11. Toko Buku

33 3 0
                                    

Sephia- Chapter 11

Aku tidak tahu pasti, tapi sudah cukup lama kita tidak saling mengobrol-atau lebih tepatnya berdebat. Perasaanku, sikapmu dan hal-hal lain tentang dirimu sudah tak pernah lagi menggangguku. Sepertinya aku yang berhasil mengendalikan hatiku.

Kita tidak saling menghindar, namun bagaimana aku menjelaskannya? Bisa dibilang memang seperti itu keadaannya. Aku hanya mencoba menjalani hariku. Aku mejalani kehidupan sekolahku yang begitu-begitu saja, dan kamu yang menjalani kehidupan sekolahmu yang sibuk dengan kegiatan ini-itu. Sepertinya kamu bersungguh-sungguh dengan ucapanmu waktu itu.

Kamu tentu tahu bahwa circle pertemananku tidak luas. Maka teman mainku di luar sekolah pun hanya mereka-mereka saja. Seperti hari ini, aku, Felli, Tina, Rara dan Cindy menghabiskan hari minggu kami di sebuah mall. Awalnya kami ingin membeli beberapa buku untuk bahan tugas sekolah namun berakhir menghabiskan waktu hampir satu jam hanya untuk menyantap donat. Setelah itu justru terjebak di toko aksesoris kurang lebih setengah jam. Aku bukanlah tipikal gadis yang hobi membeli ini itu, hanya saja Cindy dan Tina tidak sepertiku. Mereka akan menyentuh apapun yang tertangkap oleh mata mereka. Mencoba ini itu, walau belum tentu mereka akan membelinya.

"Jadi nyari buku nggak sih?" Rara mulai mengeluh. Dia melihat kearah jam tangannya, "Udah makin sore ini. Gue juga ada jadwal les sama temen abang gue." Ucapnya mulai kesal.

Cindy menoleh, "Ih, bentar. Ini gue masih bingung mau pilih yang mana?" Balasnya sambil menyodorkan dua jenis ikat rambut tepat di depan wajah Rara.

"Biasa juga pake karet bekas makanan, Lo. Gaya amat." Timpal Felli.

"Sembarang!"

"Cepetan makanya."

Aku mencoba melerai mereka, "Udah jangan ribut. Mending buruan pilih terus bayar."

"Kalau menurut Lo bagusan yang mana?" Tanyanya padaku.

Aku menunjuk barang di tangan kirinya, "Ini bagus. Warna pink, cute. Cocok buat Lo."

Cindy mengamati lagi, bergantian menatap tangan kanan kirinya. "Tapi menurut gue bagusan biru deh."

"Aish! Ya udah biru, buruan bayar."

"Tapi yang ini bener juga sih, cute, girly gitu ya?"

"Wah ngajak ribut ya Lo, Sin!?" Felli semakin kesal.

Saat kami masih berdebat masalah ikat rambut, tiba-tiba saja Tina berteriak cukup keras, "Bella." Panggilnya disertai sebuah lambaian tangan. Kami ikut menoleh.

Seorang gadis dengan atasan sabrina berwarna putih susu dan rok denim selutut itu sedikit berlari kearah kami. Menggemaskan, pujiku.

Walau tidak begitu akrab dia menyapaku. "Hai," balasku kaku.

"Lo sendirian?" Satu-satunya yang dekat dengan Bella hanyalah Tina. Pertemanan diantara siswi dengan wajah diatas rata-rata? Maybe. Padahal Cindy juga anggota cheer namun sepertinya mereka tidak begitu dekat.

"Enggak sih, gue sama Gavin baru cari bahan buat acara pensi ntar."

"Gavin!?" Itu bukan suaraku, percayalah. Kami langsung menatap ke arah sumber suara, Cindy.

Sephia : Sepenggal Kisah di Masa LaluWhere stories live. Discover now