CHAPTER 28;

32.2K 2.8K 152
                                    

"Ms. Brave, masuklah. Kurasa ada keringanan untukmu jika alasanmu masuk akal."

Entah sejak kapan dosen seksi itu berada di hadapannya yang masih berdiri di tembok samping pintu yang jelas ia baru saja melamun hingga tidak menyadarinya.

"Hmmm ... Aku tidur terlalu larut semalam usai pemotretan," jawab Keana jujur.

******

Yup, dia bukan lagi Keana yang polos seperti dulu, maksudnya ia tidak sepolos dulu meski fikirannya masih seperti dulu. Keberaniannya tidak sepolos dulu. Keinginan mengalihkan perhatian dari rasa sedih yang tidak ia ketahui alasannya itu membuat Keana menerima tawaran Marya untuk menjadi model. Sangat kebetulan teman pantinya itu memiliki kenalan seorang agensi modeling yang menjadi pelanggan toko roti mereka.

"Maaf, Mr. Calvert. Aku tidak sengaja, aku akan berusaha untuk tidak datang terlambat lagi," mohon Keana dengan wajah memelas.

"Baiklah,"jawab dosen seksi itu masuk terlebih dahulu kedalam kelas.

Membuat entah bagaimana Keana tersenyum lebar dengan kemurahan hati pria seksi itu dan cukup waras untuk tidak melakukan cara berterimakasih versi Keana.

*****

Duduk di ranjang dengan sprai putih kamarnya yang juga bercat putih--tiba-tiba saja ia menggilai warna putih setelah sadar dari koma--Keana merasa bingung mengapa seharian ini ia memikirkan dosen tampan yang seksi dan baik hati itu seperti merasa segala kesedihan yang ia bingung dari mana datanganya tiba-tiba terampas begitu saja.

"Kenapa kau tersenyum sendiri? apa kau berencana untuk gila dekat-dekat ini? HO ... HO ... jangan Keana, kau masih memiliki kontrak pemotretan," Marya, wanita itu tiba-tiba meloncat tidur di ranjangnya.

"Marya, aku bertemu seorang pria hari ini-"

"Wait, kau membicarakan seorang pria denganku?" potong Marya tiba-tiba, membuat Keana mengerutkan keningnya sesaat, namun setelah ia sadar bahwa tidak pernah sekalipun dalam daftar pembicaraan mereka tentang lelaki membuat dirinya tidak bingung dengan respon Marya.

Keana mengendikan bahunya sekali, meras acuh atas respon Marya.

"Kau tidak tahu betapa bangganya aku padamu atas pembicaraan ini, thanks Good, akhirnya temanku normal," ucap Marya dilebih-lebihkan, diantara ketiga remaja panti yang lain Keana paling dekat dengan Marya. Selain karena Marya adalah orang yang mengaturkan jadwal pemotretannya, gadis itu juga sangat baik hati.

"Apakah pria itu tampan?" tanya Marya kemudian setelah menaik turunkan alisnya beberapa kali untuk menggoda Keana.

"Sangat, dan seksi jangan lupakan," jawab Keana kembali tersenyum membayangkan wajah dosen tampan itu.

"Siapa dia?" tanya Marya tiba-tiba duduk dari tidurnya.

"Ansell Calvert, dosenku di kampus-"

"Oh ... No ... No ... No ... Keana, jangan katakan dia anak dari Mr. Allonso Calvert dari Inggris itu, lulusan Oxford nomor satu 3 tahun lalu sekaligus dokter terseksi bagiku."

"APA? Jangan bodoh, ia tidak mungkin sehebat itu. Mungkin itu orang berbeda, banyak orang dengan nama keluarga Calvert di dunia ini," ucap Keana cepat, memekik kaget diawal karena pernyataan Marya.

"Ya, hanya ada tiga nama keluarga Calvert yang sangat luar biasa di dunia setahuku."

"Tiga?" tanya Keana mengerutkan keningnya kemudian.

"Yang pertama adalah pengusaha nomor satu di Jerman. Yang kedua adalah Keluarga dokter, well ... semua keluarganya yang pria selalu menjadi seorang dokter yaitu keluarga Mr Allonso Calvert yang terkenal tidak pernah gagal di meja operasi. Dan yang ketiga dan satu-satunya adalah pemipin terhebat benua America, si dewa kematian yang mempesona."

𝗕𝗘𝗗 𝗙𝗼𝗿 𝗧𝗵𝗲 𝗘𝗬𝗘𝗦 (𝗖𝗢𝗠𝗣𝗟𝗘𝗧𝗘)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt