Extra Chapter +2

2.4K 340 106
                                    

"Will, jangan lari-lari!" Suara Hana begitu mengglegar saat ia mendapati William sedang berlari kesana kemari sambil menendang bola.

Usia William sudah memasuki usia dua tahun, dan anak itu sangat hyperaktive—sama seperti ayahnya semasa kecil.

Dua tahun ia membesarkan kedua anaknya sendiri, dua tahun itu pula ia sibuk menata hatinya kembali.

Baekhyun masih sering berkunjung menengoki anaknya, dan tidak jarang pula ia mencoba berkali-kali agar Hana mau menerimanya kembali.

Seperti sekarang, Hana duduk di tepi pantai memperhatikan interaksi kedua anaknya dan juga mantan suaminya.

"Bagus Will, tendang bolanya!" Itu suara Baekhyun. Sedangkan Anna sedari tadi hanya diam seperti menunggu bola datang kepadanya dan sesekali ia akan terkikik geli saat ayahnya terjatuh.

"Ayah! Bolanya datang kepadaku, ayah! Ayah!" Seru Anna heboh saat bola datang kepadanya. Anna tampak kewalahan.

"Tangkap bolanya, Sayang!" Seru Baekhyun dari kejauhan.

Tidak bohong apa lagi dusta, Hana sedari tadi tersenyum, terenyuh karena interaksi mereka dan ia akui, ia merasa bahagia.

"Aku capek! Aku tidak mau main bola lagi!" Anna menghampiri Ibunya dengan muka cemberut yang membuat Hana seketika terkekeh.

"Ibu, ayah dan Will curang." Gadis kecil itu merengut tidak terima, ia mencoba mengadu pada ibunya. Hana yang melihat itu tidak tahan untuk tidak mencubit pipi putrinya yang terlihat sangat berisi.

"William jelek! Ayah jelek!" Pekik Anna membuat dua laki-laki itu berhenti dari permainannya. Baekhyun dan William menengok kearah Anna.

Setelahnya, Baekhyun menghampiri Anna sedangkan William kembali main dengan bolanya.

"Benarkah? Anna bilang Ayah sangat tampan," ujar Baekhyun yang malah membuat Anna semakin kesal.

"Ayah jelek! Sangat jelek! Itu karena ayah curang." Baekhyun terkekeh, setelahnya ia memeluk putrinya.

"Maaf ya, Sayang." Kecupan dipipi pun Baekhyun berikan pada sang putri.

"Sudah hampir petang, lebih baik kita kembali ke penginapan, Baek." Hana tiba-tiba saja bersuara membuat Baekhyun beralih atensi.

"Ayo."

"Will, ayo kita pulang."

"Biarkan saja, biar William dimakan monster pantai!"

***

"Sudah dua tahun, bagaimana perasaanmu?" Yang ditanya hanya diam, berniat untuk menjawab, namun masih gamang.

"Masih sama." Hana menjawab. Dan jawaban itulah yang keluar pada akhirnya.

"Bagaimana denganmu?" Kini Baekhyun mendapatkan kembali pertanyaannya. Diam-diam, ia tersenyum kecil di balik cangkir yang berisikan teh hijau buatan Hana.

"Rasanya masih sama. Tidak ada yang berubah, atau malah bertambah?" Hana tidak tahu jawaban ini ada unsur gombal atau tidak, atau memang seperti itu kenyataannya. Tapi yang jelas, degup jantungnya masih berdetak sebagaimana semestinya. Degupan di atas normal sampai rasanya ia mual.

"Aku memaafkanmu." Ada jeda, Baekhyun masih menyimak tanpa mau menyela ucapan Hana.

"Aku akui bahwa berjuang sendiri pun tidak enak. Benar begitu?" Baekhyun hanya mengangguk sambil bergumam tanda ia mengiyakan.

"Aku melihat perjuanganmu selama ini, mencoba mengambil hati anak-anak, dan juga aku. Kau mencoba mengambil hatiku kembali. Dan kembali aku akui, aku luluh, walaupun tidak sepenuhnya." Bolehkah Baekhyun senang sekarang? Apa ini merupakan awal yang baik? Apa setelahnya masih ada kesempatan untuknya?

"Aku melihatmu. Maaf, karena aku terlalu egois, aku belum siap saat itu." Hana memainkan jari-jarinya yang kini bertaut, sedangkan Baekhyun merapalkan do'anya dalam hati. Berharap tidak ada salahnya kan?

"Aku mengerti, maafkan aku juga." Baekhyun berucap getir, ia memaklumi semua yang Hana lakukan padanya. Ia mencoba berlapang dada. Bagaimana ia tidak bisa terima jika selama ini pun Hana banyak diam disaat ia malah banyak menyakiti perempuan itu.

Mereka saling meruntuhkan egonya masing-masing, memilih memangkas semak blukar untuk mencapai kebahagiaannya.

Mereka pun sama-sama memiliki harapan, tidak ada yang menyakiti, dan juga tidak ada yang tersakiti. Itulah harapannya.

"Aku melihat William dan Anna. Kenapa mereka mirip sekali dengan mu?!" Penuturan Hana sedikit meninggi nadanya, membuat Baekhyun terkesiap untuk beberapa saat.

"Karena mereka anakku. Tidak aneh jika mereka mirip dengan ku." Ucap Baekhyun bangga. Setelahnya mereka terkekeh riang, sesekali matanya beradu tatap dan membuat keduanya tersipu.

"Hana-ya..." Suaranya melembut, Baekhyun berusaha menjangkau salah satu tangannya untuk ia genggam. Dan Hana tidak menolak. Ia menerima sentuhan kecil itu.

"Maaf atas segalanya, aku tahu kau pasti bosan mendengarnya dan yang kau mau adalah memakiku sepuasmu. Tidak apa-apa, aku menyadari kesalahanku, semuanya, tanpa ada yang terlewat dan tanpa terkecuali." Baekhyun tersenyum, tangannya mengusap lembut berharap bisa memberikan kehangatan.

"Izinkan aku sekali ini saja, beri aku kesempatan terakhir untuk menggantikan apa yang sudah rusak. Aku tidak akan berjanji, akan aku buktikan semuanya, aku menyayangi anak-anak kita, dan juga masih mencintaimu."

Hana menitikan air matanya, ia terharu, ia bahagia, ia mencoba untuk tidak mementingkan dirinya saja. Ia harus mengingat bagaimana William dan Anna jika tidak ada Baekhyun? Dan juga, bukan sebuah dosa kan jika ia memberi kesempatan kesekian untuk Baekhyun?

Maka malam ini Hana menjawab dengan mantap. "Aku menunggu saat-saat itu."

❌⭕️❌⭕️

Wellcome backkkkkkk!!!!!!! Aku disini zeyeengggg 😂 aku baper masa :" nggak tau deh kalian wkwkwk....

Btw adakah yg masih melek? Komen wajib bin kudu, klo nggak mau, aku gak mau lanjutin lagi 😤😂

Intip yuuukkk, siapa tau jodoh...

Intip yuuukkk, siapa tau jodoh

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.
Treason || Byun Baekhyun Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora