17. Peci Dhafin Kecil

4.8K 441 8
                                    

Jika kita ingin, maka berusahalah, jangan lupakan doa disetiap langkahmu.



"Elo sih ngelamun. Ngelamunin apaan, sih?" tanya Alya menyelidik. "Awas aja kalo mikirin cowok, gak gue anterin pulang," ancamnya.

"Kamu lama banget, Al. Susah ya soalnya?"

"Ciri-ciri orang ngalihin pembicaraan ni. Bilang gak sama gue!"

"Apa sih? Ayo pulang, Afifa udah laper ni."

"Apa jangan-ja--"

"Gak kok. Afifa gak mikirin Kak Dhafin," ucap Afifa cepat memotong  pembicaraan Alya.

"Lah ... Kok malah Kak Dhafin?" heran Alya. "Lo lagi mikirin Kak Dhafin, Fa?"

Afifa menghembuskan nafasnya kasar. Dia paling tidak bisa menyembunyikan sesuatu.
"Iya Afifa juga kesel kenapa dia muncul mulu di pikiran Afifa," kesalnya.

"Sebaiknya lo buang jauh-jauh pikiran itu, Fa. Fokus aja mengejar cintanya Allah ... Gue berharap lo gak bakal ngulangin kesalahan waktu itu, kalo sampe itu terulang gue gak mau ngomong sama lo tiga hari."

"Iya, Afifa gak bakal mikirin lagi kok. Afifa akan berusaha buang jauh-jauh. Afifa udah kapok sakit hati."

"Misi gue mau ambil motor," ucap salah satu siswa yang sedari tadi sudah memanggil dua mahluk ini dengan sebutan Neng, tapi sayangnya dia terkacangi.

Spontan ke duanya menepi, sambil nyengir tak berdosa.

"Eh, maaf," ucap Afifa.

"Gapapa nyantai aja," sahut laki-laki itu, sambil mengeluarkan motornya dari tempat parkiran, setelah berhasil mengeluarkan motornya, dia melaju begitu saja.

"Al, kayaknya dia dari tadi manggil-manggil kita deh."

"Gue gak denger, Fa. Udahlah ... Yuk kita pulang."

***

Malam ini lagi-lagi Dhafin tidak sendiri di rumahnya. Raka dan Fabio menginap tanpa diajak. Ke tiga mahluk itu sedang menonton tv. Dhafin dan Raka duduk normal di atas sofa. Lain halnya dengan Fabio, dia berbaring di atas karpet yang terhampar di bawah.

"Kalian udah pada liat grup, belom?" tanya Fabio. Matanya tetap fokus ke arah tv.

"Belom, gue gak ada kuota. Ada apa emangnya?" tanya Raka.

"Kalo lo, Fin?" tanya Fabio.

"Hp gue aja gak tau di mana," jawab Dhafin datar.

"Kata Herman besok nilai ujian kita udah keluar, katanya kalo mau liat langsung ke sekolah aja, terus hari kamis kita perpisahan," jelas Fabio.

"Ohhh," jawab Dhafin dan Raka.

Fabio bangkit dari posisi baringnya. Dia menatap kesal ke dua mahluk yang tengah duduk di sofa itu. "Gak ada jawaban yang bagus dikit apa?" tanya Fabio kesal.

"Lo mau kita jawab apa?" tanya Raka.

"Ya apa kek, yang panjang dikit," kesalnya.

"Selain kurang waras, lo juga ngambekan, Yo," ucap Raka disertai tawa.

"Gak ada yang ngelawak! Pokoknya besok kita ke sekolah titik, gak pake koma, gak pake tanya, gue kangen berat sama Mbak Siti."

"Gak tobat-tobat ni bocah," ucap Raka sambil menggleng-gelengkan kepalanya.

"Maksud gue baksonya, nasi gorengnya, es tehnya," ralat Fabio.

"Sekalian sama kantinnya, kursi, meja, piring, sendok, gelas, genteng," ucap Raka.

CHANGE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang