CHAPTER 24;

40.1K 3.5K 178
                                    

"Tentu." Keana mengangguk berulang kali disusul dengan air mata yang jatuh di kedua pipinya.

Baxter meraih wanita cantik berhati malaikat yang menjadi istrinya itu kedalam pelukannya. Tidak ada yang mengetahui bahwa pria dengan segala kekejaman didalam dirinya dapat memiliki sebuah rasa bersalah yang begitu besar terhadap istrinya.

Ia dapat membunuh ratusan orang tanpa rasa bersalah, ia dapat menghancurkan sebuah Negara tanpa merasa bersalah. Satu-satunya ornag yang dapat membuatnya merasa bersalah adalah istrinya, Keana Calvert. Seorang wanita dengan wajah polos berhati malaikat yang meski ia sakiti berulang kali tetap memiliki maaf untuknya.

Baxter meraih Keana kedalam pelukannya, memeluknya dengan erat dan berulah kali mengecup rambut dengan harum yang manis memabukkan penciuman Baxter.

*****

Tidak ada sinar mentari yang masuk kedalam kamar berwarna putih itu, gorden tebal di jendela balkon bekerja dengan baik untuk menghalau sinar mentari masuk.

Ranjang dengan tirai putih ditiang yang menutupi setiap sisinya seakan membungkus sepasang suami-istri yang tengah tertidur berpelukan satu sama lain didalamnya.

"Ngghhh...."lenguhan itu suara pertama yang terdengar untuk mengawali hari Baxter.

Baxter semakin mengeratkan pelukannya kala merasakan pergerakan dari seorang wanita dengan tubuh polos di pelukannya.

Keana membuka mata hijau indah miliknya, kemudian tersenyum kala melihat wajah tampan seorang malaikat yang kini masih terpejam. Setiap ia membuka mata ia terus bersyukur karena wajah tampan mempesona itu yang selalu mengawali harinya, tetapi entah bagaimana ia merasa wajah itu masih bersembunyi. Wajah itu masih palsu dan penuh dengan undangan penuh pertanyaan tak jelas yang Keana rasakan.

Keana tidak tahan untuk tidak menyentuh wajah itu. Alisnya yang tebal tercetak sempurna, mata indah dengan bulu mata lentik yang jika terbuka maka birunya langit akan terlihat mempesona, hidung mancung dan bibir tipis berwarna merah muda yang semalam mencumbuinya.

"Aww...." Pekikan terkejut dari bibir merah Keana terdengar karena bibir lain yang baru saja ia kagumi menggigit jari telunjuknya.

Baxter tersenyum, membuka mata indahnya yang kemudian mempesona Keana, lagi.

"Selamat pagi...."ucap Keana mengawali.

"Selamat pagi, sayang" Baxter mendekat dan mengecup bibir kemudian kening Keana, membuat Keana memejamkan mata menikmati sensasi jatuh cinta untuk kesekian kalinya kepada orang yang sama.

Keana terus menatap mata biru Baxter tanpa berkedip, ia ingin membalas senyum itu tetapi ia ragu. Entah ia ragu karena hatinya menyisahkan sedikit rasa takut kepada suaminya, atau malah ia tidak bisa berhenti dari wajah mempesona pria tampan itu. Keana menutup mulutnya rapat-rapat, menahan diri untuk mengatakan kalimat yang sudah berada di ujung lidahnya.

"Ada apa? Kau terlihat ingin berkata sesuatu." Baxter tentu paham sekali dengan tingkah istrinya, mengusap pipi dengan kulit lembut itu ia berkata, "Katakanlah, Keana."

"Bagaimana kau melakukannya?" ucap Keana cepat, ia hanya takut menarik keberaniannya untuk mengatakan pertanyaan itu.

Baxter mengerutkan keningnya, apa yang dimaksud istrinya ia tidak mengerti. Sesuatu yang jarang terjadi pada dirinya, ia penasaran dan bingung hanya karena sebuah pertanyaan.

"Bagaimana kau bisa mempesona berulang kali?"

Awalnya Baxter kembali mengerutkan kening, tetapi sesaat setelah ia mengerti dengan kalimat yang bagi Baxter dapat membuatnya merasa tersanjung ia terkekeh sambil menggelengkan kepalanya, menghalau sebuah rasa yang membuatnya merasa amat bahagia kelewatan.

𝗕𝗘𝗗 𝗙𝗼𝗿 𝗧𝗵𝗲 𝗘𝗬𝗘𝗦 (𝗖𝗢𝗠𝗣𝗟𝗘𝗧𝗘)Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz