10. Si Merah Tua

5.2K 542 13
                                    

Jangan abaikan DIA yang sudah memanggil mu lewat suara Adzan. Waktu itu sangat berharga, karena detik yang sudah berlalu tidak bisa kembali.
~

Dhafin melepaskan cengkraman tangannya dari kerah baju Bara dengan kasar.

"Sok cantik banget ya dia, sampe di rebutin Kakak kelas kita yang ganteng-ganteng ini."

"Mending pindah dari sekolah ini, gak pantes banget tau gak!"

"Hijabnya aja udah melebihi gorden, tapi centil."

"Bubar!!!" tegas Dhafin.

Semuanya terdiam dan membubarkan diri, begitupun Bara, tanpa rasa bersalah sedikitpun dia pergi begitu saja.

Alya datang dengan nafas yang tidak karuan, karena dia berlari-lari dari pintu gerbang, setelah mendengar ada masalah lagi dengan Afifa.

"Fa lo gapapa, kan? Maaf ya gue telat," ucap Alya cemas.

"Gapapa kok," ucap Afifa disertai senyum yang dipaksakan.

Raka dan Fabio datang menghampiri mereka. Fabio dengan ekspresi tersenyum ceria, dan Raka dengan ekspresi santainya.

"Tenang aja udah kita beresin kok," ucap Fabio bangga.

Kedua alis Afifa bertemu, dahinya berkerut, apa yang sudah di bereskan, Afifa sangat bingung.

"Ya Allah, gak peka banget sih lo bantet, itu foto kalian," ucap Fabio kesal.

Afifa melihat ke arah mading, dan benar saja foto  beserta tulisan itu sudah tidak ada lagi.

"Makasih ya Kak," ucap Afifa.

Di dalam kelas Dhafin hanya diam, sedangkan Fabio tengah heboh sendiri.

"Memang udah geser tu otaknya Bara sama Tifani, untung kita datang cepet," ucap Fabio.
"Kalo gue jadi lo ya Fin, udah gue ulek-ulek tu si Bara," sambungnya.

"Diam lima menit bisa gak?" tanya Raka.

"Kenapa?"

"Mikir kek, gimana supaya masalah ini selesai!" kesal Raka.

"Nanti kalo kita udah lulus dijamin masalah ini selesai, kalo si Bara api sama si bohay Tifani lulus sih," sahut Fabio.

"Serah lu dah!"

***

"Al, kamu percayakan sama Afifa?" disela isakannya.

"Gue percaya Fa, udah dong jangan nangis, mana Afifa yang ceria, yang kuat."

"Mulai besok Afifa akan datang lebih awal, saat istirahat Afifa gak mau keluar."

"Terus gimana mau Sholat? Jangan menghindar Fa, lo kan gak salah ... Lagian mereka juga terlalu berlebihan."

Afifa hanya terdiam, matanya fokus ke arah papan tulis. Kenapa hidupnya jadi seperti ini.

***

Bel pulang sekolah berbunyi.
Afifa segera mengemaskan buku-bukunya.

"Masih sedih?" tanya Alya yang sudah selesai memasukkan bukunya ke dalam tas.

Afifa menggeleng pelan. Dari tadi dia tidak banyak bicara,dan tidak bisa berkonsentrasi saat menerima pelajaran.

Alya membuang nafas lembut, lalu tersenyum ke arah Afifa.

"Hidup ini gak selamanya yang kita rasakan hanya bahagia, tapi suatu waktu kita akan mengalami hal-hal yang kadang tidak kita inginkan, dan Allah punya tujuan untuk itu, untuk menyadarkan dan menguatkan kita." Alya mengambil nafas sebelum melanjutkan perkataannya.
"Allah rindu doa-doa kita Fa ... Berdoalah, minta sama Allah, karena tidak ada yang tidak mungkin jika Allah sudah berkehendak."

CHANGE [END]Where stories live. Discover now