(28) Emptiness

186 27 18
                                    

"It's okay, Ji Ah. Menangislah", ucapnya sambil mengelus kepala Ji Ah.

Ji Ah yang merasa aman dalam dekapan Vernon pun membalas pelukannya dan menangis bebas. Ia membutuhkan orang untuk bersandar sekarang. Benar-benar butuh.

*******

Vernon masih senantiasa menunggu gadis di sebelahnya berhenti menangis. Tak henti-hentinya ia mengelus kepala dan punggung milik Ji Ah, sekedar meredakan tangisannya.

Tak terasa langit senja telah berganti menjadi gelap diam. Ji Ah akhrinya mengangkat kepalanya dari dada bidang Vernon, lelaki setengah bule itu pun melepas dekapannya.

"Maaf"

Hanya itu kalimat yang keluar dari bibir merah Ji Ah sambil menatap bawah.

"Ji Ah-ya, it's okay not to be okay", Vernon membalasnya dengan senyuman hangatnya.

Gadis itu terus menatap bawah, memandang lurus tanpa tujuan. Vernon pun mengambil napas dalam dan mencoba mengantarkan Ji Ah pulang.

"Ji, kita pulang ya. Aku yang antar", tanpa basa-basi lagi ia langsung membawanya ke rumah Ji Ah.

Sepanjang jalan Ji Ah hanya menuruti langkah Vernon tanpa berkata sedikit pun, seakan bibirnya indahnya telah dilem dengan sangat lekat. Bagaimana ia tidak syok. Ia melihat dengan kedua matanya sendiri appanya yang telah lama pergi, kembali dipertemukan. Bahkan ia melihat seorang anak bersamanya.

Keadaannya saat itu bagaikan kesunyian yang menyelimuti langit mereka. Sangat terasa kosong dan hampa.

"Ji, kita sudah sampai", ucap Vernon sambil menghentikan langkahnya.

Ji Ah hanya mengangguk dan masuk ke dalam rumah tanpa salam perpisahan, ataupun basa-basi.

Vernon berpikir ia harus memberitahukan kejadian ini pada keluarga Ji Ah. Tapi, tidak mungkin ia langsung menyelonong masuk ke dalam rumahnya.

Aku harus mencari akal, batin Vernon.

"Ji"

"Ji"

"Ji", kali ini lebih nyaring.

Ji Ah pun membalikkan badannya dengan lemas.

"Ji, aku pinjam toilet sebentar ya, kebelet", ucapnya sambil terkekeh kecil.

Gadis berponi itu hanya mengangguk lemah dan berjalan perlahan ke kamarnya. Seperti tidak ada jiwa yang hinggap di tubuhnya.

Eomma Ji Ah yang melihat ada tamu di ruang depan pun langsung mendatanginya.

"Vernon?", tanyanya memastikan.

"Ne, annyeong, ahjumma", sapa Vernon sambil tersenyum.

"Tunggu, Ji Ah, ya. Tadi ahjumma lihat dia ke kamarnya dulu", ucap eomma Ji Ah dengan ekspresi kebingungan dengan yang ia ucapkan sendiri.

"Ahjumma panggil Ji Ah dulu, ya", Ia beranjak berjalan menuju kamar Ji Ah.

"Ahjumma", panggil vernon sambil berdiri untuk menghentikan langkah eomma Ji Ah.

Wanita itu pun berbalik menghadapnya, "Sebenarnya ada yang ingin saya katakan".

Eomma Ji Ah pun langsung kembali duduk dan siap mendengarkan Vernon.

Give Me Hope, Give Me Hopelessness | Mingyu✔️حيث تعيش القصص. اكتشف الآن