(30) Reveal (END)

277 22 30
                                    

Mingyu pov

"..Kau...." , ucap Ji Ah dengan mata tidak percayanya.

Ia meraba wajahku dengan jari gemetarnya. Memorinya seperti terputar kembali. Ia bernostalgia.

"Ji Ah...."

"Ini... benar kau...", potongnya.

Tiba-tiba ia mengeluarkan setetes air mata dan langsung memeluk kecil badanku ini.

Aku kaget sekaget-kagetnya. Bayangkan saja, orang-orang telah bilang bahwa ia hanya bisa diam seribu bahasa. Sedangkan sekarang, ia sampai ternangis. Ingin sekali kutanya kenapa, tapi aku takut ia jadi membungkam kembali. Yang terpenting, ia sudah berbicara. Aku senang sekali. Sungguh.

Kubalas pelukan kecilnya dengan pelukan lebarku. Kudekatkan dirinya lebih lagi dari sebelumnya. Kuelus pelan kepalanya dan kucium pucuk kepalanya. Aku merindukannya.

Pikiran-pikiranku yang terus bergelayut di kepalaku seketika hilang setelah mendengar suaranya dan memelukku. Aku tidak ingin berpikir apa-apa saat ini. Aku ingin mendekapnya dalam ketenangan.

Setelah beberapa menit, ia melepas dekapanku, "... Gyu..?"

"Iya, ini aku", kusunggingkan senyum manisku padanya.

Ia masih menatap mataku, "Mingyu?"

"Iya", jawabku masih tersenyum.

"Mingyu?"

Aku memajukan kepalaku menghadapnya, "Iya" ucapku sambil tersenyum, ia pun juga.

"Mingyu?"

Aku mendaratkan bibirku diatas dahinya dan mengecupnya dengan penuh kelembutan. Lalu, ku tatap matanya dan berkata, "Iya, aku di sini"

Ia tersenyum balik menghadapku, lalu mendusel kepalanya dalam dadaku. Aku menyukai sekali sikapnya ini. Jarang-jarang Ji Ah begini. Mungkin efek gangguan psikologisnya kali ya?

Aku ingin membuka topik mengenai permasalan batinnya. Pokoknya aku harus tahu apa yang menyebabkan dia seperti ini.

Kuelus kembali helaian rambutnya, "Ji Ah", kurenggangkan pelukan kami untuk menatap satu sama lain.

"Aku mau tahu alasan kenapa kau diam pada mereka. Boleh, Ji?"

Ji Ah hanya menundukkan kepalamya dan menatap bawah. Aku tahu ini menyakitkan baginya, tapi aku perlu tahu untuk mencarikannya solusi.

Kutundukkan wajahku untuk mencari sosoknya. Tanganku tergerak untuk memegang pipinya dan mengangkat dagunya ke atas, menatapku.

"Gwaenchana, Ji Ah-ya", aku tersenyum yakin menatap matanya yang ragu, "Aku di sini"

Ji Ah menatap lurus mataku seakan ingin mempercayai. Aku mengedipkan kedua mataku tanda 'iya'. Ia menelan ludahnya sebelum berbicara.

"A-aku.... terlalu sakit menerima kenyataan. Aku orang yang terlalu traumatic. Aku tidak pernah menjelaskan benar-benar bagaimana perasaanku..."

"Aku takut merepotkan mereka... jadi aku tak menjelaskan apapun....", ia menghentikan kalimatnya dan meremas ujung bajuku tanda tak kuat lagi melanjutkan.

Give Me Hope, Give Me Hopelessness | Mingyu✔️Where stories live. Discover now