(31) Epilogue

272 24 18
                                    

Ji Ah pov

Hari ini hari Minggu. Aku bisa sedikit bersantai hari ini. Kerjaanku hanya di kamar, baca komik, liat album, yah bermalas-malasan lah.

Tapi, hari ini, Mingyu datang ke rumah! Kami sudah resmi pacaran selama satu tahun. Aku masih merasa ini bukan kenyataan. Kalian tahu, ini Mingyu, Mingyu, si manusia sempurna nan tampan ini jadi milikku. Aku tak bisa bayangkan itu. Tapi inilah kenyataan.

Eits! Jangan salah paham! Aku menyukainya bukan karena dia tampan. Aku menyukainya karena dia benar-benar menjadi penolongku dari setiap masalah terberatku. Dia penyelamatku. Alasan itulah yang kupakai saat Wonwoo oppa mengintrogasiku. Awalnya, sulit sekali untuk melunakkan hati oppa, tapi eomma membantu kami juga. Dan akhirnya semua menjadi mulus sekarang.

"Tok tok", ucap seseorang yang suaranya sangat familiar bagiku.

"Masuklah, Mingyu-ya", teriakku dari dalam.

Ia pun masuk dengan membawa DD Chicken di tangannya dengan girang. Dia sangat tahu sekali kalau aku suka ayam itu.

"Sini, Mingyu-ya! Ah aku lapar sekali"

Kemudian, Mingyu langsung duduk di sebelahku dan menatapku makan, "Massita?"

"Massita! Gomawo, Mingyu-ya", ucapku sambil tersenyum.

Entah kenapa aku melihat Mingyu sedikit cemberut. Padahal aku bilang enak.

"Waeyo, Mingyu-ya?", tanyaku penasaran sambil memasukkan ayam ke dalam mulutku.

Ia menatapku sejenam, "Jangan panggil aku Mingyu"

Aku terlalu bingung dengan jawabannya. Ini tidak masuk akal, "Namamu kan Mingyu, kok jangan sih? Terus mau di panggil apa? James? Justin? Bob?", ucapku sambil tertawa.

Wajahnya terus ditekuk setelah mendengar jawabanku, "Aish! Bukan begitu"

"Lalu kenapa?"

"Panggil aku oppa"

Mataku berhasil terbuka lebar. Hampir saja ayam yang kutelan membuatku tersedak. Pipiku langsung terasa hangat dan merah.

"Ya! U-umur kita sama... kenapa harus begitu...", protesku tanpa melihat matanya. Ah, aku gugup.

"Pasangan lain begitu... ayolah, Ji, sekali aja, ya?", tanyanya padaku.

Aku mengedipkan mata beberapa kali, kemudian menghela napas panjang.

"..O... O-op...", ucapku tergagap. Ah, kenapa aku gugup sih?

"Kalau ga bisa bilang 'oppa' bakal langsung aku cium", ujarnya sambil tersenyum jahil.

"Ya! Itu sama saja-"

"Sudah cepetan", potongnya sambil tersenyum licik.

Ugh! Ya beginilah pacarku. Intinya pemaksa. Tiada hari tanpa memaksaku melakukaa hal yang ia mau. Ia memberi pilihan, tetapi pilihannya tidak pernah merugikan dirinya. Selalu menguntungkan dirinya.

".... O-o-op.. p-p-"

"Ah lambat", Mingyu langsung mengecup bibirku.

"Yah!"

"Pokoknya kalau enggak langsung bilang 'oppa' bakal terus kucium", jelasnya dan langsung menciumku bertubi-tubi.

"..O-o...p-p-"

"O-O..."

"...Op-pa", ucapku sekuat tenaga. Entah kenapa terasa susah saat mengucapkannya pada Mingyu.

"Good Girl hehe", ujarnya sambil mengacak rambutku. Ck, I hate him.

"Pokoknya momen oppa hari ini harus diabadikan"

Ia berjalan menuju mejaku untuk mengambil polaroid dan album foto.

"Album di mana?", tanyanya tanpa mengalihkan pandangannya padaku.

"Di laci meja", jawabku.

Mingyu membuka laci mejaku. Ia terhenti sejenak dan kembali ke arahku sambil membawa kotak kayu.

"Ji Ah, ini apa?", tanyanya penasaran.

"Ah, itu-", sebelum aku bilang, dia sudah membuka kotak itu duluan.

Dilihatnya bungkus permen dalam kotak itu. Matanya terbuka lebar melihat bungkus itu. Dia orang yang sangat mengenal permen itu.

"Ji, ini kan...."

"Iya, itu permen yang kau berikan saat aku menangis. Saat pertama kali kita bertemu", jelasku sambil tersenyum.

"Kenapa kau masih menyimpannya?"

"Karena kau adalah orang pertama yang menolongku", aku berusaha menjawab sambil menatap matanya.

"Dan juga karena... aku menyukaimu", lanjutku.

Ia pun langsung mendatangiku dan memeluk tubuhku erat. Aku merasakan kasih yang luar biasa dalam dekapannya. Cinta tulus kami berdua, tak akan ada yang bisa membohongi. Berkali-kali kami terpisah, ujungnya selalu bertemu kembali.

"Tetaplah seperti ini sampai akhir. Aku menyukaimu, Ji Ah. Sangat", ucapnya tanpa melepas pelukannya.

Aku mengangguk dalam senyuman. Aku yakin kami pasti bisa bertahan terus sampai akhir. Karena... kami adalah benang merah yang ditakdirkan.

********

~ END ~

Hi! Ini udah yang paling akhir dari Give Me Hope, Give Me Hopeless ;)

Makasih bangett buat yang udah ikutin sampai akhir. Aku terharu sekali karna ini wp pertamaku 😭😭😭😭 saranghaeee readers💕💕

CHECK CH SELANJUTNYA YAAA
ADA NEW BOOK, CUS YUK💕
👉👉👉👉👉👉

Give Me Hope, Give Me Hopelessness | Mingyu✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang