CHAPTER 22;

37.9K 3.6K 233
                                    

Keana tidak mampu bernafas dengan benar, dadanya terasa ditikam oleh ribuan-atau bahkan lebih dari itu-pisau. Rasanya mati tapi rasa sakit masih ia bawa hingga ke alam baka saat suaminya berkata....

"Anak kita tidak selamat."

*****

Keana tertawa hambar, kemudain berkata "Jangan bercanda, Baxter. Bagaimana bisa anak kita tidak selamat? Semuanya baik-baik saja sedari tadi." Keana sungguh akan menolak untuk mempercayai segala yang dikatakan suaminya tentang apa yang terjadi pada anaknya.

Semuanya terasa baik-baik saja sedari tadi, bahkan Keana dapat mendengarkan suara tangis yang sangat lantang dari anaknya sebelum dibawa menjauh darinya. Lalu mengapa? Mengapa tiba-tiba semuanya menjadi seperti ini?

"Maafkan aku...."gumam Baxter lirih.

"Baxter, ini tidak lucu sama sekali."

"Maaf...."

"Baxter! Jika kau ingin menghukumku, kumohon jangan seperti ini," ucap wanita itu, tatapan mengiba jelas terlihat dari kedua matanya. "Kumohon." Keana menyatukan kedua telapak tangannya di depan wajahnya sambil menunduk menyembunyikan setetes air mata yang menetes dari mata indahnya.

"Maaf, Keana." Terasa tidak ada lagi kata yang ingin ia katakan selain maaf.

"Baxter, kumohon...." Lirih wanita muda itu lagi, ia masih berharap Baxter berbohong tentang semua kalimat yang menghancurkan dunianya itu.

"Maaf, ini salahku tidak memeriksakan keadaan anak kita selama ini."

hatinya terasa retak, ia berteriak sekeras yang ia bisa hingga tenggorokannya sakit namun telinganya berdenging. Ia bahkan tidak bisa mendengarkan suaranya sendiri karena deging itu.

Baxter memeluknya, terus mengucapkan maaf atas apa yang terjadi pada keluarga kecil mereka.

Dengan siapa nanti anaknya di sana? Siapa yang akan merawatnya disana? Bagaimana jika ia kesepian?

Berbagai pertanyaan kekhawatirannya untuk si malaikat kecil dihidupnya terus berputar diotaknya, menekan hatinya untuk terus merasakan sakit yang terasa amat nyata.

"Shh ...shh ...maaf, istirahatlah, sayang."

Usapan demi usapan lembut Baxter di surainya melenakan Keana, pria itu terus memeluknya di ranjang besar rumah sakit. Mengajaknya berbaring bersama hingga ia benar-benar merasa lelah dengan kenyataan hidupnya dan terlelap di pelukan Baxter.

*****

Dalam alam bawah sadarnya Keana merasakan usapan lembut di lengannya, di wajahnya dan ciuman dari bibir seseorang di kening kemudian bisikan suara rendah seorang pria di telingnya yang berucap....

"Buka matamu perlahan, Keana."

Keana kenal suara itu, jelas sekali itu suara Baxter.

Keana membuka matanya dengan perlahan, menuruti perintah suaminya karena merasa itu perlu ia lakukan.

Terang, yang keana rasakan adalah silau sungguh menusuk kedua matanya.

Ada apa ini? kenapa tidak lagi gelap?

Keana mengerutkan keningnya saat suara batinnya berucap, kemudian mengerjapkan matanya beberapa kali untuk memperjelas bayangan seseorang yang pertama kali ia lihat dalam terang yang menusuk matanya.

"Dimana ini?" tanyanya ketika merasakan ada yang aneh dalam dirinya. Ia bingung, apakah ini mimpi atau nyata, tetapi ada apa dengan matanya?

"Siapa kau? Apa aku sudah mati? Kalau begitu dimana anakku?"

𝗕𝗘𝗗 𝗙𝗼𝗿 𝗧𝗵𝗲 𝗘𝗬𝗘𝗦 (𝗖𝗢𝗠𝗣𝗟𝗘𝗧𝗘)Where stories live. Discover now