Chapter 45

3.1K 683 198
                                    

Jika kata perpisahan baik untuk Hana, bagaimana dengan Baekhyun? Tubuhnya membeku, Baekhyun tidak mempercayai ini.

"Ha-Hana." bahkan suaranya ikut bergetar.

Ini seperti tersambar petir di siang bolong menurut Baekhyun. Terlalu tiba-tiba.

"Aku tidak tahu harus seperti apa lagi Baekhyun, hatiku sakit. Jika saja kau ada di posisi ku, mungkin kau akan merasakannya juga. Ini lebih-lebih dari yang namanya pengkhianatan." Hana menarik nafasnya dalam-dalam, dadanya terasa sesak berlebihan.

"Sudah jangan di lanjutkan." bukan maksud Baekhyun lari dari masalahnya yang mungkin bisa saja membuat Baekhyun terpojokan. Hanya saja, Baekhyun tidak ingin membuat Hana semakin terluka.

"Kenapa tidak jujur dari awal?" nafasnya semakin tercekat, Hana menahan untuk tidak menangis saat ini juga. Sudah cukup ia menangisi Baekhyun kemarin-kemarin, mulai sekarang ia tidak mau lagi.

"Harusnya kau jujur saja." Karna Hana sudah kecewa, Hana tidak mau memberi satu harapan yang akan membuatnya kembali merasakan kekecewaan.

"Aku ingin pulang, aku rasa ini cukup jelas." Hana bangkit. Reflek, Baekhyun pun ikut berdiri.

"Hana, maafkan aku." tangan Hana di cekal, tidak kencang, tapi tetap membuat Hana tidak bisa beranjak.

Hana menatap Baekhyun dengan penuh luka, "Jika saja memaafkan semudah kau bermain di belakangku, mungkin aku akan lebih mudah memaafkanmu. Sayangnya, aku terlanjur kecewa padamu." Hana pergi, meninggal Baekhyun sendiri. Untung saja keadaan cafe tidak ramai oleh pengunjung yang akan menjadi pusat perhatian.

"Aku menyesal."

🔒Treason🔒

Seperti pada kenyataannya. Kesalahan di masalalu, mempersulit urusan di masa depan.

Chanyeol memutar badannya menghadap jendela besar yang menampakan padatnya jalanan. Cuaca sedikit mendung, sepertinya sebentar lagi, rintik hujan akan membasahi bumi.

Sesekali Chanyeol mendengus, kepalanya terasa pening, di tubuhnya seperti tidak ada gairah hidup sama sekali.

"Sebelumnya, Baekhyun menikah dengan Hara. Lalu, kenapa dia bercerai?" sambil menyesap secangkir kopi hitamnya, Chanyeol menerawang jauh ke arah padatnya kendaraan di luar gedungnya.

Minggu lalu Baekhyun datang menjelaskan semuanya, tidak ada yang terlewat satupun, sampai anaknya meninggal pun Chanyeol tahu. Baekhyun yang menjelaskannya semua.

Masih menjadi misteri, bukan berarti Chanyeol ingin mengurusi urusan orang lain. Hanya saja, Chanyeol perlu meluruskan semuanya. Siapa tahu, ia bisa membantu melerai benang kusut antara Baekhyun dan kedua adiknya.

Sampai ketukan pintu terdengar, Chanyeol kembali memutarkan badannya, melihat siapa yang datang.

Disana, Hana datang dengan wajah sendunya. Chanyeol merasakan aura yang aneh sejak Hana datang.

"Oppa." Hana berjalan mendekat, Chanyeol menaruh cangkir kopinya di atas meja kerjanya.

"Kau datang." Hana langsung memeluk tubuh jangkung Chanyeol, menenggelamkan kepalanya di dada sang kakak sambil mengangguk.

"Kau habis dari mana, heum? Kenapa tidak memberitahuku jika ingin kesini? Aku bisa menjemputmu." karena Chanyeol membalas pelukan Hana, tangan besar Chanyeol membelai lembut surai hitam Hana. Sesekali, kecupan di atas Puncak kepala Hana Chanyeol berikan.

"Aku merindukan Oppa," adalah kalimat tersirat untuk menutupi seluruh lukanya.

"Benarkah?" karena Chanyeol tidak percaya ia membuat jarak, melepaskan rengkuhannya. Tangan besarnya memegang bahu Hana, jangan lupakan mata besar Chanyeol yang memincing tajam ke arah Hana, Chanyeol meminta sebuah pengakuan.

Treason || Byun Baekhyun Where stories live. Discover now