CHAPTER 34;

29K 2.7K 221
                                    

"Kami sangat menghawatilkanmu, Mom. Tubuhmu terbakal semalam," celoteh bocah itu terdengar sangat sedih.

Keana merasa tersentuh dengan ucapan Albert, ia mengurai pelukan Albert kemudain mengecup kening dan kedua pipi gembil bocah itu. Kemudian tidak sengaja menatap mata Albert dan sialnya ia kembali ingin menangis mengingat mata milik Baxter.

Dan sekarang ia semakin ingin menangis ketika mengingat bagaimana hatinya bereaksi dengan Ansell. Ia merasa telah menghianati Baxter dengan begitu.

******

"Albert, sudah malam. Sebaiknya kau kembali ke kamarmu," ucap Bella, ia sedang ingin mencari ruang untuk berbicara dengan Keana.

"Aku akan tidur dengan mom, Grandma," jawab Albert semakin mengeratkan pelukannya pada leher Keana.

"Albert, grandma ingin berbicara dengan, Mom. Kau keluarlah dulu, nanti jika sudah selesai Mom panggil untuk tidur bersama Mom, bagaimana?" Keana berusaha membujuk Albert ketika mengerti apa maksud dari ucapan Bella.

Mendengar suara lirih Keana, mau tidak mau Albert akhirnya menurut. Setelah mencium kening Keana, bocah berumur empat tahun itu keluar dari kamarnya dengan lambaian tangan mungilnya. Bocah itu sangat tampan dan itu meruntuhkan pertahanan Keana. Ia menangis berandai bagaiaman anaknya jika masih hidup, ia pasti sebesar Albert dengan mata biru indah milik Baxter.

Keana menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya, ia menangis dengan isak yang menyayat hati. Benar bukan dugaan Bella? mengingat masa lalu wanita itu akan menghancurkan kebahagiannya.

"Maaf Keana, jika kau tidak ingat jangan dipaksakan. Tidak apa," lirih Bella mengusap punggung Keana, kemudian memeluk tubuh ramping itu dengan sayang.

"Tidak, Mom. Aku mengingatnya ... Hiks ... Hiks ... aku mengingat semuanya...," tangisnya semakin menjadi.

Tubuh Bella menegang seketika, ini tidak mungkin. Bagaimana Keana bisa mengingat semuanya semudah itu? seharusnya tidak semudah ini agar wanita muda ini tidak segera jatuh ketangan Baxter Calvert lagi. Ini bahaya bagi Keana jika sudah mengingat semuanya.

"Bagaimana keadaan suamiku, Mom?" tanya Keana, wanita muda dengan kaos coklat panjangnya itu melerai pelukan Bella kemudian menggenggap telapak tangan Bella penuh harap atas jawaban yang akan diberikan mommy-nya itu.

"Dia sudah-"

Kalimat Bella terhenti ketika Keana semakin menjadi dengan tangisnya, wanita muda bersurai panjang itu kembali menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

"Tenanglah, kau sudah aman darinya-"

"Sudah aman bagaimana, Mom? Aku tidak akan hidup tanpa suami yang aku cintai," sergah Keana penuh luka, bahkan tidak sengaja wanita muda itu menatap marah ke arah Bella.

"Apa? Kau apa?" tanya Bella terkejut, ia tidak percaya apa yang ia dengar. Bagaimana Keana bisa mencintai orang yang selalu menyakitinya? Bagaimana Keana bisa mencintai pria itu? seharusnya Keana membenci dan menjauhinya....

"Aku mencintainya, Mom ... hiks ... Baxter selalu menjagaku," jelas Keana membuat Bella kehilangan nafas sepersekian detik.

Bella sudah membuka mulutnya, ia ingin menjelaskan sesuatu. Ia ingin menjelaskan bahwa orang yang dicintai Keana masih hidup dan ia adalah Ansell.

"Mom? Kau menangis?" tiba-tiba Albert datang, membuat kalimat Bella untuk menjelaskan semuanya memuai terbang keudara tanpa sempat terucapkan.

Keana terlihat menghela nafasnya berulang kali, ia berusaha menghapus air matanya agar Albert tidak melihat air matanya. Rasanya tidak adil saat seorang anak kecil ikut merasa sedih menanggung beban orang dewasa.

𝗕𝗘𝗗 𝗙𝗼𝗿 𝗧𝗵𝗲 𝗘𝗬𝗘𝗦 (𝗖𝗢𝗠𝗣𝗟𝗘𝗧𝗘)Where stories live. Discover now