onze

3.7K 412 48
                                    

"Kayaknya ini pertama kalinya gue ngerjain pr dah." Suara Indra memecah keheningan yang terjadi selama 15 menit waktu berlalu. Indra menegakkan posisi duduknya lalu berbaring di atas karpet empuk di kamar Gio.

"Daripada kerjaan lo nonton bokep mulu, Ndra, di rumah." Panji menyahuti dan ikut menegakkan posisi duduknya. Pegal karena harus merunduk untuk mengerjakan pr Fisika yang sangat sulit baginya. Padahal daritadi kerjaannya hanya membaca soal berulang-ulang tanpa tujuan. Hanya supaya kelihatan sibuk.

Tangan Panji terulur mengambil keripik kentang yang berada di depannya. Mengunyahnya perlahan sembari menyandarkan tubuhnya ke sisi kasur kamar Gio.

"Udah kelar, Yo?" tanya Panji sambil menoleh. Memerhatikan temannya itu yang berada di atas kasur dengan wajah serius.

"Kerjain punya gue dah, nih." Indra melempar bukunya ke atas kasur. Membuat Gio mendelik.

"Ini lo cuma nulis diketahui sama ditanya doang anjir dari nomor satu sampe lima. Lo ngerjain apa dah?" kata Gio setelah laki-laki itu membuka buku milik Indra.

Indra menyeringai sambil memakan keripik kentang yang tadi diantarkan oleh Karin, mama Gio.

"Lo salah pilih temen kayak kita-kita, Yo." lalu kepala Panji mengarah pada Indra, meminta persetujuan. "Ya nggak, Ndra?"

"Yoi."

"Cuma kalian doang temen gue waktu kelas 10. Itu juga gara-gara sekelas waktu MOS. Untung aja pas gue balik, kalian pada masih inget gue." Gio beranjak dari duduknya dan ikut memakan keripik kentang.

"Yakali gue lupa sama lo, Yo."

"Emang kenapa lo pindah deh, Yo?" timpal Indra. Menyadari bahwa selama ini mereka belum membahas ini.

Gio mengangkat kedua bahunya. "Ngikut pindah bokap. Kerja."

"Trus pindah kesini juga gara-gara bokap lo?" tanya Indra.

Gio menggeleng.

"Trus?"

Sebuah senyuman simpul terukir di wajah Gio dengan kondisi mulut yang masih mengunyah. "Ada seseorang yang pengen gue temuin."

Panji dan Indra sontak tertawa.

"Pacar lo? Gebetan? Mantan?" Indra menebak.

"Oh! Calon istri, ya?!" sahut Panji diakhiri dengan tawa lepasnya.

"Bego lo." Indra menendang Panji yang duduk tak jauh darinya. "Mana ada yang mau sama Gio, goblok."

Lagi-lagi keduanya tertawa.

"Sialan lo pada."

Detik itu juga ponsel Gio yang berada di atas kasur berbunyi singkat. Menandakan ada notif yang masuk. Gio meraihnya dan membuka layar kuncinya.

Alisnya mengernyit saat melihat nama seseorang yang tertera di layar.

Nataniel Adicahya: gue tunggu di rumah kosong. Malem ini.

Nataniel Adicahya: jangan kabur. Jangan jadi pengecut.

"Siapa, Yo?" Indra bertanya saat melihat wajah Gio yang tampak serius membaca sesuatu di layar ponselnya.

MémoireWhere stories live. Discover now