CHAPTER 22

122 12 2
                                    

Pagi ini anak Bangtan tidak memiliki kegiatan apa pun namun mereka semua tampak resah dan gelisah termasuk dua lelaki manajer tampan Seo Joon dan Seung Ho. Mereka mondar mandir. Tak ada satu pun yang berbicara. Suga hampir menggigiti habis seluruh kuku jarinya. Nam Joon tampak mengutak-atik ponselnya, tetapi pikirannya jauh melayang membayangkan apa yang terjadi di dalam kamar So Min. Sanggupkah Jungkook dan So Min melewati sesi pertama terapi ini?

Jungkook berdiri dengan gugup di samping tempat tidur So Min. Sementara So Min sedang berbaring dan kepalanya sedang dipasangi alat Hipnoterapi. Setelah alat terpasang, terapis mulai menghipnotis So Min. Setelah So Min tidak sadarkan diri, dua orang asisten mulai memasang tali perekat di kedua pergelangan tangan dan kaki So Min.

Jungkook terkejut. "Apa yang kalian lakukan? Kalian mengikatnya?"

Terapis itu menjawab "Menurut data yang kami terima, Nn. Jung akan mengamuk jika memori masa lalunya kembali. Dia bilang dia bisa saja melukai orang lain dan meminta kami mencegahnya."

Jungkook menarik napas dalam-dalam. Dia sama sekali tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi sehingga dia memutuskan untuk melihat dulu seperti apa proses terapi itu sesungguhnya.

Proses itu seperti menyalurkan sebuah gelombang pada otak. Dan terapis juga sudah menghipnotis So Min agar kembali mengingat peristiwa itu. Diharapkan setelah beberapa kali peristiwa itu terputar kembali secara intens maka peristiwa itu akan menetap dan menjadi memori yang biasa saja. Memori yang tidak akan memberikan rasa takut, gelisah dan semacamnya. Dan pasien akan kembali menjalani hidupnya seperti biasa meskipun terkadang teringat akan peristiwa itu. Jadi tujuan terapi bukan untuk melupakan kenangan itu tetapi justru membuat kenangan itu menjadi kenangan biasa saja yang bahkan tak berarti apa-apa.

Untuk part ini sumpah ya author asli ngarang.

So Min mulai terlihat gelisah. Sementara terapis terus menghipnotis dan mengatakan bahwa peristiwa itu bukanlah peristiwa yang penting. Terapis mengatakan kata-kata motivasi agar So Min tetap hidup dengan baik tanpa perlu takut akan kenangan waktu itu. So Min mulai meronta. Sekejap wajah dan tubuhnya penuh dengan peluh dan air mata. So Min berteriak meminta tolong, memohon dilepaskan dan berusaha mencakar tubuhnya, tetapi karena tangannya terikat maka dia hanya bisa menjerit.

So Min terus menjerit dan meneriakkan nama Seo Joon. Teriakan So Min yang memilukan terdengar sampai ke ruang tengah di mana semua orang berkumpul. Seo Joon duduk dengan menggoyang-goyangkan kakinya gelisah. Menutup erat telinganya dan air matanya mengalir. Tidak ada yang berani bergerak dan bicara. Semua merasa tegang. Semua membayangkan perasaan Jungkook di dalam sana melihat So Min histeris.

Suga berdiri dengan gelisah dan bergumam, "Aku bersumpah jika pria itu masih hidup, aku akan membunuhnya."

Jungkook membalikan badannya membelakangi So Min.

"Noona..."

Air matanya mengalir deras. Dia benar-benar tidak tahan.

"Hentikan."

Terapis memandangnya bingung.

"Kubilang hentikan!"

Jungkook berteriak dan menghampiri si terapis. Belum sempat mereka melakukan apa pun, So Min berhenti menjerit. Tubuhnya terkulai lemas. So Min pingsan.

"Apa yang terjadi padanya?" Jungkook bertanya panik.

Terapis memeriksa keadaan So Min.

"Dia pingsan. Dia hanya kelelahan. Sejujurnya, ini biasa terjadi. Dia baik-baik saja jadi jangan khawatir. Aku rasa cukup untuk hari ini."

Jungkook menarik napasnya yang berat. Para asisten melepaskan alat di kepala So Min juga tali yang mengikat tangan dan kaki So Min.

"Ketika dia sadar, seluruh tubuhnya akan terasa sangat sakit karena dia meronta dengan sangat kuat tadi. Temani dia dan hiburlah dia. Jangan tunjukkan padanya bahwa ini berat untukmu. Setidaknya kau harus lebih kuat darinya."

"Aku mengerti. Terima kasih."

"Kabari aku untuk sesi berikutnya."

Jungkook tidak menjawab. Begitu ketiga orang itu meninggalkan kamar So Min, Jungkook bergegas duduk di sisi So min dan memeriksa keadaannya. Jungkook menangis melihat pergelangan tangan dan kaki So Min yang luka tergores tali pengikat. Jungkook mengambil gel pengering luka dari kotak obat dan mengoleskannya. Dia sekuat tenaga menahan tangisnya. Setelah mengecup kening So Min, Jungkook meninggalkan kamar So Min.

Melihat Jungkook kembali, keenam anak Bangtan dan para manajer bergegas menghampiri, tetapi mereka tidak berani bertanya apa pun.

"Noona baik-baik saja. Dia tertidur." Hanya itu yang Jungkook katakan sebelum dia menghilang ke dalam kamar. Tak lama Jungkook keluar membawa perlengkapan boxing.

"Kau mau kemana?" Mau tidak mau Seo Joon menanyainya.

"Aku akan berlatih boxing." Jawab Jungkook singkat sambil memakai sepatunya.

"Bukankan seharusnya besok?" Seo Joon masih mengejar Jungkook. Seo Joon benar-benar cemas.

"Aku mengganti jadwalnya." Jungkook bergegas keluar rumah. Seo Joon menyusulnya.

"Kalau begitu, biar kuantar."

Instruktur boxing pribadi Jungkook terkejut melihat Jungkook ada di sasana tinjunya.

"Coach-nim, biarkan aku memakai ring yang di ujung sana dan biarkan aku sendiri."

Jungkook tak menunggu persetujuannya dan langsung menuju ring paling ujung. Jungkook melilitkan hand wrap di kedua tangannya sebelum memakai sarung tinjunya.  Setelah pemanasan, Jungkook mulai memukuli sandbag yang tergantung di hadapannya. Dia memukulinya sekuat tenaga. Jungkook terus melakukannya hingga tiga jam lamanya tanpa henti. Wajahnya dibasahi peluh dan air mata.

Jungkook menangis.

Dia baru berhenti ketika dia sudah tak memiliki tenaga lagi. Dia bahkan tak bisa merasakan tangannya sendiri. Jungkook melepaskan sarung tangannya dan merintih kesakitan mendapati kedua tangannya lecet karena meninju tanpa henti.

Tak lama pelatihnya datang mendekati Jungkook dengan kotak obat dan sebotol air mineral di tangannya. Jungkook menunduk tidak ingin si pelatih melihat sisa air matanya.

"Jungkook-ah, aku tidak akan bertanya apa pun. Aku hanya akan mengobati lukamu dan mengantarmu pulang."

Si pelatih yang ototnya dua kali lebih mengembang dari otot Jungkook itu mulai mengoleskan gel agar lukanya segera mengering.

"Untuk orang yang sedang sangat marah, pukulanmu cukup terarah. Jika sandbag itu adalah manusia, dia pasti sudah mati dua jam yang lalu."

Jungkook diam saja mendengar ocehan coach-nimnya.

Sesampainya di rumah, Jungkook langsung mendatangi kamar So Min. So Min baru saja selesai mandi.

"Bagaimana keadaanmu?"

Jungkook berusaha mengeluarkan pertanyaan setenang mungkin.

"Aku baik-baik saja."

Pembohong. Pikir Jungkook.

"Tubuhmu tidak sakit? Mau kupijat?"

"Tidak usah. Tubuhku rasanya sangat bugar. Terapi ini benar-benar luar biasa. Baru sesi pertama tapi aku sudah bisa merasakan perubahannya."

Jungkook melangkah maju memeluk tubuh So Min. Menikmati wangi dari tubuh So Min.

Berhenti bicara. Aku tak ingin mendengar cerita bohongmu. Jungkook tahu benar So Min hanya berpura-pura.

Pelukan Jungkook benar-benar membuat So Min berhenti bicara. Setelah yakin So Min tidak akan ngoceh bohong lagi, Jungkook melepaskan pelukannya lalu menggandeng tangan So Min keluar kamar.

"Ayo kita makan. Kau pasti lapar."

Kiss Me, Heal Me (Jeon Jung Kook - BTS FF) - CompleteOnde histórias criam vida. Descubra agora