dix

3.5K 420 37
                                    

“Ini bukan satu truk! Tapi satu biji.” Nada suara Raya terdengar geram tetapi lidahnya tetap menjulur untuk menjilat es krim cone yang sedang dipegangnya. Sama sekali tidak membiarkan satu tetes pun jatuh karena meleleh.

“Gue cicil.”

“Emang lo pikir beli rumah, dicicil segala.”

Saat ini mereka berada di sebuah taman yang berada tidak jauh dari rumah Raya. Suasana taman saat ini lumayan ramai. Ada banyak anak kecil yang berlarian sambil tertawa lebar seolah hidup mereka tidak pernah sedih, diikuti pengasuhnya yang menjaganya. Raya juga tadi sempat melihat beberapa pasangan menghabiskan waktunya bersama sambil mengobrol, membicarakan sesuatu yang tidak penting hanya untuk menghabiskan waktu bersama.

Raya dan Gio duduk bersebelahan di kursi taman yang menghadap pada air mancur yang berjarak sekitar 10 langkah darinya. Dari sini Raya bisa melihat ada seorang anak kecil laki-laki yang menangis akibat terjatuh dari larinya.

“Yasmine bilang ke Nata kalau gue godain dia.”

Gio yang tiba-tiba berkata seperti itu membuat Raya refleks menoleh. Melihat laki-laki di sampingnya tengah menunduk dengan tangan yang mengacak-acak es krim miliknya dengan sendok es krim

Oh, kejadian malam itu, ya.

“Nata percaya. Padahal dari awal gue masuk sekolah, dia yang ngintilin gue mulu.” Lanjutnya sambil memasukan satu sendok eskrim ke mulutnya.

“Lagian lo mau-maunya digelendotin Yasmine.” Bayang-bayang Gio yang diam saja saat Yasmine bersandar di bahunya terputar di ingatannya.

“Gue kan nggak tahu dia gitu, Ra. Lagian, Yasmine cakep sih.”

Kalimat terakhir membuat Raya mendengus kesal. Raya akui, Yasmine bisa dibilang cantik untuk ukuran seorang perempuan. Kulitnya putih bersih, rambutnya panjang hitamnya jarang sekali ia ikat. Tak sedikit juga banyak laki-laki yang mencoba mendekatinya. Raya bisa saja menilai Yasmine perempuan baik-baik kalau ia tidak merusak hubungannya dengan Alva.

Tapi, bukan Yasmine namanya jika ia tidak merusak apa yang dipertahankan selama ini.

“Alva ya, Ra?” Gio bertanya lagi ketika melihat perempuan itu hanya diam.

Raya tersadar dan langsung menjilati bagian es krimnya yang mulai cair. “Hah?”

“Cowok tadi pagi. Mantan lo.”

“Iya.” Jawab Raya cepat.

“Gara-gara Yasmine?”

Raya menoleh. Menatap Gio yang saat ini balik menatapnya menunggu jawaban darinya. “Gitu, deh.” Raya berdeham. “Kok lo tau namanya Alva?” Raya yakin ia belum memberitahu Gio mengenai hal ini.

“Nata nyebut-nyebut nama dia pas malem itu.”

“Nyebut gimana?”

Gio mengangkat bahunya. “Katanya gue harus mundur kalau nggak mau sama kayak Alva.”

Mata Raya mengerjap beberapa kali. “Maksudnya?”

“Mana gue tau. Buat ngomong aja gue susah pas malem itu. Nggak kepikiran nanya soal begituan.”

Kalimat Gio membuat Raya berpikir. Mengapa Nata menyebut nama Alva ketika laki-laki itu mempunyai masalah dengan Gio yang menyangkut Yasmine?

Apakah ini ada hubungannya dengan apa yang ingin Alva bicarakan?

“Es krim lo cair.” Suara Gio membuyarkan lamunan Raya. “Sini dah buat gue.” Tangannya terulur hendak mengambil camilan kesukaan Raya.

Raya refleks menjauhkan tangannya. “Punya gue!”

MémoireWhere stories live. Discover now