un

9.9K 720 27
                                    

"Itu Gio, bukan?"

Pertanyaan dari Riska menarik perhatian dua perempuan yang duduk di meja kantin ini.

"Mana?" Lia memanjangkan kepalanya. Mencari sosok yang dimaksud Riska di tengah kerumunan kantin saat istirahat.

"Ra, itu Gio bukan, sih?" kali ini Riska menyenggol tangan perempuan di sebelahnya karena daritadi perempuan tersebut sibuk memainkan ponselnya tanpa memedulikan omongan Riska.

Raya mengangkat kepalanya seolah melihat objek yang Riska tanyakan. "Nggak kenal." Lalu kembali sibuk memainkan ponselnya.

Riska mendengus. "Gue yakin lo cuma ngangkat pala lo bentar pura-pura peduli."

"Tuh, tau."

"Oh! Algio Samudra?!" Seruan keras Lia nyaris membuat seluruh pengunjung kantin menoleh ke arahnya.

"Siapa?" Dengan mata yang masih fokus pada ponselnya, Raya bertanya. Mengapa sepertinya kedua temannya sangat heboh mendengar nama itu.

"Ih temen kelas kita pas kelas 10, Ra." Riska menjawab.

"Nggak kenal."

"Dia masuk cuman semingguan setelah MOS deh kayaknya. Terus pindah. Eh kelas 12 malah pindah ke sini lagi." Jelas Riska tanpa Raya minta.

"Masa lo nggak inget, Ra?" suara Lia yang berada di hadapannya terdengar gemas.

Raya melirik. "Ya lo pikir aja masa gue hapal nama anak kelas waktu kelas 10. Seminggu setelah MOS. Gila aja."

Riska dan Lia tidak tahan untuk tidak memutar matanya kesal. Teman perempuannya satu ini benar-benar ketus. Moodnya naik turun tidak jelas. Padahal sebelum sampai di kantin tadi Raya masih asik mengejek Riska dengan serentetan kalimat recehnya. Tapi sekarang yang dilakukan perempuan itu hanya duduk anteng dengan ibu jari yang tidak henti-hentinya menscroll layar ponselnya.

Baik Riska dan Lia tau apa yang tengah diamati oleh sahabatnya itu.

"Dia kenapa pindah, deh?" Riska bertanya pada Lia. Karena tentu saja Raya tidak ingin menjawab.

"Di DO bukan, sih?"

"Yaelah malah balik nanya lo."

"Oh iya waktu itu gue denger anak-anak ngomongin dia katanya pindah gara-gara ngikut kerja bokapnya. Jadi pas kerjaan bokapnya dipindahin ke sini, dia ngikut pindah lagi."

"Nomaden gitu ya hidupnya."

"Liat Yasmine deh. Anjir gatel bener langsung nemplok di Gio. Rasanya pengen gue garuk!" Mata Lia melirik ke arah 3 meja di samping kanannya. Melihat seorang perempuan yang tengah duduk di samping Gio dan melakukan sesuatu untuk menarik perhatian laki-laki itu.

"Dari kelas 10 juga gitu, Li. Gue heran deh nggak ada yang berani negor kegatelan dia."

"Nggak ada yang berani, Ris."

"Tegor napa, Ra." Kali ini Riska lagi-lagi menyenggol lengan Raya. Cukup kencang dan membuat ponsel dalam genggamannya terjatuh di atas meja. Membuat Raya menoleh dengan kening yang berkerut kesal. Alasan Riska berkata seperti itu karena ia yakin di sekolah ini yang berani menegor kelakuan Yasmine hanya Raya. Karena, yah, mereka sempat punya konflik besar saat kelas 11 dan menyebabkan sampai sekarang jika mereka bertemu, tak jarang saling melempar pandang sinis atau mengeluarkan kata-kata kasar.

Sebenarnya Raya bukan tipe perempuan yang akan mencari masalah lebih dulu.

Pandangannya tanpa sengaja melihat ke arah 3 meja di samping kanannya. Melihat Yasmine yang saat ini tengah bergelendot manja di lengan seorang laki-laki yang tampak sama sekali tidak risih dengan perilaku Yasmine. Laki-laki yang tadi dibicarakan Riska dan Lia, duduk berhadapan dengan Panji juga Indra.

MémoireWhere stories live. Discover now