini ternyata banyak menarik minat adik kelas mereka.

"Waalaikumsalam." Serentak.

"Sekarang kumpulkan formulir pendaftaran yang sudah kalian isi," suruh Afifa.

Siswa-siswi yang memutuskan untuk ikut ekskul ini langsung mengumpulkan formulir yang sudah mereka isi.

"Jadi kita mulai kegiatannya hari kamis setelah pulang sekolah," ucap Alya memberitahu.

"Iya Kak." serentak.

"Ada yang mau bertanya seputar ekskul ini?" tanya Afifa.

"Kak kita hari kamis langsung kegiatan, ya?" tanya salah satunya.

"Kemungkinan kita mengadakan sesi perkenalan terlebih dahulu," jawab Afifa.

"Kak, dijamin bisa cepet gak hafal Al-Qur'an, nya?" tanya salah satunya lagi.

"In Shaa Allah  kalo ada niat dan mau berusaha, pasti bisa pelan-pelan menghafalnya," jawab Afifa dengan ramah.

Setelah menutup pertemuannya, Afifa dan Alya berjalan keluar ruangan.

Dhafin, Raka, dan Fabio baru saja keluar dari ruang rapat yang biasanya ruangan itu dipakai oleh anak-anak futsal.

"Fin, lo yakin ngundurin diri di turnamen?" tanya Raka.

"Iya, gue mau fokus dulu ke perusahaan," jawab Dhafin.

Afifa dan Alya berjalan cepat, saat melihat Dhafin, Raka, dan Fabio tengah berbicara di depan ruangan yang bersebelahan dengan ruangan ekskulnya.

Sudah hampir di belokan tangga, tapi langkah kaki Afifa dan Alya bersamaan berhenti, saat mereka melihat Kakak kelasnya yang tidak asing lagi tengah berdiri dengan tangannya dilipat  di atas dada, dengan dua temannya yang selalu setia menemaninya.

"Jadi lo yang godain, Dhafin?" tanya Tifani, dia mendekat ke arah Afifa. Dia memutari tubuh Afifa, dan sesekali tangannya memegang hijab Afifa.
"Hijabnya panjang ya, tapi kok masih godain pacar orang," sambungnya.

"Maksud Kakak apa?" tanya Afifa masih dengan nada normal.

"Pake pura-pura gak tau lagi, di depan ruang musik, di kantin, lo ngapain sama Dhafin?" Tangan Tifani bergerak membuka tutup botol air, yang memang sengaja dibawanya. Dengan mudah dia mengguyurkan air tepat di kepala Afifa.

CHANGE [END]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin