CHAPTER 20

27.7K 2.3K 73
                                    

"Kau melupakan ucapanku Keana, kau lupa bahwa aku menikahimu hanya untuk menghangatkan ranjangku. Saatnya pembuktian"

"Hkkk ...hkkk ...maaf ...hkkk ...maaf...." ucapnya bertubi-tubi, tetapi Baxter sudah gelap mata. Ia tidak boleh terbiasa dengan rasa toleransi yang diajarkan Keana padanya. Ia tidak boleh terbiasa dengan rasa kasihan yang Keana selalu berikan kepada orang lain.

Dan ia tidak boleh terbiasa dengan memaklumi kesalahan Keana, itu hanya akan membuatnya lemah. Jika Keana adalah sebuah kekurangan maka Baxter tidak akan membiarkan kekurangan itu membuatnya lemah.

******

Dahulu, saat mendengar atau merasakan suaminya ada di sekitarnya membuat wanita muda berambut coklat bergelombang itu tenang dan merasa terlindungi. Bagaimana sekarang? Setelah malam itu pria dengan pembawaan dingin dan pemilik paras tampan dalam imajinasi Keana itu membuat sadar dirinya bahwa sebenarnya pernikahan yang sedang ia jalani ini benar-benar hanya ranjang untuk mata. Apakah gila jika Keana mengatakan bahwa perasaannya tidak berubah sama sekali? Jika iya, makan biarkanlah. Karena Keana tidak pernah berniat mengubah apa yang sudah tersimpan dihatinya.

Baxter menyentuhnya dengan kasar malam itu dan itu cukup untuk membuktikan segalanya, bahwa apa yang sebenarnya pria itu inginkan darinya hanya kehangatan ranjangnya.

Tiga minggu, selama itu wanita muda berparas cantik dengan tubuh ramping itu berhenti melakukan kegiatannya keluar kamar. Hari terus berlalu hingga selama itu dan Keana masih tidak boleh keluar dari dalam kamarnya. Baxter bersungguh-sungguh dengan hukuman yang pria itu maksudkan.

Hanya setiap malam sunyi, saat dinginya udara menusuk hingga ketulang, pria itu akan datang kekamar sekedar meminta Keana menghangatkannya kemudian pergi tanpa sepatah katapun.

Bolehkah Keana merasa seperti pelacur? bertugas menghangatkan ranjang orang yang akan membayarnya dengan sepasang mata. Itu menyakitkan, saat membayangkan dirinya benar-benar hanya seorang pelacur yang dengan berutung menjadi koleksi khusus dengan ikatan sebuah pernikahan yang seharunya suci.

Wanita muda dengan mata hijau itu hanya bisa menguatkan hatinya dengan ingtan manisnya bersama sang suami sebelum dirinya melakukan kesalahan yang membut segalanya berubah.

Keana bangkit dari tidurnya, melilitkan selimut tebal yang ia tidak ketahui apa warnanya untuk menutupi tubuhnya yang sedang tidak terbalut sehelai benangpun sebelumnya.

Berlari kecil ke kamar mandi untuk menuntaskan rasa perutnya yang bergejolak lagi untuk kesekian kalinya hari ini. Selalu seperti ini disetiap paginya, setalah Baxter pergi tanpa sepatah katapun maka Keana akan merasa mual.

Entah apa yang terjadi padanya, ia merasa tidak ingin melakukan apapun dan merasa tidak ingin memakan apapun.

Suara pintu terbuka, seertinya kepala pelayan bernama Jess itu sedang mengantarkan sarapannya.

"Tuan akan marah jika tau nyonya tidak makan lagi." Benar, ternyata si Jess sang kepala pelayan yang datang.

"Dia tidak akan peduli denganku," ucap Keana tersenyum miris saat mengatakan kalimat menyakitkan itu.

Saat pria itu bisa membawa seorang wanita datang kerumah mereka dan bercinta tepat di kamar yang berada di samping kamarnya hingga suara menjijikan itu terdengar menembus dinding, Keana akan sangat percaya jika pria itu tidak lagi peduli dengan perasaannya.

"Kau sedang hamil."

Suara wanita paruh baya tergantikan dengan suara dingin yang dimiliki seorang pria pemilik hatinya.

Keana menoleh kearah asal suara yang berada tepat dari arah pintu, yaitu di kanannya kemudian menunduk dan menyentuhkan telapak tangannya untuk mengusap perut datarnya.

𝗕𝗘𝗗 𝗙𝗼𝗿 𝗧𝗵𝗲 𝗘𝗬𝗘𝗦 (𝗖𝗢𝗠𝗣𝗟𝗘𝗧𝗘)Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin